Bidik Siswi KU 8 Tumbuhkan Kecintaan Sepak Bola Sejak Dini
loading...

MilkLife Soccer Challenge Surabaya 2025 kembali digelar di Stadion Bogowonto dan Stadion Brawijaya Kodam V, Surabaya, pada 19-23 Februari 2025. Foto/Dok. SINDOnews
A
A
A
SURABAYA - MilkLife Soccer Challenge Surabaya 2025 kembali digelar di Stadion Bogowonto dan Stadion Brawijaya Kodam V, Surabaya, pada 19-23 Februari 2025. Event ini diikuti1.633 siswi dari 73 Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah Dasar di Surabaya dan sekitarnya,
Berbeda dari sebelumnya, turnamen sepak bola putri yang digagas Bakti Olahraga Djarum Foundation dan MilkLife ini juga menyelenggarakan fun competition bertajuk Festival SenengSoccer. Festival SenengSoccer yang menyasar KU 8 atau usia 6-8 tahun. ”Merupakan inovasi untuk memperkuat ekosistem sepak bola putri di level paling dasar, sekaligus menjaga regenerasi para pemain di KU 10,” kata Program Director MilkLife Soccer Challenge Teddy Tjahjono, Sabtu (22/2/2025).
Dengan menyajikan sejumlah uji ketangkasan pada Festival SenengSoccer, diharapkan dapat menumbuhkan kesenangan dan kecintaan siswi KU 8 untuk menekuni sepak bola . “Kami mulai melakukan pengenalan lebih dini kepada para putri untuk usia di bawah KU 10 dengan mengenalkan gerakan-gerakan dasar dalam sepak bola yang dikemas secara menyenangkan di Festival SenengSoccer,” ujarnya.
Berkaca pada penyelenggaraan tahun sebelumnya, supply pemain untuk KU 10 menjadi ketimpangan dari sisi kuantitas. ”Maka kami berharap Festival SenengSoccer bisa menumbuhkan gairah pada usia lebih dini KU 8 untuk mengenal dan menyenangi sepak bola,” jelasnya.
Teddy menambahkan, tantangan dalam Festival SenengSoccer dirancang sesuai dengan perkembangan fisik para putri di sektor KU 8 untuk menarik minat mereka menggeluti dunia sepak bola. Meski demikian, tantangan yang dilalui oleh para peserta mencakup teknik dasar mengolah si kulit bundar di lapangan hijau, seperti latihan lari, ketangkasan, melompat, melempar dan menggiring bola.
“Meski secara kekuatan otot dan motorik para peserta KU 8 belum sekuat KU 10 atau KU 12, kami berharap melalui rintangan yang diberikan mereka dapat berevolusi. Kami juga melakukan evaluasi apakah tantangan yang diberikan terlalu sulit atau tidak. Namun kami memastikan para peserta bergembira di lapangan dan merasakan euforia bermain sepak bola,” terangnya.
Assistant Coach MilkLIfe Soccer Challenge Asep Sunarya menyebut rintangan Festival SenengSoccer memadukan latihan teknik, kecepatan dan endurance yang biasa diberikan saat melatih sepak bola dari level paling dasar. Hal ini untuk mempersiapkan para pemain agar lebih familiar dengan gerakan yang dipakai saat mengikuti turnamen sepak bola kategori KU 10.
Pada Festival SenengSoccer, para peserta memulai tantangan dengan berlari zig-zag melewati rintangan, yang dilanjut dengan melakukan lemparan (throw in) ke target. Di tantangan kedua peserta melakukan dribbling bola melalui lintasan berkelok, lalu melakukan tendangan ke arah gawang berukuran kecil hingga dinyatakan masuk.
Pada tantangan ketiga, peserta melompat dengan dua kaki secara bersamaan melewati rintangan dan dilanjutkan melakukan shooting ke arah gawang hingga bola masuk.
Di tahap akhir, peserta kemudian berlari (sprint) untuk menekan tombol timer sebagai raihan waktu mereka.
