Sejarah Lukisan Hidup Pangeran Diponegoro, Separuh Badan Dibuat di Batavia

Senin, 04 Juli 2022 - 07:05 WIB
loading...
A A A
Secara pribadi ia menyiapkan pensil dan selembar kertas untuk membuat sketsa lukisan dengan subyek hidup yang secara fisik berjarak dekat dengannya. Jan Bik ingin mengabadikan sang Pangeran yang kini telah menjadi seorang pesakitan. “Pangeran yang ditawan itu sepenuhnya tersedia bagi Bik,” kata Harm Stevens.

Proses memindahkan sosok Pangeran Diponegoro ke dalam sketsa di atas kertas putih itu, relatif berjalan lancar. Diponegoro memenuhi apa yang menjadi keinginan Jan Bik.

Ia duduk di atas kursi dengan lengan kiri bertumpu pada sandaran, dengan posisi berhadapan dengan Jan Bik yang berjarak dekat. Bik yang mengawali karir seniman dengan melukis di atas permukaan porselein, mampu bekerja dengan baik.

Ia sanggup menggambar wajah Pangeran Diponegoro secara akurat. Hasil dari energi dan kemampuan yang banyak tercurah itu adalah wajah Diponegoro berparas halus dengan sorot dua bola mata yang menatap tajam. Gestur wajah yang kemudian kerap disebut memancarkan martabat.

Sementara pakaian Diponegoro, yakni kebaya yang ditutup kancing dan jas longgar yang disampirkan di bahu, kemudian keris terselip pada selempang berhias sulaman serta kepala tertutup serban dengan ujung tergantung di atas bahu kiri, ia tuntaskan dalam sketsa kasar.

Pada masa diantara 8 April dan 4 Mei tahun 1830 itu, Jan Bik berhasil menuntaskan gambar sketsa Diponegoro separuh badan. Ia menuliskan dua judul di sebelah kiri bawah dan tengah lukisan: A.J. Bik, digambar dari model hidup, Batavia 1830 dan Diponegoro, kepala para pemberontak di Jawa.



Pada tahun 1898 atau 68 tahun kemudian, Jan Bik yang beralamat tinggal di Batavia menghadiahkan album bersampul kain linnen merah kepada Rijksmuseum di Amsterdam Belanda. Album itu berisi 98 lembar halaman yang tertempel 74 gambar dan beberapa litografi.

Salah satu gambar yang tertempel itu dan menjadi gambar terpenting adalah lukisan sketsa Pangeran Diponegoro. “Sketsa pensil dari seorang pria, yang digambarkan hanya separuh badan: dia duduk di atas kursi,” tulis Harm Stevens dalam Yang SilamYang Pedas, Indonesia dan Belanda Sejak Tahun 1600.

Seperti yang tercatat dalam sumber sejarah. Dari Batavia, Pangeran Diponegoro kemudian menjalani pembuangan ke Manado (1830) dan berlanjut di Fort Rotterdam, Makassar (1833). Pada pukul setengah tujuh pagi tanggal 8 Januari 1855, pangeran Jawa yang sangat ditakuti Kolonial Belanda itu, wafat di tanah pengasingannya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2583 seconds (0.1#10.140)