Cerita Karyawan Pabrik Miliki 17 Masker Dihadiahi Gubernur Jateng Rp500.000
loading...
A
A
A
KUDUS - Selama masa pandemi ini berapa jumlah koleksi masker yang kamu miliki? Karena sesuai protokol kesehatan, satu masker baiknya digunakan tidak lebih dari empat jam. Mestinya setiap orang punya masker minimal tiga. Seperti yang dipraktikkan salah satu karyawan PT Norojono Kudus, Endang Murwati (46).
Selama masa pandemi ini, Endang ketika bekerja selalu membawa bekal tiga sampai lima masker. Setiap beberapa jam sekali, dia mengatakan selalu mengganti masker kain yang dia kenakan. Wajar saja, karena masker yang Endang memiliki ada 17 buah. Delapan masker hasil dari pemberian tempatnya bekerja, sisanya dia beli sendiri dan sebagian diberi orang.
Di tempat dia bekerja, telah dilakukan penataan sudah sekitar tiga bulan. Antar tempat duduk pekerja di beri jarak plus dipasang pembatas dengan plastik. Selain wajib mengenakan masker, sebelum masuk ke ruang kerja, semua pekerja dicek suhu tubuhnya dan cuci tangan.
(Baca juga: Muncul Klaster Pemprov Jateng, Puluhan ASN Terpapar Corona )
Semua tata cara bekerja itu, Endang jelaskan dengan gamblang kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang mengecek penerapan new normal di pabrik tersebut, Rabu (6/1/2020). "Kalau tidak pakai masker disuruh pulang Pak. Saya punya kalau gak 16 ya 17 masker pak," kata Endang.
Meski sempat terkejut, Ganjar membenarkan jawaban Endang. Ganjar mengatakan untuk pemakaian masker kain memang baiknya tidak lebih dari empat jam. Karena pemahaman yang luas terhadap protokol kesehatan di tempat kerja, Endang pun mendapat hadiah dari Ganjar berupa uang tunai Rp 500 ribu.
"Tugase jenengan (Anda) sosialisasi ke teman-teman, kalau nyedak Keplak (mendekat tampar). Masker itu jadikan bagian dari baju yang harus kita kenakan," kata Ganjar.
(Baca juga: HUT Bhayangkara 74, Polda Jateng Janji Tingkatkan Layanan dan Keamanan )
Pemahaman karyawan terhadap penerapan normal baru di tempat kerja, kata Ganjar, salah satunya menjadi tanggungjawab perusahaan. Maka sosialisasi dan pengawasan mesti terus dilakukan. Dengan demikian, meski di tengah Pandemi tapi aktivitas ekonomi, di dunia industri khususnya masih tetap bisa berjalan.
"Saat ini memang harus ada yang nge-gas dan nge-rem. Saya di pemerintahan, bupati dan para pengusaha ini yang nge-gas agar ekonomi tidak mandek. Tapi harus ada yang ngerem yaitu dari sisi kesehatan. Maka harus ada saling pengertian," kata Ganjar.
Ganjar pun mengapresiasi apa yang telah dilakukan PT Norojono yang memberlakukan kerja hanya satu shift, pemasangan pembatas antar pekerja sampai sosialisasi yang terus dilakukan. Menurut Ganjar apa yang telah diterapkan PT Norojono itu bisa menjadi model baru di tempat kerja.
Selama masa pandemi ini, Endang ketika bekerja selalu membawa bekal tiga sampai lima masker. Setiap beberapa jam sekali, dia mengatakan selalu mengganti masker kain yang dia kenakan. Wajar saja, karena masker yang Endang memiliki ada 17 buah. Delapan masker hasil dari pemberian tempatnya bekerja, sisanya dia beli sendiri dan sebagian diberi orang.
Di tempat dia bekerja, telah dilakukan penataan sudah sekitar tiga bulan. Antar tempat duduk pekerja di beri jarak plus dipasang pembatas dengan plastik. Selain wajib mengenakan masker, sebelum masuk ke ruang kerja, semua pekerja dicek suhu tubuhnya dan cuci tangan.
(Baca juga: Muncul Klaster Pemprov Jateng, Puluhan ASN Terpapar Corona )
Semua tata cara bekerja itu, Endang jelaskan dengan gamblang kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang mengecek penerapan new normal di pabrik tersebut, Rabu (6/1/2020). "Kalau tidak pakai masker disuruh pulang Pak. Saya punya kalau gak 16 ya 17 masker pak," kata Endang.
Meski sempat terkejut, Ganjar membenarkan jawaban Endang. Ganjar mengatakan untuk pemakaian masker kain memang baiknya tidak lebih dari empat jam. Karena pemahaman yang luas terhadap protokol kesehatan di tempat kerja, Endang pun mendapat hadiah dari Ganjar berupa uang tunai Rp 500 ribu.
"Tugase jenengan (Anda) sosialisasi ke teman-teman, kalau nyedak Keplak (mendekat tampar). Masker itu jadikan bagian dari baju yang harus kita kenakan," kata Ganjar.
(Baca juga: HUT Bhayangkara 74, Polda Jateng Janji Tingkatkan Layanan dan Keamanan )
Pemahaman karyawan terhadap penerapan normal baru di tempat kerja, kata Ganjar, salah satunya menjadi tanggungjawab perusahaan. Maka sosialisasi dan pengawasan mesti terus dilakukan. Dengan demikian, meski di tengah Pandemi tapi aktivitas ekonomi, di dunia industri khususnya masih tetap bisa berjalan.
"Saat ini memang harus ada yang nge-gas dan nge-rem. Saya di pemerintahan, bupati dan para pengusaha ini yang nge-gas agar ekonomi tidak mandek. Tapi harus ada yang ngerem yaitu dari sisi kesehatan. Maka harus ada saling pengertian," kata Ganjar.
Ganjar pun mengapresiasi apa yang telah dilakukan PT Norojono yang memberlakukan kerja hanya satu shift, pemasangan pembatas antar pekerja sampai sosialisasi yang terus dilakukan. Menurut Ganjar apa yang telah diterapkan PT Norojono itu bisa menjadi model baru di tempat kerja.
(msd)