Sosok I-Tsing, Biksu Tiongkok yang Belajar Sampai ke Kerajaan Sriwijaya
loading...
A
A
A
Nama Sriwijaya sebagai kerajaan penganut Budha, telah kesohor di berbagai penjuru dunia. Dalam Prasasti Kedukan Bukit, berangka tahun 605 Saka (683 M), Kadatuan Sriwijaya pertama kali didirikan di sekitar Palembang, di tepian Sungai Musi.
Dalam perkembangannya, Sriwijaya juga menjadi pusat pengajaran Budha, hingga menarik banyak peziarah dan sarjana dari negara-negara di Asia, untuk datang mengunjunginya. Mereka yang datang, salah satunya pendeta dari Tiongkok, I-Tsing.
I-Tsing melakukan kunjungan ke Sumatera, dalam perjalanan studinya di Universitas Nalanda, India, pada tahun 671 dan 695. I-Tsing melaporkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi sarjana Budha, sehingga menjadi pusat pembelajaran agama Budha.
Selain berita di atas, terdapat berita yang dibawakan oleh I-Tsing, dinyatakan bahwa terdapat 1.000 orang pendeta yang belajar agama Budha pada Sakyakirti, seorang pendeta terkenal di Sriwijaya.
Slamet Muljana, dalam bukunya yang berjudul "Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara" menyebutkan, pada tahun 671 pendeta I-Tsing berangkat dari Kanton, ke Nalanda melalui Sriwijaya.
Pengembaraan I-Tsing di luar Tiongkok, berlangsung selama 25 tahun. Ia kembali ke Kwang-tung pada pertengahan musim panas tahun pertama atau sekitar 695 Masehi. Hingga abad tujuh masehi, disebut hanya pendeta Budha Tiongkok yang memainkan perjalanan dari India untuk mengunjungi Sriwijaya, di Pulau Sumatera.
Pada zaman Sriwijaya, diperkirakan telah ada hubungan pelayaran yang teratur antara Tiongkok (Kanton), dan pelabuhan Melayu di Kerajaan Sriwijaya. Kapal yang berlayar dari Kanton ke Sriwijaya dan kebalikannya adalah kapal dagang.
Dalam perkembangannya, Sriwijaya juga menjadi pusat pengajaran Budha, hingga menarik banyak peziarah dan sarjana dari negara-negara di Asia, untuk datang mengunjunginya. Mereka yang datang, salah satunya pendeta dari Tiongkok, I-Tsing.
I-Tsing melakukan kunjungan ke Sumatera, dalam perjalanan studinya di Universitas Nalanda, India, pada tahun 671 dan 695. I-Tsing melaporkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi sarjana Budha, sehingga menjadi pusat pembelajaran agama Budha.
Selain berita di atas, terdapat berita yang dibawakan oleh I-Tsing, dinyatakan bahwa terdapat 1.000 orang pendeta yang belajar agama Budha pada Sakyakirti, seorang pendeta terkenal di Sriwijaya.
Baca Juga
Slamet Muljana, dalam bukunya yang berjudul "Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara" menyebutkan, pada tahun 671 pendeta I-Tsing berangkat dari Kanton, ke Nalanda melalui Sriwijaya.
Pengembaraan I-Tsing di luar Tiongkok, berlangsung selama 25 tahun. Ia kembali ke Kwang-tung pada pertengahan musim panas tahun pertama atau sekitar 695 Masehi. Hingga abad tujuh masehi, disebut hanya pendeta Budha Tiongkok yang memainkan perjalanan dari India untuk mengunjungi Sriwijaya, di Pulau Sumatera.
Pada zaman Sriwijaya, diperkirakan telah ada hubungan pelayaran yang teratur antara Tiongkok (Kanton), dan pelabuhan Melayu di Kerajaan Sriwijaya. Kapal yang berlayar dari Kanton ke Sriwijaya dan kebalikannya adalah kapal dagang.