Rintangan yang harus dilalui peserta memiliki tujuan untuk lebih mengenalkan gerakan yang ada dalam sepak bola, seperti lari zig-zag seolah-olah sedang melewati pemain lawan. Lalu melempar bola ke target, serta dribbling dan passing yang sudah pasti ada saat pertandingan sesungguhnya. ”Yang terpenting mereka gembira bermain sepak bola dan merasa termotivasi untuk lebih kompetitif,” tuturnya.
Berbeda dari sebelumnya, turnamen sepak bola putri yang digagas Bakti Olahraga Djarum Foundation dan MilkLife ini juga menyelenggarakan fun competition bertajuk Festival SenengSoccer. Festival SenengSoccer yang menyasar KU 8 atau usia 6-8 tahun. ”Merupakan inovasi untuk memperkuat ekosistem sepak bola putri di level paling dasar, sekaligus menjaga regenerasi para pemain di KU 10,” kata Program Director MilkLife Soccer Challenge Teddy Tjahjono, Sabtu (22/2/2025).
Baca Juga
Dengan menyajikan sejumlah uji ketangkasan pada Festival SenengSoccer, diharapkan dapat menumbuhkan kesenangan dan kecintaan siswi KU 8 untuk menekuni sepak bola . “Kami mulai melakukan pengenalan lebih dini kepada para putri untuk usia di bawah KU 10 dengan mengenalkan gerakan-gerakan dasar dalam sepak bola yang dikemas secara menyenangkan di Festival SenengSoccer,” ujarnya.
Berkaca pada penyelenggaraan tahun sebelumnya, supply pemain untuk KU 10 menjadi ketimpangan dari sisi kuantitas. ”Maka kami berharap Festival SenengSoccer bisa menumbuhkan gairah pada usia lebih dini KU 8 untuk mengenal dan menyenangi sepak bola,” jelasnya.
Teddy menambahkan, tantangan dalam Festival SenengSoccer dirancang sesuai dengan perkembangan fisik para putri di sektor KU 8 untuk menarik minat mereka menggeluti dunia sepak bola. Meski demikian, tantangan yang dilalui oleh para peserta mencakup teknik dasar mengolah si kulit bundar di lapangan hijau, seperti latihan lari, ketangkasan, melompat, melempar dan menggiring bola.
“Meski secara kekuatan otot dan motorik para peserta KU 8 belum sekuat KU 10 atau KU 12, kami berharap melalui rintangan yang diberikan mereka dapat berevolusi. Kami juga melakukan evaluasi apakah tantangan yang diberikan terlalu sulit atau tidak. Namun kami memastikan para peserta bergembira di lapangan dan merasakan euforia bermain sepak bola,” terangnya.
Assistant Coach MilkLIfe Soccer Challenge Asep Sunarya menyebut rintangan Festival SenengSoccer memadukan latihan teknik, kecepatan dan endurance yang biasa diberikan saat melatih sepak bola dari level paling dasar. Hal ini untuk mempersiapkan para pemain agar lebih familiar dengan gerakan yang dipakai saat mengikuti turnamen sepak bola kategori KU 10.
Pada Festival SenengSoccer, para peserta memulai tantangan dengan berlari zig-zag melewati rintangan, yang dilanjut dengan melakukan lemparan (throw in) ke target. Di tantangan kedua peserta melakukan dribbling bola melalui lintasan berkelok, lalu melakukan tendangan ke arah gawang berukuran kecil hingga dinyatakan masuk.
Pada tantangan ketiga, peserta melompat dengan dua kaki secara bersamaan melewati rintangan dan dilanjutkan melakukan shooting ke arah gawang hingga bola masuk.
Di tahap akhir, peserta kemudian berlari (sprint) untuk menekan tombol timer sebagai raihan waktu mereka.
Rintangan yang harus dilalui peserta memiliki tujuan untuk lebih mengenalkan gerakan yang ada dalam sepak bola, seperti lari zig-zag seolah-olah sedang melewati pemain lawan. Lalu melempar bola ke target, serta dribbling dan passing yang sudah pasti ada saat pertandingan sesungguhnya. ”Yang terpenting mereka gembira bermain sepak bola dan merasa termotivasi untuk lebih kompetitif,” tuturnya.