10 Contoh Legenda Nusantara, dari Kisah Sangkuriang hingga Cerita Empat Raja Papua

Selasa, 03 September 2024 - 14:55 WIB
Bertolaklah petani ke desa terdekat, tempat para babi hutan incarannya tinggal. Setelah mendapat pekerjaan di salah satu rumah warga, ia mendengar perbincangan mengenai Kepala Desa yang terluka parah di bagian perut tetapi lukanya tak kunjung menutup. Setiap hari darah segar mengalir hingga Kepala Desa selalu mengerang kesakitan.

Mendengar omongan warga, petani yakin jika Kepala Desa itu adalah babi hutan yang berhasil ia lukai tempo hari. Petani segera menuju ke rumah Kepala Desa untuk mengambil kembali Numbu Ranggata. Sesampainya, petani langsung bertanya apakah luka di perut Kepala Desa berasal dari tikaman tombak. Pertanyaan ini membuat Kepala Desa dan pengikutnya kaget, karena tak ada seorang pun dari mereka yang membocorkan kejadian malam itu. Karena pertanyaannya, sang petani dianggap sebagai dukun sakti dan dimohon segera mengobati Kepala Desa yang sudah tak berdaya.

Sesuai petuah nenek, sebelum memberi ramuan yang nenek buatkan, petani lebih dulu meminta imbalan tombak yang melukai Kepala Desa dan Watu Maladong. Permintaan ini dianggap Kepala Desa berlebihan, tetapi ia sudah putus asa. Akhirnya Kepala Desa setuju dan terjadilah perjanjian sakral antar keduanya.

Ajaib! Ramuan nenek berhasil menyembuhkan perut Kepala Desa segera setelah dioleskan. Kepala Desa dan pengikutnya langsung kegirangan. Sambil menyerahkan Numbu Ranggata, Kepala Desa bertanya bagaimana petani bisa mengetahui kejadian rahasia itu. Petani yang sudah memegang tombak leluhur warisannya kemudian mengaku bahwa ia yang menghujam Kepala Desa dengan tombak itu beberapa hari yang lalu.

Merasa dibodohi, Kepala Desa murka bukan main! Tapi di sisi lain ia sudah membuat perjanjian sakral yang tak boleh diingkari. Demi mempertahankan harga dirinya, Kepala Desa mengajak petani bertarung. Jika petani menang, ia akan mendapatkan Watu Maladong.

Petani menang dan Kepala desa mengakui kehebatannya. Ia pun menyerahkan Watu Maladong karena menganggap petani bisa menjaganya. Kepala Desa menjelaskan jika batu Watu Maladong ada tiga butir. Dua butir berjenis laki-laki yang akan memberi padi dan jagung. Satu butir lainnya berjenis perempuan dan akan memberi jewawut, tanaman serealia yang biasa dikenal juga dengan nama sekoi. Ketiganya bersama-sama akan memanggil sumber air yang tidak pernah habis.

Segera petani memberikan tugas Watu Maladong untuk mencari sumber air. Ketiga batu pun berkeliling sambil membentuk empat mata air yakni mata air Nyura Lele di Tambolaka, mata air Weetebula di desa Weetebula, mata air Wee Muu di perbatasan Wewewa Barat dan Wewewa Timur, serta mata air Weekello Sawah di dalam gua alam daerah Wewewa Timur.

Selanjutnya, petani menugaskan Watu Maladong menumbuhkan sumber daya alam. Berpencarlah ketiganya menumbuhkan ladang padi, jagung, dan jewawut di beberapa kawasan Pulau Sumba. Setelah selesai, mereka kembali pada tuannya.

Dirasa telah cukup memberi keajaiban pada alam setempat dan sekitarnya, nenek menyarankan agar batu-batu itu berpencar sehingga tidak bisa dicuri orang. Akhirnya petani menyuruh ketiganya mencari tempat aman dan bersembunyi selamanya. Konon, satu batu laki-laki penumbuh jagung memilih bersembunyi di Bondo Kodi, sedangkan dua lainnya di dasar laut Samudera Hindia.

5. Legenda Putri Tadampali

Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content