Kisah Komandan Brimob Irjen Loemy, Kode Maut Kedipan Mata Bikin Tawanan Perang Tewas
loading...
![Kisah Komandan Brimob...](https://pict.sindonews.net/webp/732/pena/news/2025/02/15/29/1530107/kisah-komandan-brimob-irjen-loemy-kode-maut-kedipan-mata-bikin-tawanan-perang-tewas-sht.webp)
Irjen Pol (Purn) K.E Loemy. Foto: www.brigademobil.co.nr dengan izin/buku Resimen Pelopor (Edisi Revisi), Pasukan Elite Yang Terlupakan, penulis Anton Agus Setyawan dan Andi M Darlis, Januari 2013
A
A
A
KISAHIrjen Loemy ketika masih bertugas sebagai Komandan Kompi A Ranger Mobile Brigade (Mobbrig) atau Resimen Pelopor Brigade Mobil (Brimob) cukup menarik diulas. Dia menjabat Komandan Kompi A Ranger Mobbrig atau Resimen Pelopor Brimob tahun 1959.
Pada tahun 1961, Loemy memimpin 2 peleton Ranger untuk menumpas sisa-sisa PRRI di Sumatera.
Ketika menjalankan tanggung jawab ini, Loemy yang saat itu masih berpangkat AKP harus berhadapan langsung dengan para pemberontak yang berasal dari batalion-batalion Angkatan Darat Letkol Nawawi.
Menurut buku Resimen Pelopor (Edisi Revisi), Pasukan Elite Yang Terlupakan, penulis Anton Agus Setyawan dan Andi M Darlis, Januari 2013, saat itu petugas jaga adalah Agen Polisi II Tholib dan Agen Polisi II Kartimin.
Proses interogasi berlangsung alot karena tawanan perang enggan menjawab pertanyaan yang dilontarkan. Hal ini membuat Loemy memberikan kode pada Agen Kartimin dengan kedipan mata.
Maksud dari kedipan mata ini supaya sang agen menakut-nakuti tawanan agar buka mulut. Tak disangka, Kartimin justru salah menafsirkan kemudian langsung melepaskan timah panas ke arah tawanan dari jarak 5 meter.
Peluru kaliber 5,56 dari senapan AR 15 milik Kartimin saat itu juga membuat tawanan tersungkur dan tewas di tempat.
Hal tersebut membuat Loemy sangat marah dan langsung menampar Agen Kartimin dua kali sambil berteriak “Kenapa ditembak…!”.
Kartimin yang ditampar amat terkejut karena kode kedipan mata Loemy, dia anggap perintah untuk mengeksekusi tawanan. Loemy lantas menyadari bahwa perintahnya salah diterjemahkan.
Setelah menjelaskan kode yang dimaksud, Loemy kemudian memerintahkan dua anak buahnya mengurus jenazah tawanan tadi.
Sepanjang kariernya di kepolisian, Loemy dikenal sebagai sosok yang disiplin dan tegas jika anak buahnya melakukan kesalahan fatal. Dalam segala hal sampai-sampai jika celana dinas anak buahnya terlihat kusut, dia bisa membatalkan izin cuti yang bersangkutan.
Hal tersebutlah yang mengantarkannya ke puncak karier menjadi Komandan Korps Brimob tahun 1975-1978 dengan pangkat Brigjen Pol. Memasuki masa pensiun, pangkat Loemy naik menjadi Irjen Pol.
Lihat Juga: Kisah Sultan Hasanuddin Menolak Kantor Dagang Belanda yang Ingin Kuasai Perdagangan di Makassar
Pada tahun 1961, Loemy memimpin 2 peleton Ranger untuk menumpas sisa-sisa PRRI di Sumatera.
Ketika menjalankan tanggung jawab ini, Loemy yang saat itu masih berpangkat AKP harus berhadapan langsung dengan para pemberontak yang berasal dari batalion-batalion Angkatan Darat Letkol Nawawi.
Kisah Irjen Loemy
Kepiawaian Loemy berawal ketika hendak menginterogasi tawanan pemberontakan DI/TII Daud Beureuh di Balai Desa Katesa, Sungai Hiu.Menurut buku Resimen Pelopor (Edisi Revisi), Pasukan Elite Yang Terlupakan, penulis Anton Agus Setyawan dan Andi M Darlis, Januari 2013, saat itu petugas jaga adalah Agen Polisi II Tholib dan Agen Polisi II Kartimin.
Proses interogasi berlangsung alot karena tawanan perang enggan menjawab pertanyaan yang dilontarkan. Hal ini membuat Loemy memberikan kode pada Agen Kartimin dengan kedipan mata.
Maksud dari kedipan mata ini supaya sang agen menakut-nakuti tawanan agar buka mulut. Tak disangka, Kartimin justru salah menafsirkan kemudian langsung melepaskan timah panas ke arah tawanan dari jarak 5 meter.
Peluru kaliber 5,56 dari senapan AR 15 milik Kartimin saat itu juga membuat tawanan tersungkur dan tewas di tempat.
Hal tersebut membuat Loemy sangat marah dan langsung menampar Agen Kartimin dua kali sambil berteriak “Kenapa ditembak…!”.
Kartimin yang ditampar amat terkejut karena kode kedipan mata Loemy, dia anggap perintah untuk mengeksekusi tawanan. Loemy lantas menyadari bahwa perintahnya salah diterjemahkan.
Setelah menjelaskan kode yang dimaksud, Loemy kemudian memerintahkan dua anak buahnya mengurus jenazah tawanan tadi.
Sepanjang kariernya di kepolisian, Loemy dikenal sebagai sosok yang disiplin dan tegas jika anak buahnya melakukan kesalahan fatal. Dalam segala hal sampai-sampai jika celana dinas anak buahnya terlihat kusut, dia bisa membatalkan izin cuti yang bersangkutan.
Hal tersebutlah yang mengantarkannya ke puncak karier menjadi Komandan Korps Brimob tahun 1975-1978 dengan pangkat Brigjen Pol. Memasuki masa pensiun, pangkat Loemy naik menjadi Irjen Pol.
Lihat Juga: Kisah Sultan Hasanuddin Menolak Kantor Dagang Belanda yang Ingin Kuasai Perdagangan di Makassar
(jon)