8 Tempat Lokalisasi dan Prostistusi yang Melegenda

Sabtu, 04 Juli 2020 - 11:43 WIB
Namun kini, tempat tersebut telah berubah menjadi kawasan bisnis. Sejumlah pemilik usaha hiburan malam di tempat tersebut juga sudah beralih profesi, seperti berdagang. Pemkot Semarang pun berupaya keras untuk merubah pandangan masyarakat terhadap eks lokalisasi Sunan Kuning dan menghidupkan kembali perekonomian di kawasan tersebut.

Ketua RW 4 Argorejo, Kelurahan Kalibanteng Kulon Suwandi mengatakan, kehidupan di eks lokalisasi Sunan Kuning sudah berubah total. Sudah tidak ada lagi prostitusi dan gemerlap dunia malam. "Dulu warga saya tiarap karena SK (sunan kuning) ditutup. Kini mereka sudah bergerak untuk menata kehidupan yang lebih baik," ujarnya.

Dia berharap, Pemkot Semarang terus mendorong dan membantu membangkirkan perekonimian warga. Warga minta Pemkot Semarang terus terus turun tangan memberikan berbagai pelatihan dan kegiatan hingga masyarakat benar-benar bisa kembali mandiri.

"Selama ini sudah ada pelatihan masak, tata boga, membuat batik dan lainnya dari Pemkot Semarang. Kami berharap kegiatan untuk mengningkatka perekonomian masyarakat bisa terus berlanjut," ujarnya.

Camat Semarang Barat Heru Soekendar mengatakan, kini kawasan Sunan Kuning sudah berubah menjadi tempat kegiatan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. "Berbagai kegiatan telah dilaksanakan untuk mewujudkan Sunan Kuning menjadi destinasi wisata kuliner dan religi," tandasnya.

5. Patok Besi

Bagi anda yang berdomisili di sekitar Kota Lubuklinggau, Kabupaten Musi Rawas dan Muratara, apa yang terlintas di pikiran anda jika mendengar kata "Patok Besi”. Ya… bagi sebagian orang, kata itu akan membawa alam pikirannya menuju suatu tempat atau kompleks lokalisasi yang berada di RT.07, Kelurahan Sumber Agung, Kecamatan Lubuklinggau Utara I, Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan.



Salah satu Tokoh Pemuda di daerah Sumber Agung Bayu Sembiring mengatakan, Patok besi itu dan lokalisasi-lokalisasi lainnya sebenarnya merupakan bentuk konfirmasi dari pemerintah kita yang belum berhasil membawa kesejahteraan ke semua lini kehidupan masyarakatnya.

“Karena di sana alasan mayoritasnya karena kebutuhan ekonomi yang mendesak, pendidikan yang kurang berpihak, dan longgarnya peraturan tentang hal2 yang menyangkut sosial,” katanya.
Halaman :
tulis komentar anda
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content