8 Tempat Lokalisasi dan Prostistusi yang Melegenda
Sabtu, 04 Juli 2020 - 11:43 WIB
SURABAYA - Bicara prostitusi atau pelacuran sepertinya tak ada habisnya dimana hal ini sudah ada sejak zaman dahulu. Sehingga kegiatan ini berkembang menjadi ajang bisnis, dan berdirilah tempat-tempat lokalisasi untuk melangsungkan kegiatan prostitusi tersebut.
Namun seiring zaman kini sudah banyak lokalisasi yang berubah fungsi. Walaupun demikian tetap ada praktik prostitusi terselubung.Inilah delapan tempat prostitusi yang sempat melegenda :
(Baca: Asyik Bercinta dengan Selingkuhan di Hotel, Pria Ini Digerebek Istri yang Hamil)
1. Gang Dolly
Dalam beberapa dekade silam, mengenal Surabaya adalah Dolly. Gang tersohor yang menjadi reverensi utama para hidung belang untuk mencari mangsa. Namun pada 18 Juni 2014 lalu lokalisasi terbesar di Asia Tenggara itu ditutup tapi sampai kini namanya masih tetap abadi.
Nama besar lokalisasi Dolly masih menyisahkan banyak kenangan. Mengenal Surabaya dengan seribu malam dan rayuannya. Cerita ranum yang kini tinggal kenangan dalam benak lelaki hidung belang. Di lahan bekas lokalisasi terbesar di Asia Tenggara itu, serpihan harapan masih terus membentang. Pundi-pundi rupiah masih bisa dikumpulkan. Di gang-gang legendaris, usaha kecil semakin laris. Tanpa ada lagi rasa sinis.
Saat matahari masih sepenggalah, deretan kendaraan parkir penuh sejak di Jalan Jarak. Memakan sebagian bahu jalan yang membuat kemacetan di berbagai penjuru. Bekas kios-kios yang dulu gemerlap kini tetap bersahaja. Rumah yang dulunya menjadi aquarium raksasa kini sudah berubah menjadi toko kue lapis, warung kopi, resto, pasar burung, makanan hewan sampai rumah produksi aneka makanan.
Di tiap ujung gang, jangan berharap lagi ada lelaki yang menawarkan paras perempuan lagi. Atau sekedar menawarkan kesenangan. Siang yang begitu terik, di eks lokalisasi Dolly diisi dengan sibuknya para pedagang kecil yang merintis usaha mereka dari berbagai lapak. Celoteh mereka untuk menawarkan barang dagangan, terdengar lebih renyah dari mucikari yang dulu sering berkeluh kesah.
Riswan (42), masih sibuk membuatkan kopi pada pelangganya yang duduk di bangku belakang Coffe Shop miliknya. Di tengah pandemi COVID-19, dia mengubah banyak tempat duduk untuk lebih berjarak. “Masih ada saja pelanggan, kami di sini tak pernah takut sepi,” katanya, Jumat (3/7/2020).
Namun seiring zaman kini sudah banyak lokalisasi yang berubah fungsi. Walaupun demikian tetap ada praktik prostitusi terselubung.Inilah delapan tempat prostitusi yang sempat melegenda :
(Baca: Asyik Bercinta dengan Selingkuhan di Hotel, Pria Ini Digerebek Istri yang Hamil)
1. Gang Dolly
Dalam beberapa dekade silam, mengenal Surabaya adalah Dolly. Gang tersohor yang menjadi reverensi utama para hidung belang untuk mencari mangsa. Namun pada 18 Juni 2014 lalu lokalisasi terbesar di Asia Tenggara itu ditutup tapi sampai kini namanya masih tetap abadi.
Nama besar lokalisasi Dolly masih menyisahkan banyak kenangan. Mengenal Surabaya dengan seribu malam dan rayuannya. Cerita ranum yang kini tinggal kenangan dalam benak lelaki hidung belang. Di lahan bekas lokalisasi terbesar di Asia Tenggara itu, serpihan harapan masih terus membentang. Pundi-pundi rupiah masih bisa dikumpulkan. Di gang-gang legendaris, usaha kecil semakin laris. Tanpa ada lagi rasa sinis.
Saat matahari masih sepenggalah, deretan kendaraan parkir penuh sejak di Jalan Jarak. Memakan sebagian bahu jalan yang membuat kemacetan di berbagai penjuru. Bekas kios-kios yang dulu gemerlap kini tetap bersahaja. Rumah yang dulunya menjadi aquarium raksasa kini sudah berubah menjadi toko kue lapis, warung kopi, resto, pasar burung, makanan hewan sampai rumah produksi aneka makanan.
Di tiap ujung gang, jangan berharap lagi ada lelaki yang menawarkan paras perempuan lagi. Atau sekedar menawarkan kesenangan. Siang yang begitu terik, di eks lokalisasi Dolly diisi dengan sibuknya para pedagang kecil yang merintis usaha mereka dari berbagai lapak. Celoteh mereka untuk menawarkan barang dagangan, terdengar lebih renyah dari mucikari yang dulu sering berkeluh kesah.
Riswan (42), masih sibuk membuatkan kopi pada pelangganya yang duduk di bangku belakang Coffe Shop miliknya. Di tengah pandemi COVID-19, dia mengubah banyak tempat duduk untuk lebih berjarak. “Masih ada saja pelanggan, kami di sini tak pernah takut sepi,” katanya, Jumat (3/7/2020).
tulis komentar anda