Ini Skema Pengembalian Aset Rp430 Miliar Wahyu Kenzo ke Korban Investasi Bodong
loading...
A
A
A
Pembentukan konsorsium atau perkumpulan berbadan hukum itu, juga harus ada struktur kepengurusan layaknya suatu organisasi. Dimana hal ini untuk memudahkan proses pembagian aset-aset yang ada, agar tidak langsung dari orang per orang atau kelompok per kelompok.
“Sehingga tidak direpotkan untuk membagi ke dalam berkelompok berkelompok, dalam arti konsorsium yang berbadan hukum. Nantikan konsorsium itu membentuk konsorsium yang kemudian memilih pengurus, ketuanya, kemudian mereka yang mendistribusikannya,” jelasnya.
Kejaksaan sendiri telah menerima pelimpahan aset-aset tiga terpidana dari kepolisian, baik uang yang tersimpan di bank, aset bergerak, berupa kendaraan-kendaraan mewah milik para terpidana, hingga aset tak bergerak berupa sejumlah bidang rumah dan tanah.
Di mana nanti aset-aset itu harus terlebih dahulu dilelang oleh negara, sebelum hasil lelangnya diberikan kepada para korban melalui suatu paguyuban berbadan hukum.
”(Aset-aset terpidana) Itu harus melalui proses pelelangan. Hasilnya nanti baru kami serahkan kepada konsorsium, cuma buktinya apabila masing-masing sudah menerima, itu bukan kewenangan kami, di luar kewenangan kami,” jelasnya.
Total ada sekitar Rp430 miliar aset-aset yang telah dilimpahkan oleh kepolisian ke kejaksaan. Di mana itu terdiri dari aset uang yang tersimpan di rekening bank senilai Rp30 miliar, serta sisanya aset-aset bergerak serta tidak bergerak.
“Kalau yang dalam bentuk aset bergerak dan tidak bergerak banyak sekali. Jadi kalau akumulasi berdasarkan putusan pengadilan itu di kami kerugian ada kurang lebih 400 miliar, lebih kurang segitu,” tegasnya.
Tapi pihaknya belum bisa memprediksi apakah aset-aset itu cukup untuk mengembalikan kerugian materi yang dialami para korban trading robot ATG. Sebab proses pelelangan bukan menjadi tanggungjawab pihak kejaksaan.
"Kami belum bisa memprediksi apakah keseluruhan barang bukti, yang ada dalam bentuk tunai, maupun aset bisa mengcover semua kerugian," tukasnya.
“Sehingga tidak direpotkan untuk membagi ke dalam berkelompok berkelompok, dalam arti konsorsium yang berbadan hukum. Nantikan konsorsium itu membentuk konsorsium yang kemudian memilih pengurus, ketuanya, kemudian mereka yang mendistribusikannya,” jelasnya.
Kejaksaan sendiri telah menerima pelimpahan aset-aset tiga terpidana dari kepolisian, baik uang yang tersimpan di bank, aset bergerak, berupa kendaraan-kendaraan mewah milik para terpidana, hingga aset tak bergerak berupa sejumlah bidang rumah dan tanah.
Di mana nanti aset-aset itu harus terlebih dahulu dilelang oleh negara, sebelum hasil lelangnya diberikan kepada para korban melalui suatu paguyuban berbadan hukum.
”(Aset-aset terpidana) Itu harus melalui proses pelelangan. Hasilnya nanti baru kami serahkan kepada konsorsium, cuma buktinya apabila masing-masing sudah menerima, itu bukan kewenangan kami, di luar kewenangan kami,” jelasnya.
Total ada sekitar Rp430 miliar aset-aset yang telah dilimpahkan oleh kepolisian ke kejaksaan. Di mana itu terdiri dari aset uang yang tersimpan di rekening bank senilai Rp30 miliar, serta sisanya aset-aset bergerak serta tidak bergerak.
“Kalau yang dalam bentuk aset bergerak dan tidak bergerak banyak sekali. Jadi kalau akumulasi berdasarkan putusan pengadilan itu di kami kerugian ada kurang lebih 400 miliar, lebih kurang segitu,” tegasnya.
Tapi pihaknya belum bisa memprediksi apakah aset-aset itu cukup untuk mengembalikan kerugian materi yang dialami para korban trading robot ATG. Sebab proses pelelangan bukan menjadi tanggungjawab pihak kejaksaan.
"Kami belum bisa memprediksi apakah keseluruhan barang bukti, yang ada dalam bentuk tunai, maupun aset bisa mengcover semua kerugian," tukasnya.