Selama Pandemi COVID-19, Jumlah Penderita Gangguan Mata Turun

Kamis, 15 Oktober 2020 - 09:43 WIB
loading...
Selama Pandemi COVID-19, Jumlah Penderita Gangguan Mata Turun
Selama pandemi COVID-19 jumlah pasien gangguan refraksi mata di Surabaya mengalami penurunan. Foto/Ilustrasi
A A A
SURABAYA - Selama pandemi COVID-19 jumlah pasien gangguan refraksi mata di Surabaya mengalami penurunan signifikan dibanding tahun sebelumnya. Kabar baik ini menyertai peringatan Hari Penglihatan Sedunia (World Sight Day), Kamis (15/10/2020).

(Baca juga: Rabu Pungkasan, Komunitas di Pekalongan Lakukan Cukur Amal )

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya , Febria Rachmanita menuturkan, pada 2019 lalu, jumlah pasien gangguan refraksi mata sebanyak 4.463 orang. Melihat angka itu, pihaknya langsung mengambil sejumlah langkah preventif untuk menekan angka penderita. Upaya itu membuahkan hasil ketika pada 2020 ini jumlah penderita refraksi mata mengalami penurunan.

"Jika dihitung dari awal Januari hingga Juli 2020, pasien gangguan refraksi mata yakni 2.665. Penurunannya sangat signifikan," kata Feny, panggilan akrabnya. (Baca juga: Sudah Almarhum, Henry J Gunawan Masih Terseret Kasus Tanah )

Ia melanjutkan, perubahan angka yang cukup signifikan itu sebenarnya sudah dapat dilihat sejak tiga bulan pertama 2020. Bahkan, berkaca pada Januari 2019, jumlah pasien mencapai 496 anak. “Sementara itu pada Januari 2020-nya pasien menurun menjadi 356 orang. Itu perbandingannya terlihat,” jelasnya.

Keberhasilan dalam menekan angka itu tidaklah serta merta begitu saja. Sebab, ada strategi dan upaya penanggulangan yang dilakukan. Di antaranya, mengindetifikasi wilayah dan kelompok masyarakat yang berisiko mengalami gangguan refraksi mata .

Feny menjelaskan, upaya penanggulangan yang dilakukannya kali ini adalah menyasar anak-anak di usia sekolah dan lanjut usia (lansia). "Kita menyasar ke pelajar SD-SMP. Usia rata-rata dari 7 – 15 tahun. Kemudian langkah kedua, mengembangkan surveilans deteksi dini gangguan refraksi mata yang dilakukan oleh kader dan rujukan ke puskesmas," katanya.

(Baca juga: Temui Peserta Aksi Damai, Ini yang Dilakukan Gubernur Babel )

Tidak hanya itu, upaya lain yang dilakukan adalah melatih kader indera, serta melakukan kerjasama dengan Rumah Sakit Mata Masyarakat (RSMM) untuk mendeteksi dini kelainan refraksi mata . Di sisi lain, jajaran Dinkes juga memberikan diseminasi komunikasi, informasi serta edukasi melalui para kader, petugas kesehatan dan sekolah.

"Penyebaran informasi itu sangat penting. Apalagi para kader, puskesmas yang berhubungan langsung dengan masyarakat," ungkapnya. (Baca juga: Tes Swab Massal, Semua Karyawan UMP Purwokerto Negatif COVID-19 )

Feny menambahkan, pihaknya juga melakukan skrining mata serta penanggulangan gangguan indera termasuk kelainan refraksi mata . Itu menjadi penting dilakukan agar ke depan angka kasus berkurang.

"Jadi harus terus dan selalu dalam pantauan. Kami juga menggandeng Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami). Kemudian ada RS Bakti Dharma Husada (BDH) dan RSUD dr Soewandhie," imbuhnya.

(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1788 seconds (0.1#10.140)