Kisah Pasukan Diponegoro Rampas 30 Ribu Gulden dan Gagalkan Bantuan Belanda ke Yogyakarta

Selasa, 18 Februari 2025 - 07:47 WIB
loading...
Kisah Pasukan Diponegoro...
Perlawanan Pangeran Diponegoro dan pasukannya semakin gencar pada 1825. Beberapa kali pasukan Diponegoro di berbagai daerah mengadakan pemberontakan dengan membakar sejumlah tempat penting. Foto: Ist
A A A
PERLAWANAN Pangeran Diponegoro dan pasukannya semakin gencar pada tahun 1825. Beberapa kali pasukan Diponegoro di berbagai daerah mengadakan pemberontakan dengan membakar sejumlah tempat penting, salah satunya kantor pemerintahan dan rumah pejabat.

Pada 9 Agustus 1825 misalnya di Banyumas perlawanan dikobarkan pada wilayah seperti Karang Kobar, Kalibeber, dan Batur. Di sini sejumlah kantor pemerintahan dibakar oleh pasukan Diponegoro.



Di desa Sembong (Weleri) pemberontakan dipimpin Raden Ngabei Tersono dengan membakar pos-pos di sepanjang jalan raya.

Di Selomanik Gowong, Selomerto (Wonosobo) dan Brengkelan (Purworejo), Lengis, Yana, serta Kadilangu terjadi pergolakan. Rumah-rumah orang China dibakar.

Di Monconegoro Timur pecah pemberontakan yang dipimpin Tumenggung Mangkunegoro dan Tumenggung Kartodirjo, Tumenggung Alap-alap.

Mulyosentiko juga memimpin pasukan bersenjata api sebanyak 400-500 orang yang bergerak ke Pisangan pada 23 Juli 1825.

Pasukan ini berhasil menyergap bala bantuan pasukan Belanda yang bergerak ke Yogyakarta dari arah Magelang sebagaimana dikutip dari buku "Sejarah Nasional Indonesia IV : Kemunculan Penjajahan di Indonesia".

Beberapa serdadu Belanda terbunuh. Pasukan Diponegoro ini juga berhasil merampas uang sebesar 30.000 gulden di mana hasil rampasan dibawa ke Selarong. Di wilayah Kedu lainnya, terutama di distrik Probolinggo sebelah Tenggara Magelang telah berkumpul 55.000 orang secara sukarela.

Kemudian, massa menyerbu Kota Magelang yang hanya dijaga 50 tentara. Sekretaris Residen Bupati Danuningrat panik luar biasa.

Rumah-rumah para pejabat dibakar. Probolinggo rupanya telah dipersiapkan sebagai pangkalan perlawanan oleh pengikut Diponegoro.

Di Menoreh, rumah-rumah pejabat Belanda menjadi sasaran pengrusakan dan pembakaran. Bupati Wedana wilayah sebelah Barat Gunung Sumbing, Ronggo Surodilogo, setelah menerima surat dari Diponegoro dan Mangkubumi memerintahkan semua demang, penatus, peneket, panglawe, dan seluruh masyarakat untuk berperang melawan kafir, dalam hal ini kompeni Belanda dan antek-anteknya.
(jon)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3605 seconds (0.1#10.24)