Pasar Bong dan Riwayat Kuatnya Persaudaraan Lintas Zaman

Senin, 04 Januari 2021 - 05:00 WIB
loading...
Pasar Bong dan Riwayat Kuatnya Persaudaraan Lintas Zaman
Pasar Bong masih menjadi rujukan warga untuk berbelanja meskipun tempatnya becek dan sempit. Foto/Dok.SINDOnews/Aan Haryono
A A A
SURABAYA - Di lapak-lapak pasar yang becek dan berhimpitan, persaudaraan di Surabaya terbentuk. Di sebuah sudut berkelok dan petak yang kemudian mereka menyebutnya dengan Pasar Bong .

(Baca juga: Jejak Abadi RSJ Lawang Melintasi Zaman, Melayani yang Termarjinalkan )

Mengenal Surabaya dengan keriuhan dan kehangatan hubungan antar manusia terjalin dalam kesederhanaan di Pasar Bong . Pasar legendaris yang dulunya merupakan bekas makam China. Sampai saat ini Pasar Bong tak tergerus zaman dan masih menjadi pusat grosir paling di buru di Indonesia Timur.

Pada buku berjudul Riwayat Tionghoa Peranakan di Jawa yang ditulis Ong Hok Ham menjelaskan, Pasar Bong dulunya terdapat makam Han Bwee Kong alias Han Bwee Sing (1727-1778). Ia merupakan orang pertama dari keluarga Han yang menjabat sebagai Kapitan China di Surabaya .

Keluarga Han, Tjoa dan The, yang menurunkan opsir-opsir Tionghoa di Surabaya serta daerah-daerah lain di sekitarnya. Keberadaannya dalam lintas sejarah begitu tebal tercatat sebagai bagian dari kedatangan berbagai orang China ke Surabaya .

(Baca juga: Naik Jet Khusus, 3 Menteri Jokowi Mendarat Mulus di Bandara Ngloram Blora )

Namun, tersohor dalam beberapa sejarah menyebut makam ini sebagai Chineesche Breestraat. Mereka menyebut sepanjang Jalan Cina Lebar, yang sekarang dikenal sebagai kawasan Slompretan. Sebuah gang kecil yang sekarang sebagai Pasar Bong dulunya adalah pasar hewan.

Dalam buku itu juga dijelaskan dulunya Pasar Bong adalah tempat jual-beli burung, anjing, kelinci, kambing dan ayam hias. Gang ini dikenal sebagai pasar burung dan ayam. Selain itu dulu di sepanjang jalan ini terdapat banyak penjual obat tradisional China.

Deretan makam-makam China dengan bangunan khas seperti tembok tinggi-tinggi dari batuan yang lazim disebut dengan bong. Tapi kemudian makam tua yang ada di Pasar Bong telah berubah menjadi toko dan rumah warga.



Tak heran, sepanjang kawasan Slompretan dulu merupakan gudang-gudang yang menjadi jujukan perdagangan. Aktivitas bongkar-muat terjadi setiap saat, apalagi lokasinya tak jauh dengan Dermaga Pabean yang dulunya tempat menurunkan barang.

Pada lipatan perjalanan waktu, sekitar 1970 secara perlahan kawasan bong ini tergusur satu persatu. Sejak saat itu tumbuh pemukiman dan menjelma menjadi lapak-lapak pedagang. Kehadiran pasar semakin ramai dan bong sudah lenyap sama sekali. Karena itu, pasar ini kemudian disebut dengan Pasar Bong .

Pasar Bong memiliki karakter yang istimewa. Lokasinya menempati gang sempit berbentuk lorong, membuat suasana di dalam tidak terasa panas. Meski tidak berjajar rapi, namun penelusuran dari lapak ke lapak yang lain sangat mudah dilakukan.

(Baca juga: Bandar Laut Besar Itu Bernama Pasuruan )

Dari arah parkiran, gang Pasar Bong berlekuk-lekuk mengikuti alur gang yang tak semuanya lurus. Para pedagang menyambut dengan stok yang begitu melimpah. Masing-masing lengkungan gang ada lapak yang berjajar-jajar.

Pasar Bong juga menyimpan sebuah toleransi antar suku dan antar umat beragama yang sebenarnya sangat dijunjung tinggi masyarakat Indonesia. Lihat saja, gang di dalam Pasar Bong terbagi menjadi tiga jalur. Awal mulanya, pembagian jalan itu berdasar suku pedagang, sisi kiri untuk pedagang keturunan Arab, tengah untuk pedagang keturunan Jawa-Madura, dan sisi kanan untuk pedagang keturunan Tionghoa. Meski demikian, semua pedagang saling menghormati dan terus menciptakan kerukunan.

Dalam perjalanan waktu, suasana menjadi lebih cair. Setiap wilayah tidak lagi dibeda-bedakan lagi. Sekarang sudah bercampur dan menjadi satu bagian. Tidak dibedakan sesuai keturunan. Mereka pun tetap guyub berjualan bersama di area pasar tersebut. Keberagaman yang berdampingan tergambar jelas dalam keseharian yang saling menghormati.

"Dan harga di sini ( Pasar Bong ) paling murah daripada yang lainnya. Meskipun sempit, tapi kami memilih untuk belanja di sini," kata Zuliati, salah satu pembeli.

(Baca juga: Mas-mas TRIP Berjuang Hingga Akhir Zaman... )

Pasar Bong juga menjadi salah satu destinasi wisata non alam yang layak untuk dikunjungi. Karakter yang khas menjadikannya unik dan menyimpan begitu dalam tentang sejarah Surabaya . Seperti meintas di teropong waktu yang begitu dalam.

Masuk ke lapak-lapak di Pasar Bong seperti penjelajahan menyusuri ruang dan waktu. Di setiap sudut pasar punya cerita dan kesan, suara parau pedagang yang menawarkan barang. Perputaran uang yang tak pernah berhenti di Surabaya . Dan keringat yang tak pernah kering untuk mendulang rezeki.

Sampai saat ini, Pasar Bong tetap berperan sebagai pusat grosir untuk barang-barang muslim. Mulai dari sarung, kopyah, sandal, baju, kerudung, makanan, hingga minuman. Termasuk kebutuhan yang berbau Timur Tengah ada di sana. Pasar Bong ini kian menjadi ramai luar biasa ketika musim Haji atau musim Lebaran tiba.

(Baca juga: Dwarapala Saksi Bisu Ketangguhan Desa Menjaga Arjuna )

Pasar Bong tak pernah bisa tergerus waktu. Bahkan, ketika banyak mal tumbuh di Kota Surabaya , kehadirannya tetap abadi. Pasar Bong menjadi ikon yang tak bisa putus dari bagian sejarah panjang Surabaya di berbagai lintas zaman.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 2.1093 seconds (0.1#10.140)