Bersekutu Melalui Teknologi Menaklukan Pandemi

Jum'at, 20 Agustus 2021 - 19:01 WIB
loading...
Bersekutu Melalui Teknologi Menaklukan Pandemi
Pembelajaran daring, menjadi metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar selama pandemi COVID-19. Foto/SINDOnews/Aan Haryono
A A A
SURABAYA - Pandemi COVID-19 menjadi medan perang yang belum menemukan titik ujung. Di tengah peluh dan lelah yang melanda, masih ada sisa harapan untuk memenangkan perang. Melalui jalan digital, semua orang bergotong royong untuk bisa menaklukan pandemi.



Perang melawan COVID-19 ini menempatkan strategi di hulu dan hilir yang harus sama kuat. Surabaya sudah dua kali menjadi episentrum penularan COVID-19 ketika statusnya berubah menjadi zona merah. Beberapa situasi membuat orang lelah, frustasi dan kehilangan kesabaran. Namun, semuanya sepakat untuk berkolaborasi dalam mengalahkan penularan.

Kabar kematian saling bersahutan tiap hari dari keluarga, teman maupun tetangga. Dan sektor ekonomi ikut babak belur. Banyak keluarga yang kehilangan mata pencaharian. Mereka yang kena PHK sampai hilangnya kesempatan untuk menyambung tali rezeki.



Di tengah kemelut itu masih ada secercah cahaya. Harapan yang terus disiram untuk memunculkan kesempatan. Termasuk bagi pedagang kecil yang sebelumnya tak mengenal teknologi digital dan cara berjualan secara online.

Nyomi Umiati (62), langsung melipat kertas hasil tes swab PCR yang menunjukan kalau dirinya positif COVID-19. Keringatnya langsung membuncah, airmatanya tumpah bercampur rasa takut setelah kabar itu datang. Pada sebuah petang, toko kecilnya yang ada di samping Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) dr Ramelan Surabaya segera ditutup.



Langit di Surabaya mulai kemerahan, lampu neon yang dinyalakan mengiringi kepergiannya untuk segera mencari tempat isolasi mandiri (Isoman). Ia memang tak bergejala seperti batuk atau demam, tapi kabar itu benar-benar membuatnya sempat tak mampu untuk bangkit dari tempat duduknya di balik etalase toko kelontong miliknya.

"Bingung, nggak tahu harus melakukan apa. Kalau positif berarti nggak bisa jualan, terus dapat uang dari mana," kata Nyomi, Jumat (20/8/2021).

Toko itu menjadi satu-satunya sumber penghasilan. Suaminya, Santoso (65) sudah lama tak lagi bekerja dan setiap hari membantunya berjualan di toko. Ia akhirnya memilih isoman di rumah.



Esok paginya, Nyomi mencoba untuk menghubungi Yuni Ishawa, salah satu pemilik warung bakso di samping toko miliknya. Ia bercerita tentang kondisi yang dialaminya saat ini, dan Yuni menyarankan untuk terus berjualan namun secara online.

"Akhirnya diajari cara jualan online. Saya dipandu ketika posting secara online dan ada toko digital yang dibuat di Surabaya," jelasnya.

Tiap pagi, Nyomi memiliki rutinitas baru untuk posting. Sebuah pekerjaan yang dulu membayangkan saya tak pernah ada dalam pikirannya. Gayung pun bersambut. Sejak pandemi ini, Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Surabayamembuat jembatan untuk mempertemukan pembeli dengan toko kelontong serta UMKM melaluiaplikasi E-Peken (Pemberdayaan dan Ketahanan Ekonomi Nang Suroboyo).



Dari rumahnya, Nyomi kini tetap bisa berjualan. Menyambung benang rezeki untuk bisa bertahan di tengah pandemi. Tiap hari setidaknya ada pesanan sembako yang dikirim. Ia pun dibantu oleh tetangga di tokonya untuk membungkus dan mengirimkan pesanan itu ke pembeli. "Macam-macam yang beli, ada yang mau minyak, beras, gula sampai peralatan dapur," jelasnya.

