Dwarapala Saksi Bisu Ketangguhan Desa Menjaga Arjuna
loading...
A
A
A
MALANG - Debu kemarau menerpa perkampungan padat penduduk di lereng timur Gunung Arjuna . Anginnya yang beku, membuat kulit semakin kering. Terik mentari yang menyengat, tersapu angin gunung yang beku.
(Baca juga: Gelar Razia di Perbatasan, Prajurit Kostrad Sita 5 Botol Miras )
Di antara jurang-jurang tajam lereng Gunung Arjuna , sejumlah tanaman mulai nampak menguning dan kering karena merindukan hujan yang belum juga menunjukkan kehadirannya di ujung Agustus ini.
Gunung yang berdiri megah di sisi utara Malang tersebut, acap kali menjadi sasaran amuk si jago merah. Utamanya saat musim kemarau panjang. Tanaman yang mengering, dan tiupan angin kencang, serta ulah manusia, sering kali membuat lereng-lerengnya dihiasi cahaya merah membara.
Hampir setiap musim kemarau, kebakaran selalu meluluh lantakkan hutan di Gunung Arjuna . Apabila api sudah menjalar kemana-mana, petugas gabungan akan dibuat kewalahan untuk memadamkannya.
Kebakaran hutan di Gunung Arjuna , bukan hanya terjadi di masa modern ini saja. Si jago merah sudah sering melalap punggung gunung itu di musim kemarau, bahkan sejak ratusan tahun silam. (Baca juga: Diduga Lakukan Aksi Cabul, Polisi Tangkap Pemuda di Tondano )
Dalam prasasti Ketindan I, dan II, mencatat peristiwa kebakaran hutan di Gunung Arjuna , sudah terjadi sejak masa Majapahit. Ketindan, kini abadi menjadi nama salah satu desa di Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, yang letaknya di lereng timur Gunung Arjuna .
Di desa yang udaranya sangat sejuk ini, berdiri sepasang arca Dwarapala. Meskipun berada di tengah kepungan padatnya rumah penduduk, namun sepasang arca ini masih bisa dilihat keberadaannya.
Kedua arca tersebut, menjadi salah satu penanda yang diceritakan dalam prasasti Ketindan I, dan II yang kini tersimpan di Museum Nasional Jakarta. Dwarapala itu, dibangun di masa Majapahit, sebagai penjaga desa dari segala macam bencana.
"Dalam prasasti Ketindan I, dan II, disebutkan tentang adanya peristiwa kebakaran hutan di lereng Gunung Arjuna," ujar sejarawan Universitas Negeri Malang (UM), Dwi Cahyono. (Baca juga: Kebakaran Lereng Gunung Arjuno, Kawi dan Semeru, Titik Api Masih Terlihat )
(Baca juga: Gelar Razia di Perbatasan, Prajurit Kostrad Sita 5 Botol Miras )
Di antara jurang-jurang tajam lereng Gunung Arjuna , sejumlah tanaman mulai nampak menguning dan kering karena merindukan hujan yang belum juga menunjukkan kehadirannya di ujung Agustus ini.
Gunung yang berdiri megah di sisi utara Malang tersebut, acap kali menjadi sasaran amuk si jago merah. Utamanya saat musim kemarau panjang. Tanaman yang mengering, dan tiupan angin kencang, serta ulah manusia, sering kali membuat lereng-lerengnya dihiasi cahaya merah membara.
Hampir setiap musim kemarau, kebakaran selalu meluluh lantakkan hutan di Gunung Arjuna . Apabila api sudah menjalar kemana-mana, petugas gabungan akan dibuat kewalahan untuk memadamkannya.
Kebakaran hutan di Gunung Arjuna , bukan hanya terjadi di masa modern ini saja. Si jago merah sudah sering melalap punggung gunung itu di musim kemarau, bahkan sejak ratusan tahun silam. (Baca juga: Diduga Lakukan Aksi Cabul, Polisi Tangkap Pemuda di Tondano )
Dalam prasasti Ketindan I, dan II, mencatat peristiwa kebakaran hutan di Gunung Arjuna , sudah terjadi sejak masa Majapahit. Ketindan, kini abadi menjadi nama salah satu desa di Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, yang letaknya di lereng timur Gunung Arjuna .
Di desa yang udaranya sangat sejuk ini, berdiri sepasang arca Dwarapala. Meskipun berada di tengah kepungan padatnya rumah penduduk, namun sepasang arca ini masih bisa dilihat keberadaannya.
Kedua arca tersebut, menjadi salah satu penanda yang diceritakan dalam prasasti Ketindan I, dan II yang kini tersimpan di Museum Nasional Jakarta. Dwarapala itu, dibangun di masa Majapahit, sebagai penjaga desa dari segala macam bencana.
"Dalam prasasti Ketindan I, dan II, disebutkan tentang adanya peristiwa kebakaran hutan di lereng Gunung Arjuna," ujar sejarawan Universitas Negeri Malang (UM), Dwi Cahyono. (Baca juga: Kebakaran Lereng Gunung Arjuno, Kawi dan Semeru, Titik Api Masih Terlihat )