Benderang Pertahanan Terakhir Kota dari Sampah
loading...
A
A
A
"Kalau dapat sampah bisa memperoleh uang tambahan, nggak terlalu sulit kok, dan senang juga bisa melihat muara di sekitar mangrove bersih . Ikan juga bisa terus bertambah kalau airnya terjaga," kata Qodari, salah satu nelayan.
Tercatat, para nelayan serta warga kampung Gunung Anyar Tambak dalam satu bulan mampu mengumpulkan sampah hingga dua ton yang kebanyakan merupakan sampah plastik yang diperoleh dari sungai dan laut.
Keberadaan sampah plastik yang banyak mencemari lingkungan, khususnya di sekitar hutan mangrove Gunung Anyar, merupakan ancaman terbesar kerusakan ekosistem mangrove maupun ekosistem lain yang lebih luas bila tidak segera ditangani. Sampah plastik yang ada di sungai atau laut banyak tertahan oleh akar Mangrove, yang itu menyebabkan banyak Mangrove yang masih muda tidak dapat berkembang dengan baik.
Koordinator Komunitas Nol Sampah, Wawan Some menuturkan, sampah plastik menjadi ancaman serius kawasan Pamurbaya, terutama mangrove karena sampah melilit atau menutup akar, batang, serta daun mangrove, khususnya anak mangrove yang baru ditanam.
" Sampah plastik ini datang dari mana-mana, bisa dari Sidoarjo, Surabaya, Mojokerto, atau hulu Brantas. Tentunya ini menjadi ancaman pertumbuhan mangrove serta biota laut lainnya," ujarnya.
Kehadiran Bank Sampah Bintang Mangrove menjadi pilihan tepat bagi BUMN yaitu PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur, melalui program kepedulian perusahaan pada para warga. Sehingga tingkat kehidupan masyarakat di kampung nelayan bisa meningkat dengan adanya sampah ini. Selain itu juga memancing kreativitas mereka supaya masyarakat tidak segan-segan untuk membersihkan lingkungannya, sekaligus tindakan itu berdaya guna bagi kehidupannya.
Senior Manager General Affairs PLN UID Jawa Timur, A Rasyid Naja menuturkan, program CSR yang dilaksanakan memang mengutamakan aspek berkelanjutan . Semua itu dilakukan karena untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri dan berdaya.
Masyarakat atau kelompok penerima program CSR PLN Peduli ini tidak hanya sekali menerima bantuan. Pihaknya terlebih dahulu memetakan permasalahan yang dihadapi, memberikan bimbingan, pantauan, evaluasi, dan seterusnya agar mereka bisa berdaya dan mampu meningkatkan perekonomian lokal khususnya.
Tercatat, para nelayan serta warga kampung Gunung Anyar Tambak dalam satu bulan mampu mengumpulkan sampah hingga dua ton yang kebanyakan merupakan sampah plastik yang diperoleh dari sungai dan laut.
Keberadaan sampah plastik yang banyak mencemari lingkungan, khususnya di sekitar hutan mangrove Gunung Anyar, merupakan ancaman terbesar kerusakan ekosistem mangrove maupun ekosistem lain yang lebih luas bila tidak segera ditangani. Sampah plastik yang ada di sungai atau laut banyak tertahan oleh akar Mangrove, yang itu menyebabkan banyak Mangrove yang masih muda tidak dapat berkembang dengan baik.
Koordinator Komunitas Nol Sampah, Wawan Some menuturkan, sampah plastik menjadi ancaman serius kawasan Pamurbaya, terutama mangrove karena sampah melilit atau menutup akar, batang, serta daun mangrove, khususnya anak mangrove yang baru ditanam.
" Sampah plastik ini datang dari mana-mana, bisa dari Sidoarjo, Surabaya, Mojokerto, atau hulu Brantas. Tentunya ini menjadi ancaman pertumbuhan mangrove serta biota laut lainnya," ujarnya.
Kehadiran Bank Sampah Bintang Mangrove menjadi pilihan tepat bagi BUMN yaitu PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur, melalui program kepedulian perusahaan pada para warga. Sehingga tingkat kehidupan masyarakat di kampung nelayan bisa meningkat dengan adanya sampah ini. Selain itu juga memancing kreativitas mereka supaya masyarakat tidak segan-segan untuk membersihkan lingkungannya, sekaligus tindakan itu berdaya guna bagi kehidupannya.
Senior Manager General Affairs PLN UID Jawa Timur, A Rasyid Naja menuturkan, program CSR yang dilaksanakan memang mengutamakan aspek berkelanjutan . Semua itu dilakukan karena untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri dan berdaya.
Masyarakat atau kelompok penerima program CSR PLN Peduli ini tidak hanya sekali menerima bantuan. Pihaknya terlebih dahulu memetakan permasalahan yang dihadapi, memberikan bimbingan, pantauan, evaluasi, dan seterusnya agar mereka bisa berdaya dan mampu meningkatkan perekonomian lokal khususnya.