Kisah Sultan Hasanuddin Menolak Kantor Dagang Belanda yang Ingin Kuasai Perdagangan di Makassar
loading...
![Kisah Sultan Hasanuddin...](https://pict.sindonews.net/webp/732/pena/news/2025/02/13/29/1528965/kisah-sultan-hasanuddin-menolak-kantor-dagang-belanda-yang-ingin-kuasai-perdagangan-di-makassar-sfz.webp)
Pendirian kantor dagang Belanda di Makassar pada tahun 1607 untuk menguasai perdagangan berdampak ke masyarakat dan ditolak oleh Raja Gowa Sultan Hasanuddin. Foto/Ist
A
A
A
PENDIRIAN kantor dagang Belanda di Makassar pada tahun 1607 membuat dampak ke masyarakat. Langkah awal kontak-kontak dengan para penguasa tradisional dapat dilakukan secara lebih intensif.
Terbukanya kontak-kontak semacam itu membuka pula peluang yang lebih besar bagi Belanda.
Hal ini untuk menjalankan tujuan utamanya untuk menguasai secara penuh arus perdagangan, melalui Sulawesi Selatan.
Bersamaan dengan usaha intensifikasi kontak-kontak itu, dijalankan pula usaha-usaha untuk memperkecil penguasaan arus perdagangan yang selama ini berada di tangan para penguasa setempat.
Adanya sikap yang demikian dari pihak Belanda tentu saja menimbulkan reaksi dari pihak penguasa setempat. Reaksi yang terkuat muncul ketika Kerajaan Gowa berada di bawah pemerintahan Sultan Hasanuddin.
Raja Gowa (Sombayya ri Gowa) ini menentang keras usaha-usaha Belanda untuk menjadi penguasa di Sulawesi Selatan.
Bagi Sultan Hasanuddin tidak ada seorang pun, termasuk juga Belanda, yang berhak untuk menjadi penguasa tunggal (monopoli) di bidang perdagangan.
Terbukanya kontak-kontak semacam itu membuka pula peluang yang lebih besar bagi Belanda.
Baca Juga
Hal ini untuk menjalankan tujuan utamanya untuk menguasai secara penuh arus perdagangan, melalui Sulawesi Selatan.
Bersamaan dengan usaha intensifikasi kontak-kontak itu, dijalankan pula usaha-usaha untuk memperkecil penguasaan arus perdagangan yang selama ini berada di tangan para penguasa setempat.
Adanya sikap yang demikian dari pihak Belanda tentu saja menimbulkan reaksi dari pihak penguasa setempat. Reaksi yang terkuat muncul ketika Kerajaan Gowa berada di bawah pemerintahan Sultan Hasanuddin.
Raja Gowa (Sombayya ri Gowa) ini menentang keras usaha-usaha Belanda untuk menjadi penguasa di Sulawesi Selatan.
Bagi Sultan Hasanuddin tidak ada seorang pun, termasuk juga Belanda, yang berhak untuk menjadi penguasa tunggal (monopoli) di bidang perdagangan.