10 Contoh Legenda Nusantara, dari Kisah Sangkuriang hingga Cerita Empat Raja Papua
Selasa, 03 September 2024 - 14:55 WIB
Perempuan itu berterima kasih pada Toba. Masih terkejut, Toba berusaha bertanya siapa perempuan itu dan mengapa ia ada di rumahnya. Perempuan itu mengaku bahwa dirinya adalah seorang putri yang dikutuk dewa menjadi seekor ikan yang diselamatkan dari sungai oleh Toba.
Sang putri merasa berhutang budi pada Toba. Sebagai wujud rasa terima kasihnya, sang putri bersedia menjadi istri Toba. Namun ada satu syarat bagi Toba sebelum menjadikannya istri, yaitu merahasiakan asal-usul sang putri dari seekor ikan. Toba tidak keberatan. Lantas keduanya pun menjadi sepasang suami istri.
Waktu berjalan dan sepasang suami istri ini akhirnya dikaruniai seorang anak laki-laki. Anak itu diberi nama Samosir. Samosir menjadi kebanggaan sang ayah terutama sang ibu yang sangat mencintainya.
Namun berbeda dengan sang ayah yang amat rajin dan giat bekerja, Samosir tumbuh menjadi anak pembangkang. Tak jarang kedua orang tuanya dibuat pusing karena tingkah lakunya. Bukan cuma itu, konon nafsu makannya pun juga luar biasa besar. Bahkan sang ayah harus semakin giat berladang demi mencukupi kebutuhan makan anaknya yang luar biasa besar. Sayangnya, Samosir enggan membantu atau bahkan sekadar menemani ayahnya berladang.
Namun berbeda dengan sang ayah yang amat rajin dan giat Saking besarnya cinta Toba pada anaknya, ia sama sekali tak pernah mengeluh. Toba tetaplah seorang pekerja keras yang giat dan rajin. Setiap hari ia pergi ke ladang seharian demi membahagiakan keluarga kecilnya.
Suatu hari, Samosir diminta bantuan oleh ibunya. Di tengah hari yang terik, sang ibu meminta tolong pada Samosir untuk mengantar makan siang ayahnya ke ladang. Tentu saja Samosir tak langsung menurutinya. Sambil bersungut-sungut, ia terpaksa mengiyakan permintaan ibunya.
Sepanjang jalan ia tak berhenti mengeluh. Sambil bermalas-malasan dan berlama-lama di jalan, Samosir merasa kelaparan. Ia membayangkan terus masakan ibunya yang nikmat. Apalagi makanan yang ada di tangannya itu. Dari aromanya saja ia sudah bisa membayangkan kenikmatannya.
Bukannya lekas-lekas diantar ke ayahnya, Samosir malah bolak-balik mengintip bekal makan siang ayahnya. Sampai akhirnya ia tergoda untuk memakannya. Buru-buru ia menghampiri anaknya yang membawa makan siang. Namun betapa terkejutnya Toba ketika membuka bungkusan makan siangnya. Bungkusan itu kosong dan tak nampak sesuap pun nasi untuk ia makan.
Toba langsung menghardik Samosir dengan mempertanyakan kemana makanan untuknya. Samosir mengaku bahwa dirinya tak kuasa menahan lapar di jalan. Amarahnya membuat Toba kelewat melontarkan umpatan pada Samosir. “Dasar anak ikan!” begitu teriaknya pada Samosir.
Rasa jengkel, kesal, dan luapan emosi Toba membuatnya tak sadar bahwa dia sudah mengingkari janjinya pada sang istri. Diiringi tangis dan kesedihan ia cepat-cepat lari menuju rumahnya. Setibanya di rumah, ibunya pun kaget mendapati anaknya menangis. Samosir langsung memeluk sang ibu dan mengadukan perkataan ayahnya.
Sang putri merasa berhutang budi pada Toba. Sebagai wujud rasa terima kasihnya, sang putri bersedia menjadi istri Toba. Namun ada satu syarat bagi Toba sebelum menjadikannya istri, yaitu merahasiakan asal-usul sang putri dari seekor ikan. Toba tidak keberatan. Lantas keduanya pun menjadi sepasang suami istri.
Waktu berjalan dan sepasang suami istri ini akhirnya dikaruniai seorang anak laki-laki. Anak itu diberi nama Samosir. Samosir menjadi kebanggaan sang ayah terutama sang ibu yang sangat mencintainya.
Namun berbeda dengan sang ayah yang amat rajin dan giat bekerja, Samosir tumbuh menjadi anak pembangkang. Tak jarang kedua orang tuanya dibuat pusing karena tingkah lakunya. Bukan cuma itu, konon nafsu makannya pun juga luar biasa besar. Bahkan sang ayah harus semakin giat berladang demi mencukupi kebutuhan makan anaknya yang luar biasa besar. Sayangnya, Samosir enggan membantu atau bahkan sekadar menemani ayahnya berladang.
Namun berbeda dengan sang ayah yang amat rajin dan giat Saking besarnya cinta Toba pada anaknya, ia sama sekali tak pernah mengeluh. Toba tetaplah seorang pekerja keras yang giat dan rajin. Setiap hari ia pergi ke ladang seharian demi membahagiakan keluarga kecilnya.
Suatu hari, Samosir diminta bantuan oleh ibunya. Di tengah hari yang terik, sang ibu meminta tolong pada Samosir untuk mengantar makan siang ayahnya ke ladang. Tentu saja Samosir tak langsung menurutinya. Sambil bersungut-sungut, ia terpaksa mengiyakan permintaan ibunya.
Sepanjang jalan ia tak berhenti mengeluh. Sambil bermalas-malasan dan berlama-lama di jalan, Samosir merasa kelaparan. Ia membayangkan terus masakan ibunya yang nikmat. Apalagi makanan yang ada di tangannya itu. Dari aromanya saja ia sudah bisa membayangkan kenikmatannya.
Bukannya lekas-lekas diantar ke ayahnya, Samosir malah bolak-balik mengintip bekal makan siang ayahnya. Sampai akhirnya ia tergoda untuk memakannya. Buru-buru ia menghampiri anaknya yang membawa makan siang. Namun betapa terkejutnya Toba ketika membuka bungkusan makan siangnya. Bungkusan itu kosong dan tak nampak sesuap pun nasi untuk ia makan.
Toba langsung menghardik Samosir dengan mempertanyakan kemana makanan untuknya. Samosir mengaku bahwa dirinya tak kuasa menahan lapar di jalan. Amarahnya membuat Toba kelewat melontarkan umpatan pada Samosir. “Dasar anak ikan!” begitu teriaknya pada Samosir.
Rasa jengkel, kesal, dan luapan emosi Toba membuatnya tak sadar bahwa dia sudah mengingkari janjinya pada sang istri. Diiringi tangis dan kesedihan ia cepat-cepat lari menuju rumahnya. Setibanya di rumah, ibunya pun kaget mendapati anaknya menangis. Samosir langsung memeluk sang ibu dan mengadukan perkataan ayahnya.
tulis komentar anda