10 Aksi Heroik Pahlawan Nasional Berkhidmat Membela Rakyat dan Bangsa

Selasa, 10 November 2020 - 07:42 WIB
loading...
A A A
8. Sultan Hasanuddin
Sultan Hasanuddin atau terlahir dengan nama Muhammad Bakir/Mallombasi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape sebagai nama pemberian dari Qadi Islam Kesultanan Gowa yakni Syeikh Sayyid Jalaludin bin Ahmad Bafaqih Al-Aidid.

Dia lahir di Gowa, Sulawesi Selatan, 12 Januari 1631 dan meninggal di Gowa 12 Juni 1670 atau pada umur 39 tahun.

Karena keberaniannya, Sultan Hasanuddin dijuluki De Haantjes van Het Osten oleh Belanda yang artinya Ayam Jantan dari Timur. Sultan Hasanuddin memerintah Kerajaan Gowa mulai tahun 1653 sampai 1669. Kerajaan Gowa adalah merupakan kerajaan besar di Wilayah Timur Indonesia yang menguasai jalur perdagangan.

Pada pertengahan abad ke-17, Kompeni Belanda (VOC) berusaha memonopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku setelah berhasil mengadakan perhitungan dengan orang-orang Spanyol dan Portugis.
10 Aksi Heroik Pahlawan Nasional Berkhidmat Membela Rakyat dan Bangsa

Kompeni Belanda memaksa orang-orang negeri menjual dengan harga yang ditetapkan oleh mereka, selain itu Kompeni menyuruh tebang pohon pala dan cengkih di beberapa tempat, supaya rempah-rempah jangan terlalu banyak. (BACA JUGA: Keturunan HB II Minta Inggris Kembalikan Harta Rampasan Geger Sepehi)

Maka Sultan Hasanuddin menolak keras kehendak itu, sebab bertentangan dengan kehendak Allah. Pada 1660, VOC Belanda menyerang Makassar, tetapi belum berhasil menundukkan Kerajaan Gowa. Tahun 1667, VOC Belanda di bawah pimpinan Cornelis Speelman beserta sekutunya kembali menyerang Makassar.

Pertempuran berlangsung di mana-mana, hingga pada akhirnya Kerajaan Gowa terdesak dan semakin lemah, sehingga dengan sangat terpaksa Sultan Hasanuddin menandatangani Perjanjian Bungaya pada 18 November 1667 di Bungaya.

Gowa yang merasa dirugikan, mengadakan perlawanan lagi. Pertempuran kembali pecah pada 1669. Kompeni berhasil menguasai benteng terkuat Gowa yaitu Benteng Sombaopu pada 24 Juni 1669.

9. Kapitan Pattimura
Kapitan Pattimura atau Thomas Matulessy lahir di Haria, Pulau Saparua, Maluku, 8 Juni 1783 – dan meninggal di Ambon, Maluku, 16 Desember 1817 atau pada umur 34 tahun.

Patimmura melawan ketidakadilan saat Belanda menetapkan kebijakan politik monopoli, pajak atas tanah (landrente), pemindahan penduduk serta pelayaran Hongi (Hongitochten). (Foto/Ist)

Kedatangan kembali kolonial Belanda pada tahun 1817 mendapat tantangan keras dari rakyat. Hal ini disebabkan karena kondisi politik, ekonomi, dan hubungan kemasyarakatan yang buruk selama dua abad.
10 Aksi Heroik Pahlawan Nasional Berkhidmat Membela Rakyat dan Bangsa

Rakyat Maluku akhirnya bangkit mengangkat senjata di bawah pimpinan Kapitan Pattimura. Maka pada waktu pecah perang melawan penjajah Belanda tahun 1817, Raja-raja Patih, Para Kapitan, Tua-tua Adat dan rakyat mengangkatnya sebagai pemimpin dan panglima perang karena berpengalaman dan memiliki sifat-sifat kesatria.
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3411 seconds (0.1#10.140)