10 Contoh Legenda Nusantara, dari Kisah Sangkuriang hingga Cerita Empat Raja Papua
loading...
A
A
A
Namun berbeda dengan sang ayah yang amat rajin dan giat Saking besarnya cinta Toba pada anaknya, ia sama sekali tak pernah mengeluh. Toba tetaplah seorang pekerja keras yang giat dan rajin. Setiap hari ia pergi ke ladang seharian demi membahagiakan keluarga kecilnya.
Suatu hari, Samosir diminta bantuan oleh ibunya. Di tengah hari yang terik, sang ibu meminta tolong pada Samosir untuk mengantar makan siang ayahnya ke ladang. Tentu saja Samosir tak langsung menurutinya. Sambil bersungut-sungut, ia terpaksa mengiyakan permintaan ibunya.
Sepanjang jalan ia tak berhenti mengeluh. Sambil bermalas-malasan dan berlama-lama di jalan, Samosir merasa kelaparan. Ia membayangkan terus masakan ibunya yang nikmat. Apalagi makanan yang ada di tangannya itu. Dari aromanya saja ia sudah bisa membayangkan kenikmatannya.
Bukannya lekas-lekas diantar ke ayahnya, Samosir malah bolak-balik mengintip bekal makan siang ayahnya. Sampai akhirnya ia tergoda untuk memakannya. Buru-buru ia menghampiri anaknya yang membawa makan siang. Namun betapa terkejutnya Toba ketika membuka bungkusan makan siangnya. Bungkusan itu kosong dan tak nampak sesuap pun nasi untuk ia makan.
Toba langsung menghardik Samosir dengan mempertanyakan kemana makanan untuknya. Samosir mengaku bahwa dirinya tak kuasa menahan lapar di jalan. Amarahnya membuat Toba kelewat melontarkan umpatan pada Samosir. “Dasar anak ikan!” begitu teriaknya pada Samosir.
Rasa jengkel, kesal, dan luapan emosi Toba membuatnya tak sadar bahwa dia sudah mengingkari janjinya pada sang istri. Diiringi tangis dan kesedihan ia cepat-cepat lari menuju rumahnya. Setibanya di rumah, ibunya pun kaget mendapati anaknya menangis. Samosir langsung memeluk sang ibu dan mengadukan perkataan ayahnya.
Betapa kaget dan sedihnya sang ibu melihat perasaan anaknya terluka oleh perkataan ayahnya sendiri. Ditambah perkataan Toba pada sang anak juga melukai hatinya sebagai istri. Toba telah mengingkari janjinya sebelum menjadikannya istri yakni mengungkap asal-usulnya dari seekor ikan. Dalam rasa marah, sedih, dan kecewa, ia pergi bersama sang anak dari rumah.
Toba yang menyadari ucapannya bergegas pulang dari ladang menuju rumahnya. Namun ia terlambat, sang istri dan anaknya sudah tidak ada di rumah. Saat itu, langit pun diliputi awan gelap. Gemuruh terdengar dari seluruh penjuru. Seakan alam ikut marah karena Toba mengingkari janjinya. Ia berlari tanpa arah. Ke sana-sini ia berusaha mencari istri dan anaknya.
Toba tak berhasil mendapati istri dan anaknya. Keduanya menghilang tanpa jejak. Sementara itu, sang putri yang pergi bersama Samosir, sang anak, sudah mengetahui akan terjadi bencana besar seketika itu juga. Dari langkah-langkah kakinya di tanah yang dipijak, perlahan-lahan keluar air terus-menerus. Sambil terus pergi menjauh, ia berusaha menyelamatkan sang anak. Ia menyuruh Samosir untuk pergi ke daratan paling tinggi di desa itu. Keduanya berpisah dalam rasa sedih yang teramat dalam.
Sang putri terus berlari tapi air terus keluar dari tanah yang iya pijak hingga akhirnya memenuhi seluruh penjuru desa. Air tak terbendung lagi. Dengan cepat seluruh desa tenggelam. Sang putri kembali menjadi ikan. Saking besarnya luapan air, daratan luas tersebut berubah menjadi danau. Danau itulah yang kini kita kenal sebagai Danau Toba. Dataran tinggi yang berhasil menjadi tempat Samosir menyelamatkan diri lantas menjadi Pulau Samosir.
Dikisahkan di suatu desa di Pulau Bali. Pada suatu waktu, hiduplah sepasang suami istri yang rukun dan berkecukupan. Namun, kebahagiaan kurang lengkap mereka rasakan. Bertahun-tahun menikah, mereka belum juga dikaruniai keturunan. Setiap hari, mereka tak henti berdoa kepada Sang Hyang Widhi Wasa (sebutan untuk Tuhan dalam agama Hindu) agar diberi seorang anak. Hingga suatu hari, doa mereka didengar. Sang istri mengandung dan melahirkan seorang bayi laki-laki.
