Cegah Corona, Dosen UGM Kembangkan Bilik Swab COVID-19 Gama
loading...
A
A
A
YOGYAKARTA - Dosen Departemen Ilmu Komputer dan Elektronika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada (UGM), Raden Sumiharto mengembangkan bilik swab COVID-19 dilengkapi dengan High-Efficiency Particulate Air (HEPA) Filter, atau filter udara parikulat efisiensi tinggi dan sinar ultra violet (UV) yang diberinama Gama Swab.
(Baca juga: Pemprov Jatim Minta Kemendagri Kaji Ulang SE Gubernur Bali )
Bilik Gama Swab ini untuk memudahkan dan melindungi tenaga kesehatan dalam mendeteksi infeksi virus corona jenis baru, COVID-19 pada pasien, sekaligus mengurangi ketergantungan alat pelindung diri (APD) saat melakukan tes swab pada pasien.
Raden Sumiharto mengatakan, pembuatan bilik swab ini terinspirasi dari kegalauannya menyaksikan pekerjaan istrinya sebagai dokter spesialis paru saat mengobati, dan harus berinteraksi setiap hari dengan pasien corona. Terutama saat mengambil sampel swab. Dimana harus memakai APD lengkap dan di ruang khusus.
(Baca juga: Pasien COVID-19 Membeludak, Stadion di Gresik Jadi Tempat Isolasi )
Pengambilan sampel dilakukan di dalam ruangan, maka aerosol di sekitar ruangan akan bisa menjadi media penularan COVID-19, sehingga dilakukan dekontaminasi ruangan hingga 5-10 menit setelah pengambilan sampel.
Proses dekontaminasi sendiri membuat waktu tunggu pasien menjadi lama bahkan menyulitkan tenaga medis yang harus menggunakan APD lengkap secara terus menerus di ruangan. Sehingga ingin membuat bilik yang aman dan nyaman serta memudahkan bagi tenaga kesehatan, dalam mengambil sampel dan tidak harus menggunakan pakaian APD lengkap.
"Untuk membuat bilik swab ini, berkolaborasi dengan peneliti dari FKKMK, Sekolah Vokasi dan RSA UGM serta meminta masukan dari pengalaman rumah sakit dalam mengambil sampel," kata Sumiharto.
Sumiharto menjelaskan, bilik Gama Swab didesain dengan ukuran 1,2x1,2 x2 meter, dilengkapi dengan hepa filter ukuran H14 sehingga bisa memfilter virus yang masuk ke bilik.
(Baca juga: Tolak RUU HIP, Ribuan Anggota Ormas Islam Gelar Apel Siaga )
(Baca juga: Pemprov Jatim Minta Kemendagri Kaji Ulang SE Gubernur Bali )
Bilik Gama Swab ini untuk memudahkan dan melindungi tenaga kesehatan dalam mendeteksi infeksi virus corona jenis baru, COVID-19 pada pasien, sekaligus mengurangi ketergantungan alat pelindung diri (APD) saat melakukan tes swab pada pasien.
Raden Sumiharto mengatakan, pembuatan bilik swab ini terinspirasi dari kegalauannya menyaksikan pekerjaan istrinya sebagai dokter spesialis paru saat mengobati, dan harus berinteraksi setiap hari dengan pasien corona. Terutama saat mengambil sampel swab. Dimana harus memakai APD lengkap dan di ruang khusus.
(Baca juga: Pasien COVID-19 Membeludak, Stadion di Gresik Jadi Tempat Isolasi )
Pengambilan sampel dilakukan di dalam ruangan, maka aerosol di sekitar ruangan akan bisa menjadi media penularan COVID-19, sehingga dilakukan dekontaminasi ruangan hingga 5-10 menit setelah pengambilan sampel.
Proses dekontaminasi sendiri membuat waktu tunggu pasien menjadi lama bahkan menyulitkan tenaga medis yang harus menggunakan APD lengkap secara terus menerus di ruangan. Sehingga ingin membuat bilik yang aman dan nyaman serta memudahkan bagi tenaga kesehatan, dalam mengambil sampel dan tidak harus menggunakan pakaian APD lengkap.
"Untuk membuat bilik swab ini, berkolaborasi dengan peneliti dari FKKMK, Sekolah Vokasi dan RSA UGM serta meminta masukan dari pengalaman rumah sakit dalam mengambil sampel," kata Sumiharto.
Sumiharto menjelaskan, bilik Gama Swab didesain dengan ukuran 1,2x1,2 x2 meter, dilengkapi dengan hepa filter ukuran H14 sehingga bisa memfilter virus yang masuk ke bilik.
(Baca juga: Tolak RUU HIP, Ribuan Anggota Ormas Islam Gelar Apel Siaga )