E-peken awalnya dipakai untuk memenuhi kebutuhan para PNS serta pegawai di pemerintahan. Namun akhirnya berkembang dan disukai oleh warga Surabaya untuk berbelanja. Aplikasi ini mempermudah transaksi antar pembeli, pedagang kelontong, koperasi, dan UMKM yang ada di Kota Pahlawan dengan produk yang unik.

Kepala Diskominfo Kota Surabaya, M Fiksermenuturkan, pada tahap awal Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemkot Surabaya wajib berbelanja kebutuhan dinas maupun pribadi melalui aplikasi E-Peken. Saat itu jumlah ASN yang bekerja di Pemkot Surabaya kurang lebih 13 ribu orang dengan 9 ribu di antaranya berdomisili di Surabaya.

"Setiap ASN berbelanja di toko kelontong sesuai domisilinya (yang berdomisili di Surabaya). Sedangkan untuk yang domisili di luar Kota Surabaya akan diikutkan di wilayah kantornya," kata Fikser.



Ia melanjutkan,aplikasi e-peken sudah seperti e-commerce lainnya. Melalui aplikasi itu, pembeli bisa melihat harga serta jumlah ketersediaan dari produk yang diinginkan. Apabila produk yang ingin dibeli itu tidak ada, calon pembeli bisa menghubungi toko kelontong tersebut untuk nantinya menyediakan produk yang diinginkan.

"Misal saya mau beli beras, saya ketik beras, nanti akan muncul di aplikasi, kalau stoknya kosong, kita bisa masukkan ke wishlist biar nanti disediakan oleh penjual,"jelasnya.

Fikser menjelaskan, bahwa untuk pembayaran produk yang dibeli oleh ASN di aplikasi e-Peken dapat menggunakan QRIS yang bekerja sama dengan Bank Jatim. Sementara untuk pengiriman produk ke pembeli, penjual dapat memilih untuk mengantarkan sendiri atau menggunakan jasa pengiriman. "Proses pembayarannya sudah mirip seperti e-commerce lainnya," jelasnya.



Ia mengungkapkan bahwa pada aplikasi e-Peken, selain toko kelontong terdapat juga UMKM dan koperasi yang bergabung di dalamnya. Perangkat Daerah (PD) Pemkot Surabaya dapat membeli makanan, minuman, dan jajan yang dijual oleh UMKM untuk keperluan kegiatan. Bahkan, untuk menyamaratakan transaksi, nantinya akan ada ploting bagi PD agar membeli di kelontong maupun UMKM yang ditentukan.

Selain itu juga ada koperasi primer yang membawahi satu toko kelontong dan dua koperasi sekolah yang ada di wilayah kecamatannya. Fungsi koperasi primer adalah sebagai perantara antara koperasi sekolah, UMKM, dan toko kelontong dengan distributor. Misalnya, jika koperasi sekolah membutuhkan seragam sekolah, maka dapat membeli dari koperasi primer, begitu pula jika UMKM ingin membeli kebutuhan pokoknya.

"Ini sudah menjadi satu alur, misal UMKM butuh beras dan tepung, UMKM membeli di koperasi primer, sedangkan koperasi primer membeli barang dari distributor, " imbuhnya.

Sampai saat ini sudah ada ratusan toko kelontong yang bergabung di e-Peken. Pihaknya ingin ada 400 toko kelontong yang bisa menjadi binaan Pemkot Surabaya. Sehingga kedepannya bisa terus membantu lumbung rezeki bagi warga di tengah pandemi ini.

Bersekutu Melalui Teknologi Menaklukan Pandemi


Keluhan dan Saran Lewat "Wargaku"

Selama pandemi COVID-19 banyak landskap kehidupan yang berubah. Mereka yang terpuruk karena kehilangan keluarga sampai seorang ayah yang tak bisa lagi menafkahi keluarganya karena terkena PHK.

Di tengah situasi sulit ini, kemudahan dan bantuan kecil begitu berarti bagi masyarakat. Mereka mencoba untuk tetap bertahan dan memberikan situasi terbaik buat keluarganya.



