Harga BBM Naik, Sopir Angkot di Medan Diminta Tahan Diri Tunggu Penetapan Tarif Baru
loading...
A
A
A
MEDAN - Pemerintah Kota Medan meminta para sopir angkutan kota (angkot) di Medan, Sumatera Utara, tidak menaikkan tarif secara sepihak. Mereka diminta menunggu hasil perhitungan dan penetapan dari pemerintah.
Hal itu dikatakan Kepala Dinas Perhubungan Kota Medan, Iswar Lubis, menanggapi rencana para sopir angkot menaikkan tarif sebesar 30 persen sebagai dampak dari kenaikan harga BBM yang dilakukan pemerintah sejak Sabtu, 3 September 2022 lalu.
"Sebelum ada keputusan dari Pemko Medan terkait besaran tarif, kita minta kawan-kawan sopir angkutan untuk menahan diri dan tidak menaikkan tarif secara sepihak,” kata Iswar, Senin (5/9/2022).
Iswar mengatakan, pihaknya memahami kesulitan para sopir angkot akibat dampak kenaikan harga BBM. Desakan para sopir agar ongkos yang dinaikkan juga masuk akal, karena harga BBM merupakan salah satu komponen dalam penentuan tarif.
"Karena harga BBM naik jadi memang sudah sewajarnya tarif itu harus naik. Tapi harus dihitung dulu besaran idealnya berapa. Tarif baru yang ditetapkan nantinya harus tetap membuat usaha angkot ini menguntungkan tapi juga terjangkau oleh masyarakat. Jadi nggak bisa sepihak," tukasnya.
Pemko Medan, kata Iswar telah mengagendakan pembahasan tarif baru tersebut. Dalam rapat yang rencananya digelar pada pertengahan Kamis pekan ini, pemangku kepentingan di sektor transportasi akan diundang untuk mengikuti pembahasan.
"Setelah kita bahas nanti, kita hitung sama-sama besarannya baru kita tetapkan berapa tarif barunya," pungkasnya.
Sebelumnya, Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Medan, Montgomery Munthe, mengatakan pihaknya akan menaikkan tarif angkot sebesar 30 persen. Kenaikan ini untuk menyesuaikan dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite dan Solar.
Montgomery mengatakan, kebijakan menaikkan ongkos angkot ini harus dilakukan untuk menutupi biaya operasional para sopir angkot. Apalagi ongkos sudah tak naik sejak mereka terpaksa memakai Pertalite akibat hilangnya BBM jenis Premium.
"Kita ini kan harusnya memakai Premium, tapi sekarang mau dimana mencari Premium. Terpaksa lah kita pakai Pertalite. Waktu peralihan itu, nggak bisa kita naikkan ongkos. Tapi sekarang, karena Pertalite juga naik, mau nggak mau harus naik," kata Montgomery .
"Naiknya 30 persen. Dari Rp 5000 per estafet, jadi Rp 6500 per estafet," tambahnya.
Montgomery menyebut saat ini para sopir angkot di Medan hidup di bawah garis kemiskinan. Kenaikan harga BBM kali ini menurutnya sungguh sangat memberatkan dan mereka berharap masyarakat bisa memakluminya.
“Sopir-sopir kita cari makan bukan cari kaya. Kalau kenaikan tarif ini juga dikomplain, kita nggak ngerti lagi. Kenaikan yang kita lakukan juga sesuai dengan besaran harga BBM yang naik, tidak ada penambahan pendapatan. Sementara saat ini, di tengah pendapatan yang tidak naik, biaya kehidupan justru semakin naik karena terdampak harga BBM,” ungkapnya.
Montgomery menuturkan, salah satu yang membuat nasib para sopir angkot di Medan hari ini terpuruk, adalah karena terus beroperasinya angkutan massal Trans Metro Deli secara gratis. Moda transportasi baru di Medan itu pun telah merenggut para penumpang angkot.
