Kisah Sunan Gunung Jati dan Kesaktian Keris Sanghyang Naga
loading...
A
A
A
Sunan Gunung Jati alias Syarif Hidayatullah atau Sayyid Al-Kamil adalah salah seorang dari Walisongo. Dia dilahirkan pada 1448 Masehi dari pasangan Syarif Abdullah Umdatuddin bin Ali Nurul Alam dan Nyai Rara Santang, Putri Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dari Kerajaan Padjajaran.
Syarif Hidayatullah sampai di Cirebon pada 1470 Masehi. Dengan dukungan Kesultanan Demak dan Pangeran Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana, ia dinobatkan menjadi Tumenggung Cirebon ke-2 pada tahun 1479 dengan gelar Maulana Jati.
Nama Syarif Hidayatullah kemudian diabadikan menjadi nama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta di daerah Tangerang Selatan, Banten. Sedangkan nama Sunan Gunung Jati diabadikan menjadi nama Universitas Islam negeri di Bandung, yaitu Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djat dan Korem 063/Sunan Gunung Jati di Cirebon.
Sunan Gunung Jati memiliki keris sakti bernama Sanghyang Naga. Konon keris itu didapatkan Sunan Gunung Jati atas izin Allah SWT dengan cara di luar logika pada bulan Ramadan.
Baca juga: Misteri Karomah Sunan Gunung Jati, Ubah Ayam Panggang Jadi Hidup Kembali
Konon Sunan Gunung Jati saat itu sedang tafakur di siang dan malam ketika bulan Ramadan memasuki sepuluh hari terakhir. Tepat pada malam ke-29 ketika tengah salat di sepertiga malam, konon turunlah seekor ular naga dari langit.
Sesampainya di tanah sang naga kemudian melingkari tempat duduk wali dan kemudian melilit tubuhnya, sebagaimana dikutip dari "Sajarah Wali Syekh Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati : Naskah Mertasinga", terjemahan Amman N. Wahju. Sunan Gunung Jati tetap meneruskan salatnya dan ketika selesai dilanjutkan dengan doa.
Sesudah selesai berdoa baru kemudian perhatian Sinuhun Jati atau Sunan Gunung Jati beralih kepada Sanghyang Naga. Sinuhun memegang kepala sang ular dan ekonya, kemudian ditegakkan ke atas ke arah langit. Ular naga itu pun kemudian berubah menjadi sebilah keris yang diberi nama Keris Sanghyang Naga.
Sunan Gunung Jati akhirnya menyelesaikan tafakurnya selama tiga puluh hari menyepi di bulan Ramadhan. Selama itu walaupun berpuasa Sinuhun Purba tidak makan sahur dan juga tidak berbuka puasa. Kemudian Sinuhun Jati pulang kembali ke kraton di Pakungwati.
Keris Sanghyang Naga dikenakannya pada lebaran Idul Fitri. Sinuhun Jati minta Ki Bongkok untuk membuat sarungnya, membuat kerangka keris Sangyang Naga yang diselesaikan dalam semalam. Kerangka itu dibuat dari kayu khuldi, daunnya dari kayu yakin, sedangkan pegangannya terbuat dari kayu kemuning.
Syarif Hidayatullah sampai di Cirebon pada 1470 Masehi. Dengan dukungan Kesultanan Demak dan Pangeran Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana, ia dinobatkan menjadi Tumenggung Cirebon ke-2 pada tahun 1479 dengan gelar Maulana Jati.
Nama Syarif Hidayatullah kemudian diabadikan menjadi nama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta di daerah Tangerang Selatan, Banten. Sedangkan nama Sunan Gunung Jati diabadikan menjadi nama Universitas Islam negeri di Bandung, yaitu Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djat dan Korem 063/Sunan Gunung Jati di Cirebon.
Sunan Gunung Jati memiliki keris sakti bernama Sanghyang Naga. Konon keris itu didapatkan Sunan Gunung Jati atas izin Allah SWT dengan cara di luar logika pada bulan Ramadan.
Baca juga: Misteri Karomah Sunan Gunung Jati, Ubah Ayam Panggang Jadi Hidup Kembali
Konon Sunan Gunung Jati saat itu sedang tafakur di siang dan malam ketika bulan Ramadan memasuki sepuluh hari terakhir. Tepat pada malam ke-29 ketika tengah salat di sepertiga malam, konon turunlah seekor ular naga dari langit.
Sesampainya di tanah sang naga kemudian melingkari tempat duduk wali dan kemudian melilit tubuhnya, sebagaimana dikutip dari "Sajarah Wali Syekh Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati : Naskah Mertasinga", terjemahan Amman N. Wahju. Sunan Gunung Jati tetap meneruskan salatnya dan ketika selesai dilanjutkan dengan doa.
Sesudah selesai berdoa baru kemudian perhatian Sinuhun Jati atau Sunan Gunung Jati beralih kepada Sanghyang Naga. Sinuhun memegang kepala sang ular dan ekonya, kemudian ditegakkan ke atas ke arah langit. Ular naga itu pun kemudian berubah menjadi sebilah keris yang diberi nama Keris Sanghyang Naga.
Sunan Gunung Jati akhirnya menyelesaikan tafakurnya selama tiga puluh hari menyepi di bulan Ramadhan. Selama itu walaupun berpuasa Sinuhun Purba tidak makan sahur dan juga tidak berbuka puasa. Kemudian Sinuhun Jati pulang kembali ke kraton di Pakungwati.
Keris Sanghyang Naga dikenakannya pada lebaran Idul Fitri. Sinuhun Jati minta Ki Bongkok untuk membuat sarungnya, membuat kerangka keris Sangyang Naga yang diselesaikan dalam semalam. Kerangka itu dibuat dari kayu khuldi, daunnya dari kayu yakin, sedangkan pegangannya terbuat dari kayu kemuning.