KH Munasir, Mantan Heiho Komandan Batalyon 39 Tjondromowo yang Bikin Belanda Ciut
loading...
A
A
A
MOJOKERTO - Namanya memang tak lagi dikenal olah kalangan anak muda milenial. Tetapi, 76 tahun silam, KH Munasir mampu membuat ciut nyali para pasukan Belanda yang hendak menyerbu wilayah Mojokerto.
Bagaimana tidak, meski seorang kiai, Munasir merupakan Komandan Batalyon Tjondromowo. Pasukan berani mati yang tak pernah mengenal rasa takut. Cinta tanah air menjadi satu satunya jimat yang selalu dipegang pasukan ini. Tak heran jika pasukan Belanda yang ingin menduduki Surabaya, dan sekitarnya kerap dibuat kocar-kacir.
KH Munasir lahir di Desa Modopuro, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, pada 2 Maret 1919. Ia merupakan anak dari seorang Kepala Desa Modopuro. Kendati lahir dari keluarga terpandang, tak membuat KH Munasir bermanja-manja. Ia memilih nyantri menimba ilmu agama dan mengabdikan diri pada tanah air tercintanya .
Dia merupakan salah satu kiai yang memiliki peran penting dalam mempertahankan Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Selama perang kemerdekaan, ia aktif berjuang dan berkarir di dunia kemiliteran. Sebagai mantan prajurit Heiho, ia kemudian mengembangkan keahlihannya di medan pertempuran.
Kiai Munasir aktif sebagai pasukan Hizbullah . Berkat kelihaiannya melakukan perang gerilya, ia kemudian menjadi Komandan Batalyon Tjondromowo. Kiai satu ini juga memiliki peran yang cukup banyak saat mendirikan Laskar Hizbullah Cabang Mojokerto. Ketika Hizbullah melebur ke dalam barisan TNI, ia pun terdaftar sebagai anggota aktif, hingga akhirnya diangkat menjadi Komandan Batalyon 39 TNI AD.
Keponakan KH Munasir, Habibullah menceritakan, bahwa KH Munasir adalah pahlawan dari kalangan santri sekaligus Tentara Nasional Indonesia (TNI). Menurutnya, dulu KH Munasir pernah bergabung di Laskar Hizbullah . Berkat keberaniannya dan keahliannya dalam perang gerilya, sehingga tak heran jika dia ditunjuk sebagai wakil ketua Laskar Hizbullah Cabang Mojokerto.
Baca Juga
Bagaimana tidak, meski seorang kiai, Munasir merupakan Komandan Batalyon Tjondromowo. Pasukan berani mati yang tak pernah mengenal rasa takut. Cinta tanah air menjadi satu satunya jimat yang selalu dipegang pasukan ini. Tak heran jika pasukan Belanda yang ingin menduduki Surabaya, dan sekitarnya kerap dibuat kocar-kacir.
KH Munasir lahir di Desa Modopuro, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, pada 2 Maret 1919. Ia merupakan anak dari seorang Kepala Desa Modopuro. Kendati lahir dari keluarga terpandang, tak membuat KH Munasir bermanja-manja. Ia memilih nyantri menimba ilmu agama dan mengabdikan diri pada tanah air tercintanya .
Dia merupakan salah satu kiai yang memiliki peran penting dalam mempertahankan Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Selama perang kemerdekaan, ia aktif berjuang dan berkarir di dunia kemiliteran. Sebagai mantan prajurit Heiho, ia kemudian mengembangkan keahlihannya di medan pertempuran.
Kiai Munasir aktif sebagai pasukan Hizbullah . Berkat kelihaiannya melakukan perang gerilya, ia kemudian menjadi Komandan Batalyon Tjondromowo. Kiai satu ini juga memiliki peran yang cukup banyak saat mendirikan Laskar Hizbullah Cabang Mojokerto. Ketika Hizbullah melebur ke dalam barisan TNI, ia pun terdaftar sebagai anggota aktif, hingga akhirnya diangkat menjadi Komandan Batalyon 39 TNI AD.
Keponakan KH Munasir, Habibullah menceritakan, bahwa KH Munasir adalah pahlawan dari kalangan santri sekaligus Tentara Nasional Indonesia (TNI). Menurutnya, dulu KH Munasir pernah bergabung di Laskar Hizbullah . Berkat keberaniannya dan keahliannya dalam perang gerilya, sehingga tak heran jika dia ditunjuk sebagai wakil ketua Laskar Hizbullah Cabang Mojokerto.