Pasar Bong dan Riwayat Kuatnya Persaudaraan Lintas Zaman
loading...
A
A
A
SURABAYA - Di lapak-lapak pasar yang becek dan berhimpitan, persaudaraan di Surabaya terbentuk. Di sebuah sudut berkelok dan petak yang kemudian mereka menyebutnya dengan Pasar Bong .
(Baca juga: Jejak Abadi RSJ Lawang Melintasi Zaman, Melayani yang Termarjinalkan )
Mengenal Surabaya dengan keriuhan dan kehangatan hubungan antar manusia terjalin dalam kesederhanaan di Pasar Bong . Pasar legendaris yang dulunya merupakan bekas makam China. Sampai saat ini Pasar Bong tak tergerus zaman dan masih menjadi pusat grosir paling di buru di Indonesia Timur.
Pada buku berjudul Riwayat Tionghoa Peranakan di Jawa yang ditulis Ong Hok Ham menjelaskan, Pasar Bong dulunya terdapat makam Han Bwee Kong alias Han Bwee Sing (1727-1778). Ia merupakan orang pertama dari keluarga Han yang menjabat sebagai Kapitan China di Surabaya .
Keluarga Han, Tjoa dan The, yang menurunkan opsir-opsir Tionghoa di Surabaya serta daerah-daerah lain di sekitarnya. Keberadaannya dalam lintas sejarah begitu tebal tercatat sebagai bagian dari kedatangan berbagai orang China ke Surabaya .
(Baca juga: Naik Jet Khusus, 3 Menteri Jokowi Mendarat Mulus di Bandara Ngloram Blora )
Namun, tersohor dalam beberapa sejarah menyebut makam ini sebagai Chineesche Breestraat. Mereka menyebut sepanjang Jalan Cina Lebar, yang sekarang dikenal sebagai kawasan Slompretan. Sebuah gang kecil yang sekarang sebagai Pasar Bong dulunya adalah pasar hewan.
Dalam buku itu juga dijelaskan dulunya Pasar Bong adalah tempat jual-beli burung, anjing, kelinci, kambing dan ayam hias. Gang ini dikenal sebagai pasar burung dan ayam. Selain itu dulu di sepanjang jalan ini terdapat banyak penjual obat tradisional China.
Deretan makam-makam China dengan bangunan khas seperti tembok tinggi-tinggi dari batuan yang lazim disebut dengan bong. Tapi kemudian makam tua yang ada di Pasar Bong telah berubah menjadi toko dan rumah warga.
(Baca juga: Jejak Abadi RSJ Lawang Melintasi Zaman, Melayani yang Termarjinalkan )
Mengenal Surabaya dengan keriuhan dan kehangatan hubungan antar manusia terjalin dalam kesederhanaan di Pasar Bong . Pasar legendaris yang dulunya merupakan bekas makam China. Sampai saat ini Pasar Bong tak tergerus zaman dan masih menjadi pusat grosir paling di buru di Indonesia Timur.
Pada buku berjudul Riwayat Tionghoa Peranakan di Jawa yang ditulis Ong Hok Ham menjelaskan, Pasar Bong dulunya terdapat makam Han Bwee Kong alias Han Bwee Sing (1727-1778). Ia merupakan orang pertama dari keluarga Han yang menjabat sebagai Kapitan China di Surabaya .
Keluarga Han, Tjoa dan The, yang menurunkan opsir-opsir Tionghoa di Surabaya serta daerah-daerah lain di sekitarnya. Keberadaannya dalam lintas sejarah begitu tebal tercatat sebagai bagian dari kedatangan berbagai orang China ke Surabaya .
(Baca juga: Naik Jet Khusus, 3 Menteri Jokowi Mendarat Mulus di Bandara Ngloram Blora )
Namun, tersohor dalam beberapa sejarah menyebut makam ini sebagai Chineesche Breestraat. Mereka menyebut sepanjang Jalan Cina Lebar, yang sekarang dikenal sebagai kawasan Slompretan. Sebuah gang kecil yang sekarang sebagai Pasar Bong dulunya adalah pasar hewan.
Dalam buku itu juga dijelaskan dulunya Pasar Bong adalah tempat jual-beli burung, anjing, kelinci, kambing dan ayam hias. Gang ini dikenal sebagai pasar burung dan ayam. Selain itu dulu di sepanjang jalan ini terdapat banyak penjual obat tradisional China.
Deretan makam-makam China dengan bangunan khas seperti tembok tinggi-tinggi dari batuan yang lazim disebut dengan bong. Tapi kemudian makam tua yang ada di Pasar Bong telah berubah menjadi toko dan rumah warga.