"Dulu katanya cuma gratis selama 3 bulan. Tapi ini udah 2 tahun gratisnya. Itu banyak mengambil penumpang kita. Belum lagi keberadaan taksi online yang semakin banyak. Kita makin enggak kuasa menghadapi kebijakan kenaikan BBM ini," pungkasnya.
Hal itu dikatakan Kepala Dinas Perhubungan Kota Medan, Iswar Lubis, menanggapi rencana para sopir angkot menaikkan tarif sebesar 30 persen sebagai dampak dari kenaikan harga BBM yang dilakukan pemerintah sejak Sabtu, 3 September 2022 lalu.
"Sebelum ada keputusan dari Pemko Medan terkait besaran tarif, kita minta kawan-kawan sopir angkutan untuk menahan diri dan tidak menaikkan tarif secara sepihak,” kata Iswar, Senin (5/9/2022).
Iswar mengatakan, pihaknya memahami kesulitan para sopir angkot akibat dampak kenaikan harga BBM. Desakan para sopir agar ongkos yang dinaikkan juga masuk akal, karena harga BBM merupakan salah satu komponen dalam penentuan tarif.
"Karena harga BBM naik jadi memang sudah sewajarnya tarif itu harus naik. Tapi harus dihitung dulu besaran idealnya berapa. Tarif baru yang ditetapkan nantinya harus tetap membuat usaha angkot ini menguntungkan tapi juga terjangkau oleh masyarakat. Jadi nggak bisa sepihak," tukasnya.
Pemko Medan, kata Iswar telah mengagendakan pembahasan tarif baru tersebut. Dalam rapat yang rencananya digelar pada pertengahan Kamis pekan ini, pemangku kepentingan di sektor transportasi akan diundang untuk mengikuti pembahasan.
"Setelah kita bahas nanti, kita hitung sama-sama besarannya baru kita tetapkan berapa tarif barunya," pungkasnya.
Sebelumnya, Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Medan, Montgomery Munthe, mengatakan pihaknya akan menaikkan tarif angkot sebesar 30 persen. Kenaikan ini untuk menyesuaikan dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite dan Solar.
Montgomery mengatakan, kebijakan menaikkan ongkos angkot ini harus dilakukan untuk menutupi biaya operasional para sopir angkot. Apalagi ongkos sudah tak naik sejak mereka terpaksa memakai Pertalite akibat hilangnya BBM jenis Premium.
"Kita ini kan harusnya memakai Premium, tapi sekarang mau dimana mencari Premium. Terpaksa lah kita pakai Pertalite. Waktu peralihan itu, nggak bisa kita naikkan ongkos. Tapi sekarang, karena Pertalite juga naik, mau nggak mau harus naik," kata Montgomery .
"Naiknya 30 persen. Dari Rp 5000 per estafet, jadi Rp 6500 per estafet," tambahnya.
Montgomery menyebut saat ini para sopir angkot di Medan hidup di bawah garis kemiskinan. Kenaikan harga BBM kali ini menurutnya sungguh sangat memberatkan dan mereka berharap masyarakat bisa memakluminya.
“Sopir-sopir kita cari makan bukan cari kaya. Kalau kenaikan tarif ini juga dikomplain, kita nggak ngerti lagi. Kenaikan yang kita lakukan juga sesuai dengan besaran harga BBM yang naik, tidak ada penambahan pendapatan. Sementara saat ini, di tengah pendapatan yang tidak naik, biaya kehidupan justru semakin naik karena terdampak harga BBM,” ungkapnya.
Montgomery menuturkan, salah satu yang membuat nasib para sopir angkot di Medan hari ini terpuruk, adalah karena terus beroperasinya angkutan massal Trans Metro Deli secara gratis. Moda transportasi baru di Medan itu pun telah merenggut para penumpang angkot.
"Dulu katanya cuma gratis selama 3 bulan. Tapi ini udah 2 tahun gratisnya. Itu banyak mengambil penumpang kita. Belum lagi keberadaan taksi online yang semakin banyak. Kita makin enggak kuasa menghadapi kebijakan kenaikan BBM ini," pungkasnya.
(nic)