Masjid Besar Ujungberung, Pusat Syiar Islam Kota Bandung Tempo Dulu
loading...
A
A
A
"Masjid ini dibangun sekitar tahun 1800 dan berada di lingkungan yang disebut kaum, sebuah wilayah yang meliputi lokasi-lokasi penting pada pemerintahan zaman dulu," ungkapnya.
KH Syukriadi menjelaskan bahwa artefak-artefak kaum di kawasan Masjid Besar Ujunberung menjadi pertanda bahwa Masjid Ujungberung merupakan pusat syiar Islam Bandung tempo dulu.
Artefak-artefak itu, di antaranya alun-alun yang kini menjadi Alun-alun Ujungberung, pendopo yang kini menjadi Kantor Kecamatan Ujungberung, Bale Nyuncung yang kini menjadi Kantor Urusan Agama (KUA) Ujungberung, dan banceuy atau penjara yang kini menjadi Gedung BRI yang berada di samping kanan Masjid Besar Ujung Berung. Baca: Bali Minta Wisatawan Nusantara Boleh Datang Berlibur saat Larangan Mudik.
"Lingkungan kaum ini sama halnya dengan kawasan Masjid Raya Bandung Jawa Barat dan Masjid Cipaganti yang juga dulunya menjadi kawasan pusat peradaban dan pemerintahan," kata KH Syukriadi yang juga menjabat Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) Jawa Barat itu.
Sebagai pusat syiar Islam, Masjid Besar Ujungberung tetap ramai dengan berbagai kegiatan keagamaan, seperti pengajian Jumat malam dan diskusi Islam yang kerap digelar sebelum pandemi COVID-19 melanda.
Bahkan, saat bulan suci Ramadan seperti saat ini, beragam aktivitas keagamaan tetap digelar, mulai dari pengajian kelompok majlis taklim, pembagian takjil, hingga beragam kegiatan sosial lainnya. Baca Juga: Salah Injak Pedal Gas Saat Hendak Buka Puasa, Mobil Sedan Masuk Sungai.
Meski begitu, mengingat pandemi COVID-19 masih melanda, kapasitas jemaah yang berkegiatan di Masjid Besar Ujungerung dibatasi. Bahkan, untuk menjaga jarak jemaah salat, setiap shaf salat dipasangi tanda silang, agar jamaah tetap menjaga jarak. Selain itu, setiap jemaah wajib menerapkan protokol kesehatan.
KH Syukriadi menjelaskan bahwa artefak-artefak kaum di kawasan Masjid Besar Ujunberung menjadi pertanda bahwa Masjid Ujungberung merupakan pusat syiar Islam Bandung tempo dulu.
Artefak-artefak itu, di antaranya alun-alun yang kini menjadi Alun-alun Ujungberung, pendopo yang kini menjadi Kantor Kecamatan Ujungberung, Bale Nyuncung yang kini menjadi Kantor Urusan Agama (KUA) Ujungberung, dan banceuy atau penjara yang kini menjadi Gedung BRI yang berada di samping kanan Masjid Besar Ujung Berung. Baca: Bali Minta Wisatawan Nusantara Boleh Datang Berlibur saat Larangan Mudik.
"Lingkungan kaum ini sama halnya dengan kawasan Masjid Raya Bandung Jawa Barat dan Masjid Cipaganti yang juga dulunya menjadi kawasan pusat peradaban dan pemerintahan," kata KH Syukriadi yang juga menjabat Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) Jawa Barat itu.
Sebagai pusat syiar Islam, Masjid Besar Ujungberung tetap ramai dengan berbagai kegiatan keagamaan, seperti pengajian Jumat malam dan diskusi Islam yang kerap digelar sebelum pandemi COVID-19 melanda.
Bahkan, saat bulan suci Ramadan seperti saat ini, beragam aktivitas keagamaan tetap digelar, mulai dari pengajian kelompok majlis taklim, pembagian takjil, hingga beragam kegiatan sosial lainnya. Baca Juga: Salah Injak Pedal Gas Saat Hendak Buka Puasa, Mobil Sedan Masuk Sungai.
Meski begitu, mengingat pandemi COVID-19 masih melanda, kapasitas jemaah yang berkegiatan di Masjid Besar Ujungerung dibatasi. Bahkan, untuk menjaga jarak jemaah salat, setiap shaf salat dipasangi tanda silang, agar jamaah tetap menjaga jarak. Selain itu, setiap jemaah wajib menerapkan protokol kesehatan.
(nag)