Harga BBM Naik, Sopir Angkot di Medan Diminta Tahan Diri Tunggu Penetapan Tarif Baru
loading...
A
A
A
Montgomery mengatakan, kebijakan menaikkan ongkos angkot ini harus dilakukan untuk menutupi biaya operasional para sopir angkot. Apalagi ongkos sudah tak naik sejak mereka terpaksa memakai Pertalite akibat hilangnya BBM jenis Premium.
"Kita ini kan harusnya memakai Premium, tapi sekarang mau dimana mencari Premium. Terpaksa lah kita pakai Pertalite. Waktu peralihan itu, nggak bisa kita naikkan ongkos. Tapi sekarang, karena Pertalite juga naik, mau nggak mau harus naik," kata Montgomery .
"Naiknya 30 persen. Dari Rp 5000 per estafet, jadi Rp 6500 per estafet," tambahnya.
Montgomery menyebut saat ini para sopir angkot di Medan hidup di bawah garis kemiskinan. Kenaikan harga BBM kali ini menurutnya sungguh sangat memberatkan dan mereka berharap masyarakat bisa memakluminya.
“Sopir-sopir kita cari makan bukan cari kaya. Kalau kenaikan tarif ini juga dikomplain, kita nggak ngerti lagi. Kenaikan yang kita lakukan juga sesuai dengan besaran harga BBM yang naik, tidak ada penambahan pendapatan. Sementara saat ini, di tengah pendapatan yang tidak naik, biaya kehidupan justru semakin naik karena terdampak harga BBM,” ungkapnya.
Montgomery menuturkan, salah satu yang membuat nasib para sopir angkot di Medan hari ini terpuruk, adalah karena terus beroperasinya angkutan massal Trans Metro Deli secara gratis. Moda transportasi baru di Medan itu pun telah merenggut para penumpang angkot.
"Dulu katanya cuma gratis selama 3 bulan. Tapi ini udah 2 tahun gratisnya. Itu banyak mengambil penumpang kita. Belum lagi keberadaan taksi online yang semakin banyak. Kita makin enggak kuasa menghadapi kebijakan kenaikan BBM ini," pungkasnya.
"Kita ini kan harusnya memakai Premium, tapi sekarang mau dimana mencari Premium. Terpaksa lah kita pakai Pertalite. Waktu peralihan itu, nggak bisa kita naikkan ongkos. Tapi sekarang, karena Pertalite juga naik, mau nggak mau harus naik," kata Montgomery .
"Naiknya 30 persen. Dari Rp 5000 per estafet, jadi Rp 6500 per estafet," tambahnya.
Montgomery menyebut saat ini para sopir angkot di Medan hidup di bawah garis kemiskinan. Kenaikan harga BBM kali ini menurutnya sungguh sangat memberatkan dan mereka berharap masyarakat bisa memakluminya.
“Sopir-sopir kita cari makan bukan cari kaya. Kalau kenaikan tarif ini juga dikomplain, kita nggak ngerti lagi. Kenaikan yang kita lakukan juga sesuai dengan besaran harga BBM yang naik, tidak ada penambahan pendapatan. Sementara saat ini, di tengah pendapatan yang tidak naik, biaya kehidupan justru semakin naik karena terdampak harga BBM,” ungkapnya.
Montgomery menuturkan, salah satu yang membuat nasib para sopir angkot di Medan hari ini terpuruk, adalah karena terus beroperasinya angkutan massal Trans Metro Deli secara gratis. Moda transportasi baru di Medan itu pun telah merenggut para penumpang angkot.
"Dulu katanya cuma gratis selama 3 bulan. Tapi ini udah 2 tahun gratisnya. Itu banyak mengambil penumpang kita. Belum lagi keberadaan taksi online yang semakin banyak. Kita makin enggak kuasa menghadapi kebijakan kenaikan BBM ini," pungkasnya.
(nic)