10 Contoh Legenda Nusantara, dari Kisah Sangkuriang hingga Cerita Empat Raja Papua

Selasa, 03 September 2024 - 14:55 WIB
Datu Luwu dikaruniai seorang keturunan bernama Putri Tadampali. Kabar tentang paras cantiknya tersebar ke seluruh pelosok negeri, tak terkecuali ke telinga Raja Bone. Mendengar berita ini, Raja Bone yang juga memiliki putra yang gagah dan tampan, memutuskan untuk menikahkan putranya dengan Putri Tadampali.

Dengan tekad yang kuat, Raja Bone kemudian mengutus para duta kerajaan untuk mendatangi Kerajaan Luwu dan meminang Putri Tadampali. Namun, ketika pinangan tersebut sampai, Datu Luwu justru menjadi bimbang. Adat istiadat Luwu tidak memperbolehkan seorang putri untuk menikah dengan lelaki di luar sukunya.

Namun, jika menolak pinangan Raja Bone, Datu Luwu khawatir akan muncul peperangan antara dua kerajaan. Setelah menimbang-nimbang keputusan besar ini dengan baik, dan untuk menghindari pertumpahan darah dan mengorbankan rakyatnya, pinangan Raja Bone pun akhirnya diterima Datu Luwu. Duta dari kerajaan Bone kembali untuk menyampaikan berita bahagia tersebut kepada sang raja.

Tidak lama setelah itu, Kerajaan Luwu digemparkan oleh sebuah kejadian tidak terduga. Sekujur tubuh Putri Tadampali mendadak dipenuhi oleh bintik-bintik yang mengeluarkan cairan kental dan berbau tidak sedap. Seluruh tabib didatangkan dari pelosok negeri untuk memulihkan putri kesayangan Datu Luwu. Malangnya, hasilnya berbuah nihil. Tidak ada tabib yang sanggup mengobati Putri Tadampali meski sudah diupayakan sekuatnya. Mereka justru menyampaikan bahwa penyakit putri adalah penyakit menular.

Khawatir penyakit ini tertular ke seluruh rakyatnya, dengan berat hati Datu Luwu memutuskan untuk mengasingkan Putri Tadampali ke tempat yang jauh. Meski merasa sedih, Putri Tadampali tetap patuh pada keputusan ayahnya dan bersedia diasingkan demi kebaikan orang banyak. Sebelum berangkat, Datu Luwu memberi sebuah keris pusaka sebagai tanda cintanya pada sang putri. Ia berharap keris tersebut dapat menjadi pengingat bahwa ia tidak akan pernah melupakan sang putri.

Setelah lama berlayar, Putri Tadampali dan para pengawal setianya akhirnya berlabuh di sebuah pulau. Pulau ini diberi nama Wajo oleh sang putri karena banyaknya buah wajo yang tersebar di sekitar pulau.

Suatu hari, saat Putri Tadampali sedang menghabiskan waktu di tepi danau, seekor kerbau buleng (putih) datang menghampirinya. Kerbau tersebut kemudian menjilati kulitnya. Karena tampak jinak, Putri Tadampali tidak mengusir kerbau dan membiarkannya menjilati kulitnya.

Sungguh ajaib, setelah beberapa saat, kulit Putri Tadampali yang dijilati kerbau berangsur-angsur pulih dan kembali mulus seperti sediakala tanpa tersisa satu bercak pun. Sebagai tanda syukur, sang putri berpesan kepada para pengawalnya untuk tidak menyembelih apalagi memakan kerbau putih yang ada di Pulau Wajo.

Karena sudah terlanjur jatuh cinta kepada Putri Tadampali, Putra Mahkota menjadi sering termenung setelah kembali ke Kerajaan Bone. Ia selalu teringat akan pertemuannya dengan sang putri. Memperhatikan kelakuan Putra Mahkota, Panglima Kerajaan Bone yang menyaksikan langsung pertemuan Putra Mahkota dengan Putri Tadampali di Pulau Wajo, menceritakan tentang hal ini kepada Raja Bone. Raja Bone pun setuju dengan usulan panglima dan mengirim utusan untuk meminang Putri Tadampali di Pulau Wajo sebagai istri Putra Mahkota.

Setibanya di Pulau Wajo, Putri Tadampali memberikan keris pusaka pemberian sang ayah kepada para utusan dan meminta Putra Mahkota untuk mendapatkan restu ke Kerajaan Luwu terlebih dahulu. Jika keris tersebut diterima dengan baik oleh Datu Luwu, berarti pinangan diterima. Putra Mahkota pun berangkat sendiri menuju Kerajaan Luwu.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content