10 Contoh Legenda Nusantara, dari Kisah Sangkuriang hingga Cerita Empat Raja Papua

Selasa, 03 September 2024 - 14:55 WIB
loading...
A A A
Tapi Darmi masih muda dan suka bergaul. Darmi pun selalu senang jika dibelikan baju baru, aksesori, dan alat berhias. Lama kelamaan, hanya benda-benda itu yang ada di benaknya. Darmi senang sekali bercermin sambil menyisir rambutnya. Ia sadar, kalau dirinya sangat cantik. Tapi hanya itu pula yang Darmi lakukan. Mengagumi diri sendiri sepanjang hari, saat ibu bekerja keras di kebun.

Suatu hari sisir semata wayang Darmi patah, membuatnya uring-uringan sepanjang hari. Ia mau mendapatkan sisir baru! Harus lebih cantik dari sisir lamanya. Tapi Darmi tak percaya selera ibu. Lagian jika ikut ke pasar ia bisa melihat aksesori cantik dan mungkin mendapatkannya juga. Akhirnya Darmi memutuskan ikut ibu, yang memasok sayur ke pasar, turun bukit.

Darmi yang takut kulitnya terkena sinar matahari, membawa daun besar sebagai payung. Sedangkan ibu menarik gerobak berisi sayur dengan tubuh rentanya. Satu, dua orang melewati mereka sambil memberi pandangan sinis. Di benak Darmi, itu karena orang merendahkannya, perihal memiliki ibu dengan penampilan bak pengemis. Kurus dan lusuh!

Darmi mengambil langkah cepat, meninggalkan ibu di belakang, sehingga orang tak tahu wanita penarik gerobak itu adalah ibunya. Tak disangka, Darmi bertemu kawan di perjalanan. Mereka berbincang hingga ibu sampai. Ibu bertanya siapa anak muda yang berbicara pada Darmi, berharap dikenalkan. Tapi Darmi malah memperkenalkan ibu sebagai pembantunya. Hati ibunya pun terasa hancur mendengar perkataan anaknya. Ia menahan tangis dan tak mampu berkata-kata. Tahu ibunya diam dan menerima dibilang pembantu, Darmi mengulangi kata-katanya tiap ada orang menyapa.

Kecantikan Darmi membuatnya banyak disapa pemuda di pasar, sampai ada yang mau mengantarkan pulang. Bagaimanapun, ibu khawatir akan keselamatan Darmi. Ibu mengikuti Darmi dari belakang untuk menjaganya. Darmi terlihat asik sekali mengobrol dengan komplotan pemuda yang “katanya” mau mengantar pulang itu.

Makin lama pemuda-pemuda makin mendekat ke putri ibu! Sehingga ibu harus memperingati Darmi dengan memanggilnya. Sontak para pemuda ikut menengok, lalu bertanya pada Darmi; memastikan apa yang memanggil itu adalah ibunya. Kali ini Darmi tertawa. Mengatakan bagaimana mungkin wanita yang terlihat seperti gembel itu adalah ibunya. Darmi bilang ia berasal dari keluarga berada, ibunya cantik dan sedang menunggu di rumah. Darmi menambahkan, wanita itu adalah pekerja rendah di kediamannya. Maka para pemuda ikut tertawa, menyadari betapa konyol pertanyaan tadi.

Cukup sudah, ibu tak kuat lagi! Ia melepas gerobak yang dipegangnya lalu bersimpuh ke tanah. Sakit hatinya, ibu pun menangis. Ia keluarkan semua tangis yang selama ini tertahan seraya meminta pertolongan Tuhan meminta mengakhiri sakit hati, lelah, dan doanya yang sia-sia meminta kebahagian untuk si anak durhaka.

Langit berubah gelap, angin berhembus kencang. Ternyata Tuhan mendengar doa ibu. Darmi yang masih dikelilingi para pemuda tiba-tiba merasa kakinya kaku dan berat. Seketika Darmi menyadari, ia terkena kutuk karena perbuatannya pada ibu. Saat tubuhnya semakin berat, Darmi menangis ketakutan. Saking beratnya, tubuh Darmi tertarik ke tanah. Kini ia bersimpuh, menangis makin kencang.

Kakinya berubah menjadi batu, lanjut ke pinggulnya. Darmi makin ketakutan, ia memanggil-manggil ibu. Meminta maaf dan berjanji tak akan mengulangi perbuatannya. Ibu hanya bisa melongo, lalu menghampiri putrinya yang separuh menjadi batu. Keduanya hanya bisa menangis bersama, hingga akhirnya Darmi berubah sepenuhnya menjadi batu. Anehnya, dari dalam batu Darmi tetap keluar air mata hingga beberapa lama.

Oleh para pemuda, batu itu dipindah ke sisi tebing. Menghadap ke langit agar Darmi tak kesepian. Penduduk sekitar kemudian menyebutnya sebagai Batu Menangis.

8. Legenda Pesut Mahakam


Alkisah di sebuah desa di sekitar Sungai Mahakam, Kalimantan Timur, hidup sepasang suami istri yang begitu mencintai satu sama lain. Keduanya dikaruniai seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Mereka hidup bahagia dan harmonis hingga sang Ibu terkena penyakit. Meski telah berusaha mengobati sebisa mungkin, kondisi Ibu tak kunjung membaik dan akhirnya meninggal dunia.
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1571 seconds (0.1#10.140)