Kisah Pasukan Kapitan Pattimura dengan Benteng Laut Paksa Belanda Berunding Akhiri Perang di Maluku

Senin, 27 Januari 2025 - 08:27 WIB
loading...
Kisah Pasukan Kapitan...
Benteng Duurstede yang menjadi pertahanan pasukan Kapitan Pattimura dari serangan Belanda terletak di Saparua, Maluku Tengah, Maluku. Foto/Instagram @keleproject
A A A
SAPARUA - Benteng laut yang diciptakan pasukan Thomas Matulessy atau yang dikenal sebagai Kapitan Pattimura di Maluku membuat pertahanan tentara Belanda kocar kacir dan terpaksa mau berunding untuk mengakhiri perang di Maluku.

Awalnya tentara Belanda mencoba merebut Benteng Duurstede dari pasukan yang dipimpin oleh Pattimura. Segala cara dilakukan oleh Belanda untuk merebut benteng pertahanannya di Maluku. Pertempuran sengit di Hitu, menjadi salah satunya.



Pada bulan Juli 1817, Belanda mengirim sebuah pasukan dengan kawalan kapal-kapal perang ke arah utara Pulau Saparua untuk menduduki desa-desa di sana. Namun, Kapten Luitenat Groot yang memimpin ekspedisi itu menghadapi perlawanan yang cukup tangguh.

Keunggulan penduduk desa itu disebabkan sistem perbentengan yang kukuh. Sejak direbutnya Duurstede pada bulan Mei, Kapitan Pattimura telah menginstruksikan penduduk desa itu membangun sistem perbentengan.



Ada perbentengan yang sederhana hanya berupa sebuah garis lurus di depan desa yang menghadap ke laut, dikutip dari buku "Sejarah Nasional Indonesia IV: Kemunculan Penjajahan di Indonesia". Ada pula sistem perbentengan yang lebih kompleks seperti yang terdapat di Paperu, Ouw-Ulat, dan Sisisory.

Benteng-benteng terakhir ini terdiri atas dinding yang berlapis-lapis sejajar dengan jalan masuk ke desa. Setiap pasukan musuh yang melaluinya pasti dapat diserang dengan kelewang atau ditembak dari jarak dekat.



Benteng-benteng ini terbuat dari batu karang atau batu masif yang tingginya satu meter dan lebarnya setengah meter. Benteng-benteng ini praktis tidak dapat ditembusi peluru-peluru meriam kapal perang.

Akhirnya Belanda gagal menaklukkan penduduk desa-desa di Hatawano (Utara Saparua), Groot berusaha mengadakan perundingan. Sebuah bendera dipancangkan di tepi pantai dengan sepucuk surat yang memaklumkan gencatan senjata 24 jam untuk menjajaki usaha-usaha perundingan. Ternyata penduduk Hatawano bersedia.

Namun, mereka menginginkan agar Groot mengirimkan utusan-utusannya kepada Kapitan Pattimura. Hal ini dipersiapkan dan seorang perwira Groot berhasil dibawa kepada Pattimura di Saparua. Rupanya Groot tidak bersedia memenuhi permintaan Pattimura.

Pattimura menuntut agar ada seorang pejabat dari Batavia yang datang untuk mengadakan perundingan. Memang sang Kapten Luitenant Groot meneruskan hal itu ke Gubernur Belanda Middelkoop, tetapi tanpa hasil yang memuaskan.
(shf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2753 seconds (0.1#10.140)