Kisah Sunan Gunung Jati dan Kesaktian Keris Sanghyang Naga

Sabtu, 20 Mei 2023 - 05:00 WIB
loading...
Kisah Sunan Gunung Jati dan Kesaktian Keris Sanghyang Naga
Sunan Gunung Jati dan kesaktian Keris Sanghyang Naga yang diperolehnya sewaktu bulan Ramadan.
A A A
Sunan Gunung Jati alias Syarif Hidayatullah atau Sayyid Al-Kamil adalah salah seorang dari Walisongo. Dia dilahirkan pada 1448 Masehi dari pasangan Syarif Abdullah Umdatuddin bin Ali Nurul Alam dan Nyai Rara Santang, Putri Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dari Kerajaan Padjajaran.

Syarif Hidayatullah sampai di Cirebon pada 1470 Masehi. Dengan dukungan Kesultanan Demak dan Pangeran Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana, ia dinobatkan menjadi Tumenggung Cirebon ke-2 pada tahun 1479 dengan gelar Maulana Jati.

Nama Syarif Hidayatullah kemudian diabadikan menjadi nama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta di daerah Tangerang Selatan, Banten. Sedangkan nama Sunan Gunung Jati diabadikan menjadi nama Universitas Islam negeri di Bandung, yaitu Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djat dan Korem 063/Sunan Gunung Jati di Cirebon.

Sunan Gunung Jati memiliki keris sakti bernama Sanghyang Naga. Konon keris itu didapatkan Sunan Gunung Jati atas izin Allah SWT dengan cara di luar logika pada bulan Ramadan.

Baca juga: Misteri Karomah Sunan Gunung Jati, Ubah Ayam Panggang Jadi Hidup Kembali

Konon Sunan Gunung Jati saat itu sedang tafakur di siang dan malam ketika bulan Ramadan memasuki sepuluh hari terakhir. Tepat pada malam ke-29 ketika tengah salat di sepertiga malam, konon turunlah seekor ular naga dari langit.

Sesampainya di tanah sang naga kemudian melingkari tempat duduk wali dan kemudian melilit tubuhnya, sebagaimana dikutip dari "Sajarah Wali Syekh Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati : Naskah Mertasinga", terjemahan Amman N. Wahju. Sunan Gunung Jati tetap meneruskan salatnya dan ketika selesai dilanjutkan dengan doa.

Sesudah selesai berdoa baru kemudian perhatian Sinuhun Jati atau Sunan Gunung Jati beralih kepada Sanghyang Naga. Sinuhun memegang kepala sang ular dan ekonya, kemudian ditegakkan ke atas ke arah langit. Ular naga itu pun kemudian berubah menjadi sebilah keris yang diberi nama Keris Sanghyang Naga.

Sunan Gunung Jati akhirnya menyelesaikan tafakurnya selama tiga puluh hari menyepi di bulan Ramadhan. Selama itu walaupun berpuasa Sinuhun Purba tidak makan sahur dan juga tidak berbuka puasa. Kemudian Sinuhun Jati pulang kembali ke kraton di Pakungwati.

Keris Sanghyang Naga dikenakannya pada lebaran Idul Fitri. Sinuhun Jati minta Ki Bongkok untuk membuat sarungnya, membuat kerangka keris Sangyang Naga yang diselesaikan dalam semalam. Kerangka itu dibuat dari kayu khuldi, daunnya dari kayu yakin, sedangkan pegangannya terbuat dari kayu kemuning.

Jadi kerangka itu terbuat dari tiga macam kayu yang menjadi ciri dari keris tersebut. Itulah keramatnya wali yang mewujud berupa Keris Sanghyang Naga. Adapun Ki Bongkok itu ternama sebagai ahli Jaida. Ki Bongkok itu sebetulnya murid Aulia Syekh Benthong.

Dikisahkan Sunan Gunung Jati tengah duduk di Dalem Pakungwati, putranya Pangeran Pasarean datang menghadap disertai oleh istrinya Ratu Mas Dewi. Sang anak bertanya darimana Sunan Gunung Jati mendapat keris itu.

Sunan Gunung Jati lantas menjawab diperoleh ketika tengah beribadah di malam Lailatul Qadar. Sunan Gunung Jati bercerita bahwa ada ular naga yang datang kepadanya atas izin Allah. Kemudian Sunan Gunung Jati memegang ular naga itu dan berubah menjadi keris.

Sunan Gunung Jati berujar "Karena keris ini dengan kehendak Allah pasti akan menghilang kembali. Bilamana kelak tak mampu meminta sih-Nya Yang Maha Esa, maka pasti akan menderita anak- cucu di kemudian hari. Orang mudalah yang kelak akan meneruskan sejarah. sedangkan orang tua ini hanyalah yang membawa asal muasal. Dahulu waktu di Talaga aku telah menjadi takabur, pasti akan datang akibatnya di kemudian hari".

Kesaktian Keris Sangyang Naga
Naskah klasik Cirebon menyebutkan, Keris Sanghyang Naga Sunan Gunung Jati sangatlah sakti. Keris pusaka inilah yang digunakan sebagai pendamping dalam menaklukkan Jakarta dan Sunda Kelapa saat itu.

Keris ini pula yang sangat berjasa dalam membuat masyarakat tanah Pasundan memeluk Islam dan seluruh ajarannya.

Mereka meyakini keris pusaka Sunan Gunung Jati ini sebuah mukjizat, dimana seseorang yang mau dekat dan bertafakur kepada Allah SWT maka akan mendapatkan sebuah kesaktian langsung dari Allah SWT.

Kedekatan manusia dengan Tuhannya membuat energi dalam tubuh manusia penuh dengan energi Spiritual Ilahiyah.

Berkat kesaktian pusaka tersebut Sunan Gunung Jati mampu membangun Kesultanan Cirebon sebagai pusat Peradaban Islam.

Masyarakat lokal akhirnya menyakini kesaktian Sunan Gunung Jati dan mulai mau memeluk agama Islam
(msd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1003 seconds (0.1#10.140)