Sejarah Kerajaan Majapahit, Daftar Raja, Kejayaan, Peninggalan, dan Warisan yang Memengaruhi Nusantara
loading...
A
A
A
Setelah keruntuhan Majapahit, peralihan kekuasaan kepada Demak memperkenalkan periode baru dalam sejarah Indonesia. Kekuasaan Hindu mulai meredup, dan Islam mulai berkembang dengan pesat. Sisa-sisa kebudayaan Majapahit masih dapat ditemukan di beberapa tempat, seperti di daerah Tengger dan Bali, yang masih mempertahankan kebudayaan Hindu.
Seiring berjalannya waktu, kerajaan Islam lainnya seperti Mataram dan Banten juga muncul sebagai penerus kejayaan Majapahit yang kini hanya tinggal kenangan dalam sejarah Indonesia.
Peristiwa keruntuhan Majapahit menjadi sebuah perubahan besar dalam peta politik dan budaya di Nusantara, yang menandai berakhirnya kekuasaan Hindu besar dan awal dominasi Islam di tanah Jawa.
Pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit, terjadi perkembangan signifikan dalam berbagai aspek militer, termasuk dalam teknik pembuatan senjata. Salah satu yang paling menonjol adalah pengembangan keris, senjata tradisional yang kini menjadi simbol status.
Pada awalnya, keris yang diproduksi sebelum era Majapahit cenderung berat, namun seiring berjalannya waktu, kualitas keris dinilai dari ringan tetapi tetap kuat.
Proses pembuatan keris pun semakin halus dan bahan yang digunakan semakin selektif. Tidak hanya sebagai senjata, keris juga digunakan sebagai tanda kebesaran aristokrat, dan penggunaan keris ini meluas hingga ke berbagai penjuru Nusantara, khususnya di bagian barat. Hal ini menunjukkan perkembangan kebudayaan material yang turut mendukung kekuatan simbolis militer Majapahit (Suma Oriental, 1314).
Tentara Majapahit dibagi menjadi dua kategori utama, yakni prajurit tetap (tentara dan bhayangkara) serta pasukan wajib militer yang sebagian besar terdiri dari petani. Pasukan utama ini sangat terlatih dan dilengkapi dengan berbagai jenis senjata, di antaranya adalah tombak, yang merupakan senjata utama tentara Majapahit pada masa itu.
Selain itu, kavaleri Majapahit pada awalnya terbatas jumlahnya, tetapi seiring waktu, kavaleri menjadi lebih penting dan digunakan untuk patroli dan pengintaian. Penggunaan kuda semakin meluas setelah serangan Mongol pada tahun 1293, yang memperkenalkan penggunaan kuda dalam taktik perang di Jawa (Gajah Mada, 1357).
Majapahit juga dikenal memiliki pasukan yang sangat besar dan terorganisir. Dengan sekitar 30.000 tentara profesional yang digaji dengan emas, Majapahit mencatatkan sejarah sebagai salah satu kerajaan di Asia Tenggara yang memiliki standing army—tentara tetap yang siap sedia.
Total pasukan Majapahit, termasuk yang direkrut dari negara bawahan dan pemimpin daerah, diperkirakan bisa mencapai sekitar 200.000 orang. Keberagaman etnis dalam pasukan ini menunjukkan betapa Majapahit adalah kerajaan yang multikultural, mirip dengan Kesultanan Yogyakarta yang memiliki pasukan dari Bugis dan Makassar (Sejarah Melayu, 1470).
Seiring berjalannya waktu, kerajaan Islam lainnya seperti Mataram dan Banten juga muncul sebagai penerus kejayaan Majapahit yang kini hanya tinggal kenangan dalam sejarah Indonesia.
Peristiwa keruntuhan Majapahit menjadi sebuah perubahan besar dalam peta politik dan budaya di Nusantara, yang menandai berakhirnya kekuasaan Hindu besar dan awal dominasi Islam di tanah Jawa.
Kekuatan Militer Majapahit
Pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit, terjadi perkembangan signifikan dalam berbagai aspek militer, termasuk dalam teknik pembuatan senjata. Salah satu yang paling menonjol adalah pengembangan keris, senjata tradisional yang kini menjadi simbol status.
Pada awalnya, keris yang diproduksi sebelum era Majapahit cenderung berat, namun seiring berjalannya waktu, kualitas keris dinilai dari ringan tetapi tetap kuat.
Proses pembuatan keris pun semakin halus dan bahan yang digunakan semakin selektif. Tidak hanya sebagai senjata, keris juga digunakan sebagai tanda kebesaran aristokrat, dan penggunaan keris ini meluas hingga ke berbagai penjuru Nusantara, khususnya di bagian barat. Hal ini menunjukkan perkembangan kebudayaan material yang turut mendukung kekuatan simbolis militer Majapahit (Suma Oriental, 1314).
Tentara Majapahit dibagi menjadi dua kategori utama, yakni prajurit tetap (tentara dan bhayangkara) serta pasukan wajib militer yang sebagian besar terdiri dari petani. Pasukan utama ini sangat terlatih dan dilengkapi dengan berbagai jenis senjata, di antaranya adalah tombak, yang merupakan senjata utama tentara Majapahit pada masa itu.
Selain itu, kavaleri Majapahit pada awalnya terbatas jumlahnya, tetapi seiring waktu, kavaleri menjadi lebih penting dan digunakan untuk patroli dan pengintaian. Penggunaan kuda semakin meluas setelah serangan Mongol pada tahun 1293, yang memperkenalkan penggunaan kuda dalam taktik perang di Jawa (Gajah Mada, 1357).
Majapahit juga dikenal memiliki pasukan yang sangat besar dan terorganisir. Dengan sekitar 30.000 tentara profesional yang digaji dengan emas, Majapahit mencatatkan sejarah sebagai salah satu kerajaan di Asia Tenggara yang memiliki standing army—tentara tetap yang siap sedia.
Total pasukan Majapahit, termasuk yang direkrut dari negara bawahan dan pemimpin daerah, diperkirakan bisa mencapai sekitar 200.000 orang. Keberagaman etnis dalam pasukan ini menunjukkan betapa Majapahit adalah kerajaan yang multikultural, mirip dengan Kesultanan Yogyakarta yang memiliki pasukan dari Bugis dan Makassar (Sejarah Melayu, 1470).