Imam Rochani (52), baru saja kehilangan istrinya yang meninggal di RSUD dr Soetomo setelah terpapar COVID-19. Kehilangan ini menjadi pukulan telak bagi keluarganya, apalagi sang istri selama ini menjadi teman setianya sebagai pedagang ayam potong di pasar Wonokromo.

Sepekan setelah kematian istri tercintanya, Imam masih memendam pilu. Terbayang dua anaknya yang masih bertumbuh. Ia harus menjalani kehidupan dan merawat kedua anaknya sendirian.

Dalam kesendirian itu, ia belum bisa keluar rumah karena istrinya positif dan meninggal dunia. Ia dan kedua anaknya menjalani isolasi mandiri di rumahnya yang berada di Bendul Merisi.



Di sela-sela isoman itu, ia sempat mengurus surat kematian secara online melalui aplikasi "Wargaku". Ia pun sempat mendapatkan bantuan sosial ketika menyampaikan kondisi keluarganya setelah diterpa ujian berat kehilangan istri tercintanya. "Alhamdulillah semua bisa dilakukan secara online. Jadi saya nggak perlu keluar rumah," kata Imam.

Aplikasi "WargaKu" yang berbasis android ini berfungsi sebagai media pengaduan dan layanan untuk warga Kota Pahlawan. Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi ingin mendekatkan diri ke warganya yang saat ini sedang menjalani masa sulit di tengah pandemi. Percepatan layanan melalui teknologi digital itu juga menjadi media untuk menyampaikan kritik, saran, permohonan informasi, dan keluhan.

"Pemerintah Kota Surabaya tidak bisa bekerja sendiri dalam membangun kota. Untuk itu, perlu peran serta masyarakat, salah satunya dari mendengarkan masukan-masukan warganya," kata Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi.



Dengan aplikasi ini, katanya, semua keluhan layanan publik bisa dilaporkan. Di antaranya, keluhan terkait pengurusan administrasi kependudukan, jalan berlubang, saluran air, hingga adanya genangan atau banjir. Termasuk berbagai persoalan yang dihadapi selama masa pandemi COVID-19.

"Laporkan keluhan secara daring melalui aplikasi ini. Aplikasi ini akan meneruskannya agar segera ditindaklanjuti instansi terkait," jelasnya.

Melalui aplikasi ini, pelapor beserta instansi terkait juga dapat saling berinteraksi dan memantau status pengaduan. Apabila dalam 1×24 jam keluhan warga tidak ditanggapi oleh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) atau instansi tersebut, maka secara sistem akan langsung masuk ke gawai pribadi milik Wali Kota Surabaya.



Secara langsung aplikasi ini juga bergerak untuk melihat perkembangan kota. Salah satunya ketika ada warga melihat adanya jalan berlubang, mereka bisa langsung lapor ke Dinas Pekerjaan Umum, Bina Marga dan Pematusan (DPUBMP) melalui aplikasi beserta melampirkan foto dan lokasinya. Ketika warga tidak mengerti dinas yang berwenang, maka dia bisa memilih melaporkan keluhannya itu ke pemkot melalui fitur di aplikasi.

Aplikasi WargaKu memiliki fungsi berbeda dengan layanan Command Center 112 yang sebelumnya sudah dirintis lebih dulu. Kalau aplikasi WargaKu, berkaitan dengan pelayanan publik ke masyarakat. Seperti pengaduan jalan rusak, masalah layanan administrasi kependudukan, masalah saluran atau genangan air.

Sementara Command Center 112, merupakan layanan yang berkaitan kedaruratan atau hal yang membutuhkan penanganan cepat. Seperti kebakaran, ambulans, insiden kecelakaan, atau ada kejadian orang tenggelam.

Bersekutu Melalui Teknologi Menaklukan Pandemi


Bangun Navigasi Daring Buat Belajar

Dampak dari pandemi COVID-19 juga melanda anak-anak yang saat ini masih menjalani proses belajar secara daring. Risiko penularan yang masih tinggi di berbagai daerah menjadi pertimbangan utama belum diperbolehkannya pendidikan tatap muka, termasuk di Surabaya.

