Misteri Karamah KH Abbas Buntet, Berbekal Tasbih Mampu Hancurkan Pesawat Pengebom Sekutu
loading...
A
A
A
Sedangkan kepada Kiai Bisri dari Rembang, Kiai Abbas memohon agar dia memerintahkan para laskar dan pemuda-pemuda yang akan berjuang melawan penjajah, untuk mengambil air wudu dan meminum air yang telah diberi doa.
Setelah meminum air yang telah diberi doa, para pemuda yang tergabung dalam Badan Perjuangan Arek-arek Suroboyo tanpa mengenal takut langsung menyerang tentara Sekutu dengan hanya bersenjatakan bambu runcing, dan parang.
Melihat keberanian pemuda Indonesia, para tentara Sekutu menghamburkan pelurunya ke segala arah. Korban dari kalangan pemuda sangat banyak sekali. Namun banyak juga serdadu Belanda yang tewas di ujung bambu runcing. Dalam pertempuran itu, Kiai Abbas dan para kiai lainnya berada di tempat yang agak tinggi, hingga bisa memantau jalannya pertempuran.
Dengan menggunakan sandal bakyak, Kiai Abbas berdiri tegak di halaman masjid sambil berdoa. Dia mengadahkan kedua tangannya ke langit, dan keajaiban terjadi. Beribu-ribu alu dan lesung dari rumah-rumah rakyat, berhamburan terbang menerjang serdadu–serdadu Sekutu.
Suara alu dan lesung bergemuruh bagaikan air bah, sehingga pasukan lawan kewalahan dan mereka pun mundur ke kapal induk mereka. Tidak lama kemudian, pihak Sekutu mengirim pesawat bomber. Akan tetapi pesawat itu tiba-tiba meledak di udara.
Beberapa pesawat sekutu berturut-turut datang lagi dengan maksud menjatuhkan bom-bom untuk menghancurkan Kota Surabaya. Tetapi sekali lagi, pesawat-pesawat itu mengalami nasib yang sama, meledak di udara sebelum beraksi.
Pertempuran hari itu berlangsung sepanjang hari dan berlanjut hingga hari esoknya. Pihak musuh kembali datang dengan menggunakan kendaraan lapis baja tank dan truk-truk langsung menyerang pertahanan para pemuda.
Serangan kedua dari Sekutu lebih gencar dari hari pertama. Mereka memuntahkan senjata kanon dan mortir, serta rentetan tembakan dari pesawat udara ke arah rakyat Indonesia. Serangan ini menimbulkan banyak korban jiwa.
Setelah meminum air yang telah diberi doa, para pemuda yang tergabung dalam Badan Perjuangan Arek-arek Suroboyo tanpa mengenal takut langsung menyerang tentara Sekutu dengan hanya bersenjatakan bambu runcing, dan parang.
Melihat keberanian pemuda Indonesia, para tentara Sekutu menghamburkan pelurunya ke segala arah. Korban dari kalangan pemuda sangat banyak sekali. Namun banyak juga serdadu Belanda yang tewas di ujung bambu runcing. Dalam pertempuran itu, Kiai Abbas dan para kiai lainnya berada di tempat yang agak tinggi, hingga bisa memantau jalannya pertempuran.
Dengan menggunakan sandal bakyak, Kiai Abbas berdiri tegak di halaman masjid sambil berdoa. Dia mengadahkan kedua tangannya ke langit, dan keajaiban terjadi. Beribu-ribu alu dan lesung dari rumah-rumah rakyat, berhamburan terbang menerjang serdadu–serdadu Sekutu.
Suara alu dan lesung bergemuruh bagaikan air bah, sehingga pasukan lawan kewalahan dan mereka pun mundur ke kapal induk mereka. Tidak lama kemudian, pihak Sekutu mengirim pesawat bomber. Akan tetapi pesawat itu tiba-tiba meledak di udara.
Beberapa pesawat sekutu berturut-turut datang lagi dengan maksud menjatuhkan bom-bom untuk menghancurkan Kota Surabaya. Tetapi sekali lagi, pesawat-pesawat itu mengalami nasib yang sama, meledak di udara sebelum beraksi.
Pertempuran hari itu berlangsung sepanjang hari dan berlanjut hingga hari esoknya. Pihak musuh kembali datang dengan menggunakan kendaraan lapis baja tank dan truk-truk langsung menyerang pertahanan para pemuda.
Serangan kedua dari Sekutu lebih gencar dari hari pertama. Mereka memuntahkan senjata kanon dan mortir, serta rentetan tembakan dari pesawat udara ke arah rakyat Indonesia. Serangan ini menimbulkan banyak korban jiwa.