10 Aksi Heroik Pahlawan Nasional Berkhidmat Membela Rakyat dan Bangsa
loading...
A
A
A
Pasukan Pangeran Diponegoro dibagi menjadi beberapa batalyon yang diberi nama berbeda-beda, seperti Turkiya, Arkiya, dan lain sebagainya. Setiap batalyon dibekali dengan senjata api dan peluru-peluru yang dibuat di hutan.Pangeran Diponegoro bersama para panglimanya menerapkan strategi perang gerilya yang selalu berpindah-pindah.
Pada Oktober 1826, pasukan Diponegoro menyerang pasukan Hindia Belanda di Gawok dan mendapat kemenangan. Namun, sang Pangeran terluka dan terpaksa harus ditandu ke lereng Gunung Merapi. Pada 17 November 1826, sang Pangeran bertolak ke Pengasih (sebelah barat Yogyakarta) untuk menyerang pasukan Hindia Belanda.
Di lokasi ini, sang Pangeran mendirikan keraton di Sambirata sebagai pusat negara baru. Pasukan Belanda sempat menyerang Sambirata, namun Diponegoro berhasil meloloskan diri. Perang sempat berhenti akibat gencatan senjata pada 10 Oktober 1827, namun perundingan tidak menemui kesepakatan apa pun.
6. Bung Tomo (Sutomo)
Pahlawan nasional Bung Tomo adalah kelahiran Surabaya 3 Oktober 1920 – meninggal dunia di Padang Arafah, Arab Saudi, 7 Oktober 1981 saat menunaikan ibadah haji.
Bung Tomo pada Oktober dan November 1945 menjadi salah satu pemimpin yang menggerakkan dan membangkitkan semangat rakyat Surabaya melawan tentara sekutu. (BACA JUGA: La Nyalla Siap Perjuangkan Pendiri Al Wasliyah Jadi Pahlawan Nasional)
Saat itu Surabaya diserang habis-habisan oleh pasukan Inggris yang mendarat untuk melucutkan senjata tentara pendudukan Jepang dan membebaskan tawanan Eropa.
Di sinilah Bung Tomo tampil dengan seruan-seruan dalam siaran-siaran radio yang membangkitkan semangat rakyat Surabaya untuk melawan sekutu.
Rakyat Surabaya berhasil memukul mundur pasukan Inggris dan kejadian ini dicatat sebagai salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah Kemerdekaan Indonesia.
7. I Gusti Ngurah Rai
Saat usianya masih belia I Gusti Ngurah Rai sudah memimpin pertempuran menghadapi tentara Belanda. Brigadir Jenderal TNI (Anumerta) I Gusti Ngurah Rai
meninggal dunia pada usai 29 tahun.
Pahlawan Nasional ini lahir pada 30 Januari 1917 di Desa Carangsari, Petang, Kabupaten Badung, Bali, Hindia Belanda, 30 Januari 1917 dan – meninggal di Marga, Tabanan, Bali 20 November 1946. (BACA JUGA: Si Jalak Harupat, Otto Iskandardinata Pahlawan dari Bojongsoang)
Ciung Wanara adalah nama pasukannya yang melakukan pertempuran terakhir yang dikenal dengan nama Puputan Margarana. Dalam bahasa Bali, puputan artinya habis-habisan. Sedangkan Margarana berarti pertempuran di Marga.
Di tempat puputan tersebut lalu didirikan Taman Pujaan Bangsa Margarana. Bersama 1.372 anggotanya pejuang MBO (Markas Besar Oemoem) Dewan Perjoeangan Republik Indonesia Sunda Kecil (DPRI SK) dibuatkan nisan di Kompleks Monumen de Kleine Sunda Eilanden, Candi Marga, Tabanan.
Pada Oktober 1826, pasukan Diponegoro menyerang pasukan Hindia Belanda di Gawok dan mendapat kemenangan. Namun, sang Pangeran terluka dan terpaksa harus ditandu ke lereng Gunung Merapi. Pada 17 November 1826, sang Pangeran bertolak ke Pengasih (sebelah barat Yogyakarta) untuk menyerang pasukan Hindia Belanda.
Di lokasi ini, sang Pangeran mendirikan keraton di Sambirata sebagai pusat negara baru. Pasukan Belanda sempat menyerang Sambirata, namun Diponegoro berhasil meloloskan diri. Perang sempat berhenti akibat gencatan senjata pada 10 Oktober 1827, namun perundingan tidak menemui kesepakatan apa pun.
6. Bung Tomo (Sutomo)
Pahlawan nasional Bung Tomo adalah kelahiran Surabaya 3 Oktober 1920 – meninggal dunia di Padang Arafah, Arab Saudi, 7 Oktober 1981 saat menunaikan ibadah haji.
Bung Tomo pada Oktober dan November 1945 menjadi salah satu pemimpin yang menggerakkan dan membangkitkan semangat rakyat Surabaya melawan tentara sekutu. (BACA JUGA: La Nyalla Siap Perjuangkan Pendiri Al Wasliyah Jadi Pahlawan Nasional)
Saat itu Surabaya diserang habis-habisan oleh pasukan Inggris yang mendarat untuk melucutkan senjata tentara pendudukan Jepang dan membebaskan tawanan Eropa.
Di sinilah Bung Tomo tampil dengan seruan-seruan dalam siaran-siaran radio yang membangkitkan semangat rakyat Surabaya untuk melawan sekutu.
Rakyat Surabaya berhasil memukul mundur pasukan Inggris dan kejadian ini dicatat sebagai salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah Kemerdekaan Indonesia.
7. I Gusti Ngurah Rai
Saat usianya masih belia I Gusti Ngurah Rai sudah memimpin pertempuran menghadapi tentara Belanda. Brigadir Jenderal TNI (Anumerta) I Gusti Ngurah Rai
meninggal dunia pada usai 29 tahun.
Pahlawan Nasional ini lahir pada 30 Januari 1917 di Desa Carangsari, Petang, Kabupaten Badung, Bali, Hindia Belanda, 30 Januari 1917 dan – meninggal di Marga, Tabanan, Bali 20 November 1946. (BACA JUGA: Si Jalak Harupat, Otto Iskandardinata Pahlawan dari Bojongsoang)
Ciung Wanara adalah nama pasukannya yang melakukan pertempuran terakhir yang dikenal dengan nama Puputan Margarana. Dalam bahasa Bali, puputan artinya habis-habisan. Sedangkan Margarana berarti pertempuran di Marga.
Di tempat puputan tersebut lalu didirikan Taman Pujaan Bangsa Margarana. Bersama 1.372 anggotanya pejuang MBO (Markas Besar Oemoem) Dewan Perjoeangan Republik Indonesia Sunda Kecil (DPRI SK) dibuatkan nisan di Kompleks Monumen de Kleine Sunda Eilanden, Candi Marga, Tabanan.