Terungkap Bahasa Jawa Ngoko-Krama Hanya untuk Melanggengkan Kekuasaan Dinasti Mataram

Selasa, 21 Februari 2023 - 13:21 WIB
loading...
A A A
Situasi etimologis itu dipengaruhi oleh tradisi Hindu yang merupakan peninggalan masa Kerajaan Majapahit.

Dengan bahasa Jawa ngoko-krama, penguasa Mataram berusaha menanamkan pengaruhnya melalui jalan kebudayaan. Adanya jarak sosial sebagai hasil dari eksistensi bahasa Jawa ngoko-krama bertujuan untuk mengembangkan kekuasaan.

Jarak sosial akan memudahkan Mataram melakukan konsolidasi terkait dengan kedudukannya. Sebab tata bahasa ngoko-krama juga menjadi norma pergaulan di masyarakat.

Juga berfungsi sebagai tata unggah-ungguh sekaligus untuk menyatakan rasa hormat dan keakraban. Muncul situasi sosial yang dilekati dengan norma kesopanan.

Pemakaian ngoko-krama sebagai alat politik kekuasaan tidak lepas dari kesadaran historis sosial, bahwa pendiri dinasti Mataram berasal dari kalangan petani.

Dalam konsep sosial Hindu (kasta), dengan mengubah Mataram yang semula wilayah kabupaten menjadi kerajaan, pendiri dinasti Mataram telah mengalami peningkatan kelas sosial.

“Dinasti Mataram mengalami mobilitas dari Waisya ke Ksatria,” demikian seperti dikutip dari Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapan oleh raja Mataram (1987).

Seiring dengan munculnya unggah-ungguh bahasa Jawa ngoko-krama, sastra babad di masa Mataram juga berkembang pesat. Babad ditulis oleh para pujangga keraton.

Penulisan babad dengan memakai bahasa Jawa halus bertujuan untuk memuliakan raja yang memerintah sekaligus menghormati kalangan atas. Sultan Agung diketahui memiliki peranan penting dalam pengembangan sastra babad.

Pada tahun 1626 Masehi, ia memerintahkan penulisan babad. Perintah itu kembali muncul pada 1633 Masehi, yakni setelah kegagalannya menyerang Batavia (Jakarta) pada 1628 dan 1629.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0874 seconds (0.1#10.140)