10 Contoh Legenda Nusantara, dari Kisah Sangkuriang hingga Cerita Empat Raja Papua
Selasa, 03 September 2024 - 14:55 WIB
Warga desa berkata bahwa kekurangan makanan itu terjadi karena gagal panen akibat air yang tidak lagi tersedia di musim kemarau yang berkepanjangan. Tetapi, jika Kebo Iwa bisa membuatkan sumur yang besar, pertanian akan kembali subur. Air dari sumur itu akan digunakan warga untuk mengairi sawah-sawah dan lahan pertanian, sehingga tak ada lagi gagal panen dan bahan pangan berkecukupan. Jika sanggup membuatkan sumur besar tersebut, warga meyakinkan Kebo Iwa bahwa mereka akan memberinya makanan seberapa pun banyaknya.
Membuat sumur adalah hal kecil bagi Kebo Iwa. Ia pun menyetujuinya, bahkan semakin semangat mendengar permintaan tolong penduduk desa. Ia tidak sabar membayangkan betapa puas dirinya dengan makanan yang berlimpah.
Setelah bekerja, Kebo Iwa akhirnya kelelahan dan beristirahat untuk makan. Warga rupanya sudah menyiapkan makanan yang banyak bagi Kebo Iwa, dan hal itu membuatnya sangat senang. Tidak menunggu lama, Kebo Iwa langsung menyantap seluruh makanan di depannya. Kekenyangan, Kebo Iwa mengantuk luar biasa dan tertidur pulas hingga mendengkur di dalam sumur hasil galiannya.
Tidurnya Kebo Iwa adalah waktu yang ditunggu-tunggu warga desa untuk menjalankan siasat yang telah disiapkan. Kepala desa memerintahkan warga untuk melempar batu-batu kapur besar yang sudah disiapkan ke dalam galian sumur Kebo Iwa. Ketika warga beramai-ramai melemparkan batu ke lubang tersebut, Kebo Iwa tetap tertidur nyenyak dan tidak menyadari hal yang dilakukan warga.
Air dari dalam tanah terus keluar mengisi galian sumur. Batu-batu kapur pun semakin memenuhi galian tersebut. Kebo Iwa yang tertidur di dalamnya sontak tersedak dan terkejut menyadari hal yang terjadi. Malang, ketika Kebo Iwa bangun semuanya sudah terlambat. Rasa kenyang ditambah air dan bebatuan yang memenuhi galian sumur membuatnya tidak sanggup keluar dari sumur dan menyelamatkan diri. Kebo Iwa menjadi tidak berdaya dan akhirnya mati terkubur di dalam galiannya sendiri.
Celakanya, air dari dalam galian terus-menerus keluar sampai meluap dan membanjiri desa dan area sekitar. Akibat banjir, warga akhirnya kehilangan harta benda, sawah, ladang, hewan ternak, dan rumah. Semua terburu-buru mengungsi ke tempat yang lebih tinggi tanpa dapat menyelamatkan banyak barang.
Beberapa desa yang tenggelam itu kemudian membentuk sebuah danau besar. Danau itu kini dikenal dengan nama Danau Batur. Timbunan tanah hasil galian Kebo Iwa yang menumpuk kemudian membentuk sebuah gunung yang sekarang dikenal dengan nama Gunung Batur.
Alkisah ada seorang petani yang tinggal sendirian di Pulau Sumba. Ia rajin merawat kebunnya hingga sehat nan subur. Betapa kagetnya petani saat suatu pagi menemukan kebun kesayangannya porak-poranda. Setelah ditelusuri, ia menemukan jejak babi hutan, meski rasanya tak mungkin karena kebun miliknya dikelilingi pagar yang tinggi.
Rasa penasaran dan kesal membuat petani memutuskan mengintai kebunnya untuk menangkap basah pelaku perusak. Tak lupa ia membawa tombak sakti pemberian turun-temurun dari leluhur, Numbu Ranggata. Tanpa sang petani tahu, tombak ini bisa memecah langit menjadi petir yang akan menyerang lawan sang pemilik. Namun di tangannya, tombak itu hanyalah sebilah senjata runcing biasa.
Membuat sumur adalah hal kecil bagi Kebo Iwa. Ia pun menyetujuinya, bahkan semakin semangat mendengar permintaan tolong penduduk desa. Ia tidak sabar membayangkan betapa puas dirinya dengan makanan yang berlimpah.
Setelah bekerja, Kebo Iwa akhirnya kelelahan dan beristirahat untuk makan. Warga rupanya sudah menyiapkan makanan yang banyak bagi Kebo Iwa, dan hal itu membuatnya sangat senang. Tidak menunggu lama, Kebo Iwa langsung menyantap seluruh makanan di depannya. Kekenyangan, Kebo Iwa mengantuk luar biasa dan tertidur pulas hingga mendengkur di dalam sumur hasil galiannya.
Tidurnya Kebo Iwa adalah waktu yang ditunggu-tunggu warga desa untuk menjalankan siasat yang telah disiapkan. Kepala desa memerintahkan warga untuk melempar batu-batu kapur besar yang sudah disiapkan ke dalam galian sumur Kebo Iwa. Ketika warga beramai-ramai melemparkan batu ke lubang tersebut, Kebo Iwa tetap tertidur nyenyak dan tidak menyadari hal yang dilakukan warga.
Air dari dalam tanah terus keluar mengisi galian sumur. Batu-batu kapur pun semakin memenuhi galian tersebut. Kebo Iwa yang tertidur di dalamnya sontak tersedak dan terkejut menyadari hal yang terjadi. Malang, ketika Kebo Iwa bangun semuanya sudah terlambat. Rasa kenyang ditambah air dan bebatuan yang memenuhi galian sumur membuatnya tidak sanggup keluar dari sumur dan menyelamatkan diri. Kebo Iwa menjadi tidak berdaya dan akhirnya mati terkubur di dalam galiannya sendiri.
Celakanya, air dari dalam galian terus-menerus keluar sampai meluap dan membanjiri desa dan area sekitar. Akibat banjir, warga akhirnya kehilangan harta benda, sawah, ladang, hewan ternak, dan rumah. Semua terburu-buru mengungsi ke tempat yang lebih tinggi tanpa dapat menyelamatkan banyak barang.
Beberapa desa yang tenggelam itu kemudian membentuk sebuah danau besar. Danau itu kini dikenal dengan nama Danau Batur. Timbunan tanah hasil galian Kebo Iwa yang menumpuk kemudian membentuk sebuah gunung yang sekarang dikenal dengan nama Gunung Batur.
4. Legenda Watu Maladong
Alkisah ada seorang petani yang tinggal sendirian di Pulau Sumba. Ia rajin merawat kebunnya hingga sehat nan subur. Betapa kagetnya petani saat suatu pagi menemukan kebun kesayangannya porak-poranda. Setelah ditelusuri, ia menemukan jejak babi hutan, meski rasanya tak mungkin karena kebun miliknya dikelilingi pagar yang tinggi.
Rasa penasaran dan kesal membuat petani memutuskan mengintai kebunnya untuk menangkap basah pelaku perusak. Tak lupa ia membawa tombak sakti pemberian turun-temurun dari leluhur, Numbu Ranggata. Tanpa sang petani tahu, tombak ini bisa memecah langit menjadi petir yang akan menyerang lawan sang pemilik. Namun di tangannya, tombak itu hanyalah sebilah senjata runcing biasa.
Lihat Juga :
tulis komentar anda