Kisah Tragis Ki Ageng Mangir, Ksatria Penentang Mataram yang Tewas di Tangan Mertua
loading...
A
A
A
Disebutkan bahwa Retna Pembayun senang karena misinya untuk menjebak Ki Ageng Mangir telah berhasil. Namun, uniknya, meski ada misi dendam sang ayah, Pembayun menerima pinangan Ki Ageng Mangir karena dia juga mencintainya.
Keduanya jatuh cinta dan akhirnya menikah. Dalam perjalanan waktu, Lara Kasihan pun akhirnya hamil. Alangkah bahagianya Ki Ageng Mangir saat mengetahui istrinya hamil.
Namun, kebahagiaan itu hanya sesaat ketika Lara Kasihan terpaksa harus membuka topengnya. Kepada Ki Mangir, Lara Kasian mengaku bahwa dirinya adalah Retna Pembayun, putri dari Panembahan Senopati. Pengakuan itu bagai petir di siang bolong.
Baca: Negarakertagama, Kitab yang Jadi Saksi Kejayaan Majapahit.
Ki Ageng Mangir kaget dan marah karena merasa telah ditipu. Namun, cinta sejadi Pembayun seolah menghapus dendam dan niat sang ayah. Ia berusaha memberi solusi terbaik untuk suaminya.
Pembayun meyakinkan suaminya kalau dirinya benar-benar mencintainya. Ia pun kemudian membujuk suaminya untuk mau menghadap Panembahan Senopati sebagai mertuanya.
Demi cintanya pada Pembayun dan bayi yang sedang dikandungnya, Ki Ageng Mangir memenuhi permintaan istrinya. Ia dan istrinya menghadap Panembahan Senopati.
Kedatangan Ki Ageng Mangir ke istana Mataram disambut dengan membuat Tarub, di mana tombak sakti Kiai Baru Klinting milik Ki Mangir harus ditinggal di luar.
Dikisahkan bahwa begitu bertemu dengan Panembahan Senopati, Ki Ageng Mangir langsung menghaturkan sujud sungkem pada mertuanya. Saat itu pula, dendam Panembahan Senopati bergejolak. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, tombak sakti tadi digunakan Senopati untuk menikam Ki Ageng Mangir.
Baca Juga: Kisah Serangan Berdarah Raden Wijaya, Hancurkan 18.000 Pasukan Mongol.
Dengan kekuatan yang masih tersisa, Ki Agen hendak menyeruduk Senopati. Namun, sang mertua dengan sigap pula membenturkan kepala Ki Ageng ke batu tempat ia duduk yang dinamakan Watu Gilang.
Keduanya jatuh cinta dan akhirnya menikah. Dalam perjalanan waktu, Lara Kasihan pun akhirnya hamil. Alangkah bahagianya Ki Ageng Mangir saat mengetahui istrinya hamil.
Namun, kebahagiaan itu hanya sesaat ketika Lara Kasihan terpaksa harus membuka topengnya. Kepada Ki Mangir, Lara Kasian mengaku bahwa dirinya adalah Retna Pembayun, putri dari Panembahan Senopati. Pengakuan itu bagai petir di siang bolong.
Baca: Negarakertagama, Kitab yang Jadi Saksi Kejayaan Majapahit.
Ki Ageng Mangir kaget dan marah karena merasa telah ditipu. Namun, cinta sejadi Pembayun seolah menghapus dendam dan niat sang ayah. Ia berusaha memberi solusi terbaik untuk suaminya.
Pembayun meyakinkan suaminya kalau dirinya benar-benar mencintainya. Ia pun kemudian membujuk suaminya untuk mau menghadap Panembahan Senopati sebagai mertuanya.
Demi cintanya pada Pembayun dan bayi yang sedang dikandungnya, Ki Ageng Mangir memenuhi permintaan istrinya. Ia dan istrinya menghadap Panembahan Senopati.
Kedatangan Ki Ageng Mangir ke istana Mataram disambut dengan membuat Tarub, di mana tombak sakti Kiai Baru Klinting milik Ki Mangir harus ditinggal di luar.
Dikisahkan bahwa begitu bertemu dengan Panembahan Senopati, Ki Ageng Mangir langsung menghaturkan sujud sungkem pada mertuanya. Saat itu pula, dendam Panembahan Senopati bergejolak. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, tombak sakti tadi digunakan Senopati untuk menikam Ki Ageng Mangir.
Baca Juga: Kisah Serangan Berdarah Raden Wijaya, Hancurkan 18.000 Pasukan Mongol.
Dengan kekuatan yang masih tersisa, Ki Agen hendak menyeruduk Senopati. Namun, sang mertua dengan sigap pula membenturkan kepala Ki Ageng ke batu tempat ia duduk yang dinamakan Watu Gilang.