Mau Melahirkan, Ibu Hamil Ditolak RS-Bidan dan Harus Jalan Kaki 5 Km

Kamis, 30 April 2020 - 08:48 WIB
loading...
Mau Melahirkan, Ibu Hamil Ditolak RS-Bidan dan Harus Jalan Kaki 5 Km
Nasib miris dialami Diana Hendri Rahayu (26) ibu hamil di Bukittinggi, Sumatera Barat. Dia ditolak saat datang ke RS swasta dan 5 klinik bidan dengan alasan sedang pandemi COVID-19. Foto/iNews TV/Wahyu Sikumbang
A A A
BUKITTINGGI - Nasib miris dialami Diana Hendri Rahayu (26) ibu hamil di Kota Bukittinggi , Sumatera Barat. Dia ditolak saat datang ke RS swasta dan 5 klinik bidan dengan alasan sedang pandemi COVID-19.

Beruntung setelah pulang berjalan kaki sejauh 5 km, Diana diantar oleh pemilik kontrakan dengan sepeda motor ke salah satu bidan lainnya. Diana diterima oleh bidan yang ada di pinggiran kota dan langsung melahirkan bayi laki-laki. (Baca juga: Larangan Mudik untuk Cegah Sebaran COVID-19 Memukul Sektor Transportasi)

Peristiwa ini terjadi di tengah pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Kota Bukittinggi. Kronologisnya, pasangan suami istri, Danang Sauri (27) dan Diana warga Kelurahan Tarok Dipo, Guguak Panjang yang sedang hamil tua ditolak saat rumah sakit (RS) dan lima klinik bidan bersalin saat akan melahurkan bayinya.

Danang menjelaskan, pada Rabu, 29 April 2020 sekitar pukul 00.00 di rumah kontrakannya di belakang toko Muaro Bangunan, istrinya merasa sakit akan melahirkan.

Danang lalu membawa istrinya ke RS swasta terdekat. Namun setelah diperiksa petugas medis di IGD disebutkan bahwa Diana belum akan melahirkan dan disuruh pulang dengan alasan RS sedang siaga COVID-19. Dalam kebingungan, Danang membawa istrinya pulang jalan kaki sejauh 5 km.

Bersama pemilik kontrakan, Danang dan Diana mencari tempat praktek bidan umum. Namun 5 bidan yang didatangi menolak karena menutup pelayanan di masa PSBB pandemi COVID-19.

"Istri saya ditolak melahirkan di RS dengan alasan corona gitu, katanya ruangan penuh. Awalnya kan masuk IGD lalu ditangani petugas, lalu dibiarkan selama sekitar setengah jam, katanya belum mau melahirkan. Lalu tiba-tiba diusir alasannya corona dan ruangan penuh, saya disuruh bawa istri pulang. Saya jalan kaki pulang sekitar 5 kilometer enggak terpikir istri akan melahirkan di jalan karena pikiran saya sedang kacau. Sampai di rumah istri saya suruh tiduran karena perutnya sakit, lalu orang punya rumah mengajak kami bawa ke klinik bunda ini, untungnya disini diterima di suruh masuk ke kamar bersalin. sekitar jam 2 anak saya lahir," kata Danang.

Yenni Fitri, pengelola rumah bersalin Bunda, bidan praktek swasta di Jalan Kinantan, Bukik Ambacang menyebutkan bahwa pasiennya datang pukul 01.15 WIB. Saat itu Diana datang dengan wajah kuyu dan sedih serta memegang perut. Diana kesakitan dan dipastikan akan segera melahirkan.

"Saya hanya berpikir ini tanggungjawab saya sebagai bidan yang menghadapi pasien dalam dilema seperti ini. hanya itu. Tadi malam saat datang pembukaannya sudah lengkap dan sudah mau lahir. Kami sampai tidak sempat pasang alat pelindung diri, hanya pakai sarung tangan, sekitar 25 menit kemudian bayi lahir. Ibunya tidak pandai melahirkan padahal kepala janin sudah masuk rongga panggul, karena faktor baru pertama melahirkan anak dan stres," ungkap Yenni.

Sekitar pukul 01.50, lahir bayi laki-laki dengan berat 3 kg dan panjang 40 cm. Kepada Yenni, Danang dan Diana mengatakan akan memberi nama bayinya dengan akhiran Ramadhan, karena lahir di bulan Ramadhan.

Untuk mencegah penularan COVID-19 pada bayi, bidan melengkapi bayi dengan alat pelindung wajah atau face shield untuk dibawa dan digunakan di RS saat diperlukan.
(shf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3841 seconds (0.1#10.140)