Kisah Pilu 2 Istri Ronggolawe, Pilih Mati dengan Keris di Depan Jasad Suami yang Dicap sebagai Pemberontak Majapahit
loading...
A
A
A
Kabar kematian Ronggolawe dalam pertempuran melawan pasukan Majapahit di aliran Sungai Tambak Beras, membuat semua berduka. Di Kabupaten Tuban. Arya Wiraraja atau Arya Adikara atau Banyak Wide, ayah Ronggalawe sontak terdiam sekaligus tertunduk lesu.
Yang ia ingat, Ronggolawe adalah satu-satunya putra yang di pundaknya ia menaruh harapan tinggi. Cita-cita dan kebesaran. Adipati Ronggalawe layak menerima pengharapan itu. Sosok, kepandaian, keberanian sekaligus jiwa kesatria Raden Soreng (nama kecil Ronggolawe) disegani lawan maupun kawan.
Teringat jasa besar Ronggolawe yang ikut mendirikan Kerajaan Majapahit. Bersama Lembu Sora, dan Nambi, serta para loyalis Raden Wijaya lainnya, Lawe bertempur habis-habisan mengusir ratusan ribu prajurit Khubilai Khan. Ronggolawe bersama Raden Wijaya juga berperang melawan pasukan Kediri.
Di saat Raden Wijaya masih dikejar-kejar pengikut Jayakatwang, Banyak Wide yang kala itu masih menjabat sebagai Adipati Sumenep, menjadi pelindung Raden Wijaya. Di Kadipaten Sumenep Madura, Raden Wijaya yang merupakan menantu Raja Kertanegara itu bersembunyi.
Atas saran Banyak Wide juga, Raden Wijaya memperoleh hutan Tarik yang kelak berdiri Kerajaan Majapahit. Banyak Wide hanya bisa tertegun dan merenung. Ronggolawe, putranya telah gugur secara tragis. Mati dengan cap sebagai pemberontak karena melawan Kerajaan Majapahit. Kerajaan yang ia pernah ikut mendirikannya.
Pada hari kelima peperangan antara prajurit Tuban, dengan Majapahit, Ronggolawe bertemu Mantri Jaladi Kebo Anabrang. Duel tak terelakkan. Di aliran Sungai Tambak Beras, Jombang. Ronggolawe yang berani melawan Majapahit karena menolak pengangkatan Nambi sebagai mahapatih tidak berkutik.
Pitingan tubuh Kebo Anabrang yang sekaligus membenamkan kepala Ronggolawe ke dalam air, membuat nyawa Adipati Tuban itu melayang. Lembu Sora yang merupakan paman Ronggolawe, tidak tega menyaksikan proses kematian keponakannya.
Lembu Sora sontak meradang, begitu melihat Kebo Anabrang masih juga mencaci Ronggolawe yang sudah menjadi mayat. Dengan sebilah keris, Patih Kediri itu menikam Kebo Anabrang hingga tewas.
Baca Juga
Yang ia ingat, Ronggolawe adalah satu-satunya putra yang di pundaknya ia menaruh harapan tinggi. Cita-cita dan kebesaran. Adipati Ronggalawe layak menerima pengharapan itu. Sosok, kepandaian, keberanian sekaligus jiwa kesatria Raden Soreng (nama kecil Ronggolawe) disegani lawan maupun kawan.
Teringat jasa besar Ronggolawe yang ikut mendirikan Kerajaan Majapahit. Bersama Lembu Sora, dan Nambi, serta para loyalis Raden Wijaya lainnya, Lawe bertempur habis-habisan mengusir ratusan ribu prajurit Khubilai Khan. Ronggolawe bersama Raden Wijaya juga berperang melawan pasukan Kediri.
Di saat Raden Wijaya masih dikejar-kejar pengikut Jayakatwang, Banyak Wide yang kala itu masih menjabat sebagai Adipati Sumenep, menjadi pelindung Raden Wijaya. Di Kadipaten Sumenep Madura, Raden Wijaya yang merupakan menantu Raja Kertanegara itu bersembunyi.
Atas saran Banyak Wide juga, Raden Wijaya memperoleh hutan Tarik yang kelak berdiri Kerajaan Majapahit. Banyak Wide hanya bisa tertegun dan merenung. Ronggolawe, putranya telah gugur secara tragis. Mati dengan cap sebagai pemberontak karena melawan Kerajaan Majapahit. Kerajaan yang ia pernah ikut mendirikannya.
Pada hari kelima peperangan antara prajurit Tuban, dengan Majapahit, Ronggolawe bertemu Mantri Jaladi Kebo Anabrang. Duel tak terelakkan. Di aliran Sungai Tambak Beras, Jombang. Ronggolawe yang berani melawan Majapahit karena menolak pengangkatan Nambi sebagai mahapatih tidak berkutik.
Pitingan tubuh Kebo Anabrang yang sekaligus membenamkan kepala Ronggolawe ke dalam air, membuat nyawa Adipati Tuban itu melayang. Lembu Sora yang merupakan paman Ronggolawe, tidak tega menyaksikan proses kematian keponakannya.
Lembu Sora sontak meradang, begitu melihat Kebo Anabrang masih juga mencaci Ronggolawe yang sudah menjadi mayat. Dengan sebilah keris, Patih Kediri itu menikam Kebo Anabrang hingga tewas.