Suatu hari, Samosir diminta bantuan oleh ibunya. Di tengah hari yang terik, sang ibu meminta tolong pada Samosir untuk mengantar makan siang ayahnya ke ladang. Tentu saja Samosir tak langsung menurutinya. Sambil bersungut-sungut, ia terpaksa mengiyakan permintaan ibunya.
Sepanjang jalan ia tak berhenti mengeluh. Sambil bermalas-malasan dan berlama-lama di jalan, Samosir merasa kelaparan. Ia membayangkan terus masakan ibunya yang nikmat. Apalagi makanan yang ada di tangannya itu. Dari aromanya saja ia sudah bisa membayangkan kenikmatannya.
Bukannya lekas-lekas diantar ke ayahnya, Samosir malah bolak-balik mengintip bekal makan siang ayahnya. Sampai akhirnya ia tergoda untuk memakannya. Buru-buru ia menghampiri anaknya yang membawa makan siang. Namun betapa terkejutnya Toba ketika membuka bungkusan makan siangnya. Bungkusan itu kosong dan tak nampak sesuap pun nasi untuk ia makan.
Toba langsung menghardik Samosir dengan mempertanyakan kemana makanan untuknya. Samosir mengaku bahwa dirinya tak kuasa menahan lapar di jalan. Amarahnya membuat Toba kelewat melontarkan umpatan pada Samosir. “Dasar anak ikan!” begitu teriaknya pada Samosir.
Rasa jengkel, kesal, dan luapan emosi Toba membuatnya tak sadar bahwa dia sudah mengingkari janjinya pada sang istri. Diiringi tangis dan kesedihan ia cepat-cepat lari menuju rumahnya. Setibanya di rumah, ibunya pun kaget mendapati anaknya menangis. Samosir langsung memeluk sang ibu dan mengadukan perkataan ayahnya.
Betapa kaget dan sedihnya sang ibu melihat perasaan anaknya terluka oleh perkataan ayahnya sendiri. Ditambah perkataan Toba pada sang anak juga melukai hatinya sebagai istri. Toba telah mengingkari janjinya sebelum menjadikannya istri yakni mengungkap asal-usulnya dari seekor ikan. Dalam rasa marah, sedih, dan kecewa, ia pergi bersama sang anak dari rumah.
Toba yang menyadari ucapannya bergegas pulang dari ladang menuju rumahnya. Namun ia terlambat, sang istri dan anaknya sudah tidak ada di rumah. Saat itu, langit pun diliputi awan gelap. Gemuruh terdengar dari seluruh penjuru. Seakan alam ikut marah karena Toba mengingkari janjinya. Ia berlari tanpa arah. Ke sana-sini ia berusaha mencari istri dan anaknya.
Toba tak berhasil mendapati istri dan anaknya. Keduanya menghilang tanpa jejak. Sementara itu, sang putri yang pergi bersama Samosir, sang anak, sudah mengetahui akan terjadi bencana besar seketika itu juga. Dari langkah-langkah kakinya di tanah yang dipijak, perlahan-lahan keluar air terus-menerus. Sambil terus pergi menjauh, ia berusaha menyelamatkan sang anak. Ia menyuruh Samosir untuk pergi ke daratan paling tinggi di desa itu. Keduanya berpisah dalam rasa sedih yang teramat dalam.
Sang putri terus berlari tapi air terus keluar dari tanah yang iya pijak hingga akhirnya memenuhi seluruh penjuru desa. Air tak terbendung lagi. Dengan cepat seluruh desa tenggelam. Sang putri kembali menjadi ikan. Saking besarnya luapan air, daratan luas tersebut berubah menjadi danau. Danau itulah yang kini kita kenal sebagai Danau Toba. Dataran tinggi yang berhasil menjadi tempat Samosir menyelamatkan diri lantas menjadi Pulau Samosir.
3. Legenda Kebo Lawa
Dikisahkan di suatu desa di Pulau Bali. Pada suatu waktu, hiduplah sepasang suami istri yang rukun dan berkecukupan. Namun, kebahagiaan kurang lengkap mereka rasakan. Bertahun-tahun menikah, mereka belum juga dikaruniai keturunan. Setiap hari, mereka tak henti berdoa kepada Sang Hyang Widhi Wasa (sebutan untuk Tuhan dalam agama Hindu) agar diberi seorang anak. Hingga suatu hari, doa mereka didengar. Sang istri mengandung dan melahirkan seorang bayi laki-laki.