Membangun Lumbung, Menolak Limbung di Tengah Pandemi

Kamis, 31 Desember 2020 - 16:47 WIB
Para santri yang masih berusia milenial benar-benar menjadi faktor pendukung keberhasilanya dalam menerapkan teknologi. Rizki menyambut era Society 5.0 yang mengedepankan pengendalian teknologi dalam mendukung aktifitas sehari-hari, termasuk bertani.

Melalui jalan pertanian dan peternakan yang ditempuh bersama para santri , Rizki Hamdani diganjar sebagai salah satu penerima penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Award 2020 dalam bidang lingkungan.

(Baca juga: Asyik Mesum di Hotel dan Rumah Kos, 2 Pria dan 2 Wanita Tanpa Baju Diciduk Polisi )

Baginya, pertanian terpadu memang menjadi tulang punggung dirinya bersama para santri untuk menjawab hasil panen yang bermutu dan stabil. “Tidak ada yang terbuang, semua kami fungsikan, termasuk pakan ternak dari hasil olahan sendiri,” jelasnya.

Bahkan, katanya, kotoran bebek, sapi, maupun kambing tidak dibuang menjadi limbah. Ia menjadikan kotoran itu sebagai bagian dari media perkembangan cacing dan maggot. Kreatifitas itu membuahkan hasil ketika cacing dan maggot tumbuh besar dan bisa dijadikan pakan ikan. Penghematan pun terjadi serta bisa menambah pundi rejeki.

Tanaman yang dikembangkan para santri juga menghindari bahan kimia. Melalui pengembangan media cacing dan maggot diolah menjadi pupuk. Hasilnya bisa mempercepat pertumbuhan tanaman. "Tak ada yang terbuang, bisa jadi pupuk dan kembali dipakai untuk pertumbuhan tanaman," sambungnya.

(Baca juga: Malam Tahun Baru 2021, 9 Akses Jalan Tutup Total dan Alun-alun Kota Blitar Steril )

Di ujung lahan aliran air masih terdengar riuh. Pemanfaatan air memang dikelola dengan baik tanpa harus boros dan terbuang percuma. Sistem pengelolaan air di kolam ikan bisa juga dipakai untuk menyiram tanaman, terutama di musim kemarau.

Untuk pakan ternak sapi dan kambing, lanjutnya, ia juga memanfaatkan daun dari tanaman yang berwarna hijau. Ia tak perlu mencari pakan ternak sampai ke luar area pesantren. Pengelolaan tanaman dan limbahnya bisa dimanfaatkan dengan baik. "Pupuk bisa buat sendiri dan pakan ternak juga mengolah sendiri. Ini pertanian terintegrasi," jelasnya.

Rizki juga memahami betul bagaimana cara menjaga stabilitas produksi dan penjualan yang stabil. Marketing digital dikembangkan serta pasokan produk yang tak pernah putus akan menentukan hasil akhir.

(Baca juga: Muladi Wafat, UNDIP Dibalut Duka Kehilangan Sosok Guru Besar Pakar Hukum )

Pemberdayaan pun dilakukan untuk agen penjualan. Optimalisasi koperasi pondok pesantren menjadi simpul yang dipakai dalam menata penjualan. Klaster penjualan dibagi menjadi empat bidang mulai dari produk peternakan, pertanian, perikanan , dan lingkungan.

Pasokan daging bebek, sapi, kambing, lele serta beragam sayur dan tanaman selalu disediakan. Penjualannya pun tetap menjaga sisi segar dan sehat. Perjalanan tomat, cabai, wortel, terong dan lele masih segar ketika diterima oleh warga.

Di tengah pandemi, para santri masih bisa bernafas lega dengan keberhasilan mereka menjadi petani milenial. Mereka tak lagi bergantung dari kiriman uang dari orang tua di kampung halaman. Sedikit meringankan beban orang tua santri di masa-masa sulit saat pandemi.

(Baca juga: 2 Mobil Adu Banteng di Jalur Palopo-Makassar, 2 Korban Tewas Seketika )

Para santri yang tergabung dalam KSTM bermufakat untuk membagi hasil dari penjualan. Mereka yang mengelola lahan dapat 35 persen, bagian pondok pesantren 25 persen. Pembagian lainnya diberikan pada pemodal yang mendapatkan 30 persen. Sisanya sebanyak 10 persen diberikan untuk infak dan shodaqoh.

Ketua KSTM Ponpes Fathul Ulum Hairul Ashab menuturkan, sejak dini melalui KSTM para santri diberikan bekal untuk mandiri. Melalui kemandirian itu, maka kemampuan para santri melengkapi bidang keagamaan yang diserap. " Bertani maupun beternak bisa menjadi peluang bagi para santri untuk berkembang, jadi bekal hidupnya kelak tentunya," jelasnya.

Kera keras tak akan menghianati hasil, Rizki meyakini itu bersama ratusan santri milenial yang kini menembus batas kebiasaan. Keberhasilan pertanian terpadu serta terintegrasi tak hanya dikembangkan di Ponpes Fathul Ulum, langkahnya bersama santri milenial itu sudah menjadi role model di berbagai tempat lainnya di Kabupaten Jombang.

(Baca juga: 6 WNI yang Jadi ABK di Kapal Ikan RRT Dijemput Kemenlu di Perairan Batam )

Tercatat, setidaknya ada 40 KSTM yang tersebar di berbagai kecamatan di Kabupaten Jombang. Replikasi KSTM tak hanya berada di pondok pesantren, tetapi juga dikembangkan sayapnya ke sektor alumni pondok pesantren yang tersebar di berbagai kampung halaman mereka.

Tak tanggung-tanggung, ada sekitar 800 santri dan alumni pondok pesantren yang tergabung dan berdaya melalui program ini. Mereka kini menjadi mercusuar baru perekonomian serta membangun lumbung ekonomi di tengah pandemi.

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa menuturkan, santri preneur akan menopang perekonomian di Jatim. Dengan pengembangan sejak dini, mereka bisa mencetak seribu produk unggulan pesantren.

(Baca juga: Tak Peduli Dialiri Listrik Tegangan Tinggi, Sindikat Maling Ini Nekat Sikat Kabel PLN )
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More