Berbagai tantangan bermunculan, mulai dari durasi anak memakai ponsel lebih lama sampai ancaman adanya kekerasan seksual di ruang-ruang digital terus menebar teror. Pengaruh game online juga melanda karena banyaknya waktu kosong anak selama kegiatan belajar di rumah.



Muhayati (49), masih membuat bahan mengajar yang menampilkan grafis dan video buat anak-anak. Ia memang belum terbiasa dengan pembuatan materi digital, matanya masih sayup dan berkali-kali ia gagal untuk membuat tampilan grafis yang bagus.

Namun, semangatnya tak kunjung surut. Ia masih terus mencoba untuk menampilkan bahan ajar yang disukai oleh anak-anak. "Kalau tak buat bahan menarik, mereka akan bosan dan nggak mau belajar," kata Muhayati.

Ibu tiga anak ini mencoba untuk melewati lintas generasinya untuk bisa membuat tampilan digital seperti anak milenial. Upaya itu tak serta merta bisa diraihnya, ia harus beberapa kali mengikuti kelas khusus yang disediakan Dinas Pendidikan untuk menambah mutu mengajar secara digital. " Tantangannya tentu kebosanan anak. Materi sekolah dibuat lebih nyaman dan tak tegang bagi siswa," jelasnya.



Apalagi, katanya, ia tentu tak mau kalau wali murid di rumah malah terbebani. Bahkan, ada yang sempat bilang kalau tugas guru digantikan wali murid di rumah. "Jadi nggak hanya memberikan tugas pada siswa, tapi juga membuat cara belajar daring yang disukai anak," katanya.

Meskipun ia termasuk generasi emak-emak yang sebelum pandemi tak memahami pembelajaran digital, kini ia sudah bisa menghasilkan berbagai karya digital yang bisa dinikmati oleh anak-anak masa kini. "Nggak kalah lah dengan anak milenial," kelakarnya sambil tersenyum.

Dinas Pendidikan Kota Surabaya juga menyediakan aplikasi berbasis android untuk Pendaftaran Peserta Didik Baru (PPDB) bagi siswa jenjang SD-SMP Negeri. Aplikasi PPDB Surabaya ini bisa diunduh para orang tua atau Calon Peserta Didik Baru (CPDB) melalui Google Play Store.



Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Supomo menuturkan, aplikasi PPDB berbasis android ini memang dibuat sesederhana mungkin. Tujuannya, untuk memudahkan para orang tua atau CPDB mendapatkan akses layanan PPDB.

"Ada aplikasi yang kita buat sesederhana mungkin sehingga semua orang bisa menggunakan itu. Tinggal unduh saja di play store PPDB Kota Surabaya, di situ nanti sudah ada fitur-fiturnya yang kemudian digunakan untuk memilih," kata Supomo.

Ia melanjutkan, pihaknya juga menyediakan laman PPDB berbasis web. Untuk PPDB jenjang SMP, bisa diakses melalui laman https://ppdb.surabaya.go.id. Sedangkan PPDB jenjang SD di laman https://ppdbsd.surabaya.go.id. Semua syarat ketentuan, alur pendaftaran, hingga jadwal penerimaan PPDB bisa diakses di laman web atau melalui aplikasi android tersebut.



Supomo menambahkan, kemudahan PPDB ini sengaja dibuat di tengah pandemi COVID-19. Sehingga warga Surabaya mendapatkan akses sekolah. Apalagi yang ditangani pemkot ini adalah pendidikan dasar atau pendidikan wajib.

"Jadi semua orang harus sekolah dan wajib sekolah. Oleh karena itu, pemerintah kota hadir dan memfasilitasi mereka, agar mereka sekolah," ujarnya.

Meski demikian, pihaknya memastikan akan tetap mengoptimalkan daya tampung penerimaan siswa ini. Khususnya bagi CPDB yang berasal dari keluarga tidak mampu. Namun begitu, terkait syarat atau jalur PPDB masih sama dengan tahun sebelumnya.

"Dalam pandemi COVID-19 ini kami akan meningkatkan daya tampung bagi keluarga tidak mampu. Jadi penambahan itu hanya ditujukan kepada keluarga tidak mampu bukan untuk yang lainnya," jelasnya.



