Djangan Berisik, Enam Band Cadas Sukses Gelar Konser Akustik di Bandung
loading...
A
A
A
BANDUNG - Enam band cadas berhasil memukau penonton lewat konser uniknya, tampil tanpa keriuhan namun akustik pada acara "DCDC Bandung Djangan Berisik, Tetap Tenang Kita Menang" di Grun Resto & Bar, Jalan Setiabudi, Kota Bandung, Kamis, (21/7/2022) malam.
Walaupun tampil akustik, Rosemary, Turtles JR, Koil, Nectura, Forgotten dan Beside mendapat sambutan luar biasa. Para penonton seolah enggan beranjak dari tempatnya hingga akhir, padahal konser dimulai pukul 19.00 WIB dan berakhir hingga tengah malam.
Saat open gate sore hari, juga tampil AGC Music Course yang tentunya ditunggu penampilannya. Selain itu, terkait dengan rencana perilisan kompilasi band Uber Noize yang sedang dalam pengerjaan, acara ini juga menjadi bagian dari fundraising untuk pergerakan musik cadas di Kota Bandung.
Dipandu oleh Man Jasad dan Ayushi sebagai master of ceremony (MC), konser dibuka oleh penampilan Nectura. Lima orang personel band asal Ujungberung ini tampil memukau lewat tembang cadas yang dibawakan akustik. Tak kalah menarik, tampil grup band lainnya berturut-turut Beside, Rosemary, Forgotten, hingga Turtles JR.
Di penghujung acara, tampil Koil dengan formasi lengkapnya Didi (Vokal), Donijantoro (Gitar), Leon Ray Legoh (Drum), dan Adam Joswara (Bass). Band yang konsisten dengan musik metalnya ini tampil sekitar 45 menit, membawakan lagu-lagu andalan mereka. Didi sebagai vokalis, tampil cukup memukau, membawa konser ini tetap berisik.
Ya, konsep konser band cadas yang biasanya penuh distorsi, kini hadir pada panggung berukuran sedang. Duduk berdekatan dengan penonton yang juga berjejer manis dengan lesehan, menambah keakraban antara pemain dan audien.
Sesuai dengan tema yang diusung yaitu "Djangan Berisik, Tetap Tenang Kita Menang", konser ini juga menyuguhkan penampilan para pesohor membawakan lagu-lagu bertema kritis, membawa aspirasi masyarakat bawah. Sebuah konser yang mengingatkan kita agar tetap kuat menghadapi kondisi pandemi dan memaksimalkan keterbatasan yang ada.
"Konsep ini juga yang mungkin membuat penasaran penonton. Buktinya, pada H-3 tiket sudah sold out. Ada lebih dari 4.000 orang yang apply, tapi terpaksa kami batasi hanya 300 penonton, sesuai kapasitas area, " jelas perwakilan DCDC Agus Danny.
Menurut dia, salah satu yang selalu ditunggu warga Bandung adalah pagelaran musik. Bandung banyak melahirkan festival-festival musik cadas yang melegenda dan menjadi inspirasi bagi kota-kota lain di Indonesia untuk melakukan hal serupa.
Walaupun tampil akustik, Rosemary, Turtles JR, Koil, Nectura, Forgotten dan Beside mendapat sambutan luar biasa. Para penonton seolah enggan beranjak dari tempatnya hingga akhir, padahal konser dimulai pukul 19.00 WIB dan berakhir hingga tengah malam.
Saat open gate sore hari, juga tampil AGC Music Course yang tentunya ditunggu penampilannya. Selain itu, terkait dengan rencana perilisan kompilasi band Uber Noize yang sedang dalam pengerjaan, acara ini juga menjadi bagian dari fundraising untuk pergerakan musik cadas di Kota Bandung.
Dipandu oleh Man Jasad dan Ayushi sebagai master of ceremony (MC), konser dibuka oleh penampilan Nectura. Lima orang personel band asal Ujungberung ini tampil memukau lewat tembang cadas yang dibawakan akustik. Tak kalah menarik, tampil grup band lainnya berturut-turut Beside, Rosemary, Forgotten, hingga Turtles JR.
Di penghujung acara, tampil Koil dengan formasi lengkapnya Didi (Vokal), Donijantoro (Gitar), Leon Ray Legoh (Drum), dan Adam Joswara (Bass). Band yang konsisten dengan musik metalnya ini tampil sekitar 45 menit, membawakan lagu-lagu andalan mereka. Didi sebagai vokalis, tampil cukup memukau, membawa konser ini tetap berisik.
Ya, konsep konser band cadas yang biasanya penuh distorsi, kini hadir pada panggung berukuran sedang. Duduk berdekatan dengan penonton yang juga berjejer manis dengan lesehan, menambah keakraban antara pemain dan audien.
Sesuai dengan tema yang diusung yaitu "Djangan Berisik, Tetap Tenang Kita Menang", konser ini juga menyuguhkan penampilan para pesohor membawakan lagu-lagu bertema kritis, membawa aspirasi masyarakat bawah. Sebuah konser yang mengingatkan kita agar tetap kuat menghadapi kondisi pandemi dan memaksimalkan keterbatasan yang ada.
"Konsep ini juga yang mungkin membuat penasaran penonton. Buktinya, pada H-3 tiket sudah sold out. Ada lebih dari 4.000 orang yang apply, tapi terpaksa kami batasi hanya 300 penonton, sesuai kapasitas area, " jelas perwakilan DCDC Agus Danny.
Menurut dia, salah satu yang selalu ditunggu warga Bandung adalah pagelaran musik. Bandung banyak melahirkan festival-festival musik cadas yang melegenda dan menjadi inspirasi bagi kota-kota lain di Indonesia untuk melakukan hal serupa.