Penjual Ayam Goreng Keliling Ini Harus Makan Nasi Aking Demi Bertahan Hidup
Selasa, 26 Mei 2020 - 18:00 WIB
“Namun dua anak saya sudah menetap di Pulau Jawa. Jadi sekarang yang di sini 5 anak. Sebelum COVID-19, satu anak perempuan saya yang sudah punya putra, kerja di Jawa. Karena kerjaannya ditutup, dia balik ke sini. Padahal biasanya anak saya ini ikut membantu keuangan rumah tangga kami,” imbuhnya.
Tak pernah mendapat bantuan
Sejak menjadi warga Kobar, keluarga ini tak tersentuh bantuan sama sekali dari pemerintah kabupaten, provinsi, dan pusat. Bahkan di masa sulit wabah COVID-19. “Pernah saya menanyakan ke pak RT 15, Kelurahan Sidorejo sesuai KK saya. Meski sudah didata, tetap saja saya sampai sekarang tidak pernah menerima bantuan apapun dari pemerintah, tapi ya sudahlah,” ujarnya.
Kegigihan Hariadi menafkahi keluarga meski dalam kondisi sulit patut diacungi jempol. Dia tak berharap banyak atas bantuan pemerintah. Dia lebih baik berjuang sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga meski masih sangat kurang.
Bahkan, dia berpikir positif jika memang tidak mendapat bantuan dari pemerintah, akan terus berjuang menafkahi keluargnya. “Ya saya berpikir mungkin masih banyak yang lebih susah dari saya yang berhak mendapat bantuan. Karena saya memang masih mampu berusaha sendiri meski sebenarnya sangat berat,” ujarnya.
Warga setempat, Ema Prastya mengaku sedih melihat tetangganya itu hidup dalam kondisi memprihatinkan. Padahal, rumah Ema tepat di depan rumah kontrakan Hariadi. “Ya mereka ini sudah mengontrak rumah sekitar satu tahun. Selama ini memang mereka jarang bergaul dengan tetangga. Kita awalnya mengira mereka sombong, padahal faktanya tidak begitu,” ujar Ema sambil mengelus dada karena merasa bersalah tidak pernah mengetahui kehidupan keluarga Hariadi.
Bak semut di seberang lautan terlihat, namun gajah dipelupuk mata tak terlihat. “Jadi, tadi pagi saya mampir ke rumah Pak Hariadi langsung lewat garasi dan nembus dapur. Saat itulah saya kaget karena Pak Hariadi memasak nasi aking untuk dikonsumi. Saya sangat sedih sekali saat melihatnya,” ungkapnya.
Ema pun berjanji bersama Forum Partisipasi Publik untuk Kesejahteraan Perempuan dan Anak (Forum Puspa) Kobar yang dirinya ketuai akan membantu keluarga Hariadi supaya mendapat bantuan dari pemerintah dan dari donasi masyarakat. “Insha Allah kami sedang mengurus data keluarga Pak Hariadi supaya mendapat bantuan dari pemerintah,” ujarnya.
Sementara itu berdasarkan koordinasi Forum Puspa dengan Dinas Sosial Kobar, rencananya besok (Rabu, 27 Mei 2020) petugas akan mendata keluarga Hariadi sebagai penerima bantuan dari pemerintah. “Dan sekaligus menyerahkan bantuan,” ujarnya.
Tak pernah mendapat bantuan
Sejak menjadi warga Kobar, keluarga ini tak tersentuh bantuan sama sekali dari pemerintah kabupaten, provinsi, dan pusat. Bahkan di masa sulit wabah COVID-19. “Pernah saya menanyakan ke pak RT 15, Kelurahan Sidorejo sesuai KK saya. Meski sudah didata, tetap saja saya sampai sekarang tidak pernah menerima bantuan apapun dari pemerintah, tapi ya sudahlah,” ujarnya.
Kegigihan Hariadi menafkahi keluarga meski dalam kondisi sulit patut diacungi jempol. Dia tak berharap banyak atas bantuan pemerintah. Dia lebih baik berjuang sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga meski masih sangat kurang.
Bahkan, dia berpikir positif jika memang tidak mendapat bantuan dari pemerintah, akan terus berjuang menafkahi keluargnya. “Ya saya berpikir mungkin masih banyak yang lebih susah dari saya yang berhak mendapat bantuan. Karena saya memang masih mampu berusaha sendiri meski sebenarnya sangat berat,” ujarnya.
Warga setempat, Ema Prastya mengaku sedih melihat tetangganya itu hidup dalam kondisi memprihatinkan. Padahal, rumah Ema tepat di depan rumah kontrakan Hariadi. “Ya mereka ini sudah mengontrak rumah sekitar satu tahun. Selama ini memang mereka jarang bergaul dengan tetangga. Kita awalnya mengira mereka sombong, padahal faktanya tidak begitu,” ujar Ema sambil mengelus dada karena merasa bersalah tidak pernah mengetahui kehidupan keluarga Hariadi.
Bak semut di seberang lautan terlihat, namun gajah dipelupuk mata tak terlihat. “Jadi, tadi pagi saya mampir ke rumah Pak Hariadi langsung lewat garasi dan nembus dapur. Saat itulah saya kaget karena Pak Hariadi memasak nasi aking untuk dikonsumi. Saya sangat sedih sekali saat melihatnya,” ungkapnya.
Ema pun berjanji bersama Forum Partisipasi Publik untuk Kesejahteraan Perempuan dan Anak (Forum Puspa) Kobar yang dirinya ketuai akan membantu keluarga Hariadi supaya mendapat bantuan dari pemerintah dan dari donasi masyarakat. “Insha Allah kami sedang mengurus data keluarga Pak Hariadi supaya mendapat bantuan dari pemerintah,” ujarnya.
Sementara itu berdasarkan koordinasi Forum Puspa dengan Dinas Sosial Kobar, rencananya besok (Rabu, 27 Mei 2020) petugas akan mendata keluarga Hariadi sebagai penerima bantuan dari pemerintah. “Dan sekaligus menyerahkan bantuan,” ujarnya.
(nbs)
Lihat Juga :
tulis komentar anda