Di samping mengoptimalkan daya tampung, Supomo mengungkapkan, pihaknya juga melakukan upaya lain melalui pedekatan kerjasama dengan sekolah-sekolah swasta dalam bentuk mitra warga. Bahkan, pendekatan juga dilakukan dengan menggandeng pihak ketiga.

"Kami mencoba mencari CSR pihak ketiga yang kemudian nanti akan hadir dalam mensupport pendidikan ini. Entah perusahaan yang kemudian akan membantu meringankan beban pembiayaan saudara-saudara kita dari keluarga yang tidak mampu," jelasnya.

Bersekutu Melalui Teknologi Menaklukan Pandemi


Pembayaran Non Tunai Lebih Praktis dan Aman

Upaya penerapan teknologi digital juga dikembangkan di berbagai jalan yang ada di Kota Pahlawan. Penularan COVID-19 juga kerap kali terjadi dari transaksi tunai. Untuk meminimalisir penularan, pembayaran non tunai diterapkan di berbagai jalan di Surabaya, terutama dalam pembayaran uang parkir.

Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Surabaya menerapkan pembayaran digital di sejumlah titik parkir. Setelah sebelumnya menerapkan financial teknologi atau pembayaran secara cashless di parkir gedung, kini Dishub Surabaya juga memulai menerapkan pembayaran retribusi parkir dengan fitur Qris di Parkir Meter Tepi Jalan Umum (TJU).



Kepala Dinas Perhubungan Kota Surabaya, Irvan Wahyudrajat menuturkan, keunggulan dari pembayaran keuangan digital atau dompet digital ini masyarakat tidak harus bersentuhan langsung dengan alat pembayaran, seperti uang tunai yang saat ini menjadi salah satu sumber penularan COVID-19 . Selain itu, masyarakat juga sangat dimudahkan karena hampir pasti semua masyarakat saat ini sudah memiliki smartphone, sehingga tinggal scan barcode tanpa menggunakan karcis parkir.

"Ini juga ramah lingkungan karena paperless atau tidak menggunakan karcis parkir, dan kalau memang dibutuhkan, petugas kami siap memberikan bukti trasaksinya, karena petugas parkir di sini dibekali dengan smartphone dan printer sebagai bukti transaksi kalau memang dibutuhkan. Jadi, petugas kita akan siap menawarkan atau menerima pembayaran secara cashless sesuai mobile banking atau fintech yang dimiliki oleh pengguna parkir," katanya.



Irvan menambahkan, pembayaran retribusi parkir dengan Qris ini tentu semakin menambah pilihan pembayaran secara digital atau elektronik di Kota Surabaya. Sebab, di sekitar Balai Kota Surabaya, selama ini sudah menggunakan uang elektronik pada alat parkir meter.

"Jadi, ini memberikan pilihan pembayaran digital bagi pengguna jasa parkir, dengan pembayaran yang tidak menggunakan uang tunai ini, kita tidak harus sibuk lagi dengan kembalian pembayaran," ucapnya.

Ia juga menjelaskan alur transaksi pembayaran retribusi parkir dengan menggunakan fitur Qris itu. Awalnya, pengguna jasa parkir memarkirkan kendaraannya dan melakukan pembayaran parkir dengan fitur Qris. Lalu petugas memilih klasifikasi hingga retribusi parkir berdasarkan jenis kendaraan bermotor pada aplikasi Qris di handphone dan menekan opsi cetak Qris.



Selanjutnya, aplikasi akan otomatis mengeluarkan QR-Code sesuai klasifikasi tarif, kemudian pengguna jasa parkir melakukan scan QR-Code untuk persetujuan pembayaran. Setelah itu, aplikasi Qris pada android akan mencetak karcis dengan terlebih dahulu mengoneksikan android dengan bluetooth printer.

Ruang digital membentangkan beragam cara untuk bisa lebih cepat, aman dan bisa membantu banyak orang. Di tengah pandemi COVID-19 ini, perjalanan digital semakin dibutuhkan untuk bisa menyelamatkan masyarakat sekaligus memberikan nilai lebih dari kehidupan.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2652 seconds (0.1#10.140)