Kekurangan Pasukan, Belanda Minta Bantuan Masyarakat Adat untuk Perangi Kaum Padri

Selasa, 14 Januari 2025 - 07:49 WIB
loading...
Kekurangan Pasukan,...
Kekuatan Kaum Padri di Sumatera Barat yang banyak membuat Belanda kewalahan menghadapinya. Foto/SindoNews
A A A
SEMARANG - Kekuatan Kaum Padri di Sumatera Barat yang banyak membuat Belanda kewalahan menghadapinya. Alhasil Belanda mengerahkan warga sekitar Bonio dan kaum adat, untuk menyiapkan peperangan melawan kaum Padri.

Memang pasukan Padri memiliki kekuatan yang luar biasa, persebarannya pun disebut terpencar - pencar di beberapa daerah. Saat itu hubungan kaum adat dengan Belanda melawan kaum Padri juga kian kuat. Bahkan Raja Muning bersekutu dengan Belanda, meski usianya sudah tua dan tak mampu tampil memimpin pasukan berperang.

Dalam hubungan pertentangan kaum Padri dan kaum Adat kedudukan Tuanku Kota Tua, sebenarnya berada di tengah-tengah kedua pihak tersebut. Ia menginginkan jalan damai dalam menyebarkan paham kaum Padri dan tidak menyetujui tindakan-tindakan kaum Padri dengan kekerasan.



Justru karena sikapnya yang demikian ini Belanda tidak memusuhinya. Bahkan, pernah dengan menggunakan pengaruh Tuanku Kota Tua, Belanda dapat melunakkan pendirian pengikut Padri di Kapau. Sebagaimana dikutip dari buku "Sejarah Nasional Indonesia IV : Kemunculan Penjajahan di Indonesia" perantaraan antara Tuanku Kota Tua dan kaum Padri, akhirnya bersedia meninggalkan daerah Alahan Panjang dan Rao, sehingga di daerah Belanda kemudian dapat memperkuat diri.

Di Bonio pertahanan kaum Padri juga cukup kuat. Untuk menghadapi kaum Padri ini, pemimpin pasukan Belanda Letnan P.H. Marinus memindahkan meriam-meriam dari pertahanannya di Baruh Bukit ke pertahanan di dekat Bonio. Demikian pula pasukan Belanda yang lain di bawah Kapten Brusse dengan bantuan 1.000 orang penduduk setempat telah dipergunakan untuk menghadapi kaum Padri di Bonio.



Waktu pasukan van Geen bergerak sampai di dekat bukit di muka Bonio, pasukan Padri segera turun dari bukit tempat pertahanannya dan menyerang pasukan musuh. Pada pertempuran ini Letnan Marinus meninggal. Setelah bertempur, pasukan Padri segera mengundurkan diri ke dalam hutan-hutan di sekitarnya.

Usaha selanjutnya dari pasukan Belanda untuk menaiki bukit dengan maksud untuk mendekati pertahanan kaum Padri di Bonio tersebut telah disambut oleh kaum Padri dengan lemparan tombak, batu, maupun batang- batang pohon dari atas.

Di medan pertempuran yang lain di Kapau pasukan Padri membentuk garis pertahanan yang cukup panjang. Pasukan ini pada tanggal 18 September 1833 mencoba mengepung pasukan Belanda yang berkekuatan 100 orang sehingga pasukan musuh tersebut harus menyingkir ke Kota Tua.
(cip)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1852 seconds (0.1#10.173)