Pijar Lampu Warga Kota Pahlawan Dari Benderang Sampah
loading...
A
A
A
SURABAYA - Jejak sampah sebagai permasalahan terbesar warga di kota besar kini mulai surut. Langkah kecil untuk memanfaatkan sampah menjadi energi memberikan manfaat yang besar bagi pasokan listrik kota. Jalan menciptakan energi baru di kota besar menegaskan mimpi sebagai penghasil listrik secara mandiri bisa dilakukan.
(Baca juga: Janda Muda Jual 2 Teman Gadisnya untuk Beri Layanan Seks di Hotel )
Ribuan ton sampah per hari dari tiap perkampungan warga mulai diubah menjadi pijar lampu yang benderang menghiasi malam. Mereka sepertinya akan lupa gunungan sampah yang selalu melintas di permukaan hidung Kota Pahlawan kini menjadi pendulang produktifitas kerja di tiap pintu rumah.
Sugito (46) masih mengenakan masker berwarna biru dengan motif Doraemon di ujung kirinya. Berkali-kali ia memegang masker untuk menekannya lebih dalam ke arah hidung. Di tengah pandemi COVID-19, virus Corona melengkapi penderitaannya setelah bau sampah yang menusuk ke rongga hidung masih saja terasa ketika angin berhembus kencang.
Saat matahari masih sepenggalah, rasa leganya langsung tumpah ketika ada pengolahan sampah menjadi energi listrik di wilayahnya, Benowo. "Kami sudah lama merindukan wilayah yang nyaman tanpa bau sampah ," katanya, Rabu (12/8/2020).
Sejauh mata memandang, sampah itu menjadi gunung buatan yang selama puluhan tahun menjadi ciri khas Benowo. Bau yang menyengat ketika hujan turun pun selalu menjadi waktu yang paling menyiksa bagi dirinya dan keluarga. "Kalau arah angin ke timur, aroma sampah itu begitu terasa," jelasnya.
(Baca juga: Demi Gaya Hidup, Gadis-gadis Belia Dijual untuk Layanan Seks )
Keluhan dari warga itu pun setiap tahun selalu masuk ke meja wali kota. Puncaknya ketika banyak suara nyaring yang menyebut Stadion Gelora Bung Tomo selalu penuh dengan bau sampah . Termasuk ketika pertandingan sepakbola berlangsung. Persiapan Surabaya sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 pun sempat terganggu.
Bekal keyakinan untuk mengubah sampah menjadi energi menemui jalan yang lapang. Telinga Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini selalu memerah ketika berbagai letupan protes tentang sampah datang dari berbagai penjuru. Komentar sumir tentang bau sampah , gunungan yang menumpuk di wilayah barat Kota Surabaya, yang merusak mata ketika melihatnya.
Risma banyak diam ketika berbagai keluhan tentang sampah itu datang ke permukaan telingga. Menganggu tidur nyenyaknya untuk bisa menemukan jalan terang dalam memanfaatkan sampah yang tiap hari terus menumpuk.
(Baca juga: Janda Muda Jual 2 Teman Gadisnya untuk Beri Layanan Seks di Hotel )
Ribuan ton sampah per hari dari tiap perkampungan warga mulai diubah menjadi pijar lampu yang benderang menghiasi malam. Mereka sepertinya akan lupa gunungan sampah yang selalu melintas di permukaan hidung Kota Pahlawan kini menjadi pendulang produktifitas kerja di tiap pintu rumah.
Sugito (46) masih mengenakan masker berwarna biru dengan motif Doraemon di ujung kirinya. Berkali-kali ia memegang masker untuk menekannya lebih dalam ke arah hidung. Di tengah pandemi COVID-19, virus Corona melengkapi penderitaannya setelah bau sampah yang menusuk ke rongga hidung masih saja terasa ketika angin berhembus kencang.
Saat matahari masih sepenggalah, rasa leganya langsung tumpah ketika ada pengolahan sampah menjadi energi listrik di wilayahnya, Benowo. "Kami sudah lama merindukan wilayah yang nyaman tanpa bau sampah ," katanya, Rabu (12/8/2020).
Sejauh mata memandang, sampah itu menjadi gunung buatan yang selama puluhan tahun menjadi ciri khas Benowo. Bau yang menyengat ketika hujan turun pun selalu menjadi waktu yang paling menyiksa bagi dirinya dan keluarga. "Kalau arah angin ke timur, aroma sampah itu begitu terasa," jelasnya.
(Baca juga: Demi Gaya Hidup, Gadis-gadis Belia Dijual untuk Layanan Seks )
Keluhan dari warga itu pun setiap tahun selalu masuk ke meja wali kota. Puncaknya ketika banyak suara nyaring yang menyebut Stadion Gelora Bung Tomo selalu penuh dengan bau sampah . Termasuk ketika pertandingan sepakbola berlangsung. Persiapan Surabaya sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 pun sempat terganggu.
Bekal keyakinan untuk mengubah sampah menjadi energi menemui jalan yang lapang. Telinga Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini selalu memerah ketika berbagai letupan protes tentang sampah datang dari berbagai penjuru. Komentar sumir tentang bau sampah , gunungan yang menumpuk di wilayah barat Kota Surabaya, yang merusak mata ketika melihatnya.
Risma banyak diam ketika berbagai keluhan tentang sampah itu datang ke permukaan telingga. Menganggu tidur nyenyaknya untuk bisa menemukan jalan terang dalam memanfaatkan sampah yang tiap hari terus menumpuk.