Kisah Siu Ban Ci, Cinta Pandangan Pertama Brawijaya V yang Anaknya Menghancurkan Majapahit
loading...
A
A
A
Siu Ban Ci akhirnya dibawa menghadap Brawijaya V, dengan menggunakan tandu terbaik dari Puri Kanuruhan. Brawijaya V sangat mencitai Siu Ban Ci, hal inilah yang memicu kemarahan permaisuri, Dewi Amarawati.
Dalam Babad Tanah Jawi, diceritakan, saat Dewi Amarawati belum juga memiliki keturunan, ternyata Siu Ban Ci justru sudah hamil. Kondisi ini semakin memperburuk hubungan antara Siu Ban Ci dengan Amarawati.
Amarawati meminta Brawijaya V untuk menceraikan Siu Ban Ci. Cinta yang sudah tumbuh di hati Brawijaya V, tak dapat dipadamkan. Namun, demi menuruti permintaan sang permaisuri, akhirnya Siu Ban Ci yang sudah dalam kondisi hamil tiga bulan, dititipkan kepada Adipati Palembang, Arya Damar.
Palembang kala itu masih masuk wilayah kekuasaan Majapahit. Di wilayah tersebut, juga sangat banyak penduduk asal Tionghoa. Dengan menitipkan ke Arya Damar, Brawijaya V berharap Siu Ban Ci lebih betah hidup di Palembang.
Arya Damar sendiri merupakan putra Raja Majapahit Bathara Prabu Wikramawardhana dengan seorang selir berdarah Tionghoa. Arya Damar yang terhitung masih paman dari Brawijaya V, memiliki nama asli Swan Liong.
Saat melepas Siu Ban Ci ke Palembang, Brawijaya V merelakan Arya Damar menikahi Sii Ban Ci, tetapi dengan syarat tidak boleh diapa-apakan sebelum anaknya lahir. Selain itu, Brawijaya V juga meminta, apabila anaknya lahir diberi nama Naraprakosa yang memiliki arti laki-laki perkasa.
Setelah lahir, buah cinta Brawijaya V dengan Siu Ban Ci tersebut diberi nama Raden Hasan, dan memiliki nama Tionghoa, Jin Bun. Saat beranjak dewasa, Raden Hasan melakukan perjalanan ke tanah Jawa, untuk menemui ayah kandungnya, Brawijaya V atau Bhre Kertabhumi.
Ayah kandungnya begitu senang dengan kedatangan puteranya tersebut, dan mengangkat Raden Hasan menjadi Adipati Demak. Bukan hanya itu, Brawijaya V juga mengangkat adik tiri Raden Hasan, yakni putera hasil perkawinan Arya Damar dengan Siu Ban Ci, Raden Husain atau Raden Kusen sebagai Adipati Terung, yang dikemudian hari dikenal dengan nama Arya Pecattanda.
Dalam Babad Tanah Jawi, diceritakan, saat Dewi Amarawati belum juga memiliki keturunan, ternyata Siu Ban Ci justru sudah hamil. Kondisi ini semakin memperburuk hubungan antara Siu Ban Ci dengan Amarawati.
Amarawati meminta Brawijaya V untuk menceraikan Siu Ban Ci. Cinta yang sudah tumbuh di hati Brawijaya V, tak dapat dipadamkan. Namun, demi menuruti permintaan sang permaisuri, akhirnya Siu Ban Ci yang sudah dalam kondisi hamil tiga bulan, dititipkan kepada Adipati Palembang, Arya Damar.
Palembang kala itu masih masuk wilayah kekuasaan Majapahit. Di wilayah tersebut, juga sangat banyak penduduk asal Tionghoa. Dengan menitipkan ke Arya Damar, Brawijaya V berharap Siu Ban Ci lebih betah hidup di Palembang.
Arya Damar sendiri merupakan putra Raja Majapahit Bathara Prabu Wikramawardhana dengan seorang selir berdarah Tionghoa. Arya Damar yang terhitung masih paman dari Brawijaya V, memiliki nama asli Swan Liong.
Saat melepas Siu Ban Ci ke Palembang, Brawijaya V merelakan Arya Damar menikahi Sii Ban Ci, tetapi dengan syarat tidak boleh diapa-apakan sebelum anaknya lahir. Selain itu, Brawijaya V juga meminta, apabila anaknya lahir diberi nama Naraprakosa yang memiliki arti laki-laki perkasa.
Setelah lahir, buah cinta Brawijaya V dengan Siu Ban Ci tersebut diberi nama Raden Hasan, dan memiliki nama Tionghoa, Jin Bun. Saat beranjak dewasa, Raden Hasan melakukan perjalanan ke tanah Jawa, untuk menemui ayah kandungnya, Brawijaya V atau Bhre Kertabhumi.
Ayah kandungnya begitu senang dengan kedatangan puteranya tersebut, dan mengangkat Raden Hasan menjadi Adipati Demak. Bukan hanya itu, Brawijaya V juga mengangkat adik tiri Raden Hasan, yakni putera hasil perkawinan Arya Damar dengan Siu Ban Ci, Raden Husain atau Raden Kusen sebagai Adipati Terung, yang dikemudian hari dikenal dengan nama Arya Pecattanda.