Keris Setan Kober Jadi Saksi Pertarungan Kakak Beradik Trah Raja Mataram
loading...
A
A
A
Pertarungan kakak adik terjadi ketika Kerajaan Mataram dipimpin oleh Sultan Amangkurat I. Kala itu sang Sultan Mataram itu harus menghadapi adik tirinya sendiri Pangeran Alit. Konon usai pertarungan keduanya, Sultan Mataram juga menghabisi beberapa orang Madura yang merupakan pengikut Pangeran Alit.
Awalnya pertarungan ini tidak pernah dikehendaki oleh Sultan Amangkurat I. Bahkan ia konon sungguh-sungguh menekankan kepada abdinya supaya tidak bertindak terhadap adiknya.
Anddai kata Pangeran Alit mengadakan serangan, sekalipun dalam usaha itu mereka harus mengorbankan jiwa mereka. H.J. De Graaf pada "Disintegrasi Mataram : Dibawah Mangkurat I", menjelaskan bagaimana naskah kuno Serat Kandha Sultan Amangkurat I sempat kembali ke istananya.
Tetapi di pintu gerbang dalam Srimenganti ia memberi perintah rahasia kepada Pangeran Purbaya untuk menyelesaikan persoalannya dengan cara yang selunak-lunaknya. Pangeran Purbaya kemudian memerintahkan supaya semua prajurit dan adipati mempersiapkan senjata mereka.
Baca juga: Kisah Kiai Abbas Buntet, Sang Panutan yang Jadi Panglima Pertempuran 10 Nopember
Akhirnya muncullah Pangeran Alit di Pangurakan hanya disertai 6 lurah, yang lain telah melarikan diri. Menurut Serat Kandha, setiba mereka di "pasar besar" rakyat menjadi gempar melihat kedatangannya karena begitu banyak pengikutnya.
Akan tetapi dengan mudah sekali pengikut yang begitu banyak itu disapu bersih, kecuali pengikut-pengikut terdekat Pangeran Alit. Akhirnya lurah-lurah itu pun melarikan diri, terkejar, dan dibunuh. Akhirnya tinggallah Pangeran Alit seorang diri.
Selanjutnya semua orang Mataram menyingkir memberi jalan untuk Pangeran Alit, hanya adipati dari Sampang, Demang Melaya, merangkul kakinya dan dengan demikian mencoba menahannya. Tetapi amarah Pangeran Alit semakin menjadi dan ditikamnya leher adipati itu dengan keris si Setan Kober.
Ia menuntut balas dendam atas terbunuhnya junjungan mereka, maka semua orang Sampang, setelah mengangkut jenazahnya, mengamuk. Oleh karena lelah, paha (atau lengan kiri) Pangeran Alit tergores oleh kerisnya sendiri yang termasyhur itu.
Luka ringan ini menyebabkannya tewas di bawah pohon waringin kurung. Jenazahnya diangkut para adipati ke Setinggil, ditangisi oleh ibunya. Pangeran Purbaya menghiburnya, Pangeran Silarong menyampaikan laporan.
Setelah pidato pendek dari Sultan Amangkurat I, yang di dalam hati merasa gembira, maka dilukainya dirinya sendiri di bagian atas lengan kirinya, sedangkan orang-orang Madura yang menjadi pengikut Pangeran Alit dibunuh semua sebagai hukuman. Jenazahnya dimakamkan di Magiri, di sebelah almarhum ayahnya.
Lihat Juga: Saksi di Sidang SYL Akui Ditjen Tanaman Pangan Bayar Tagihan Rp105 Juta, Termasuk untuk Keris Emas
Awalnya pertarungan ini tidak pernah dikehendaki oleh Sultan Amangkurat I. Bahkan ia konon sungguh-sungguh menekankan kepada abdinya supaya tidak bertindak terhadap adiknya.
Anddai kata Pangeran Alit mengadakan serangan, sekalipun dalam usaha itu mereka harus mengorbankan jiwa mereka. H.J. De Graaf pada "Disintegrasi Mataram : Dibawah Mangkurat I", menjelaskan bagaimana naskah kuno Serat Kandha Sultan Amangkurat I sempat kembali ke istananya.
Tetapi di pintu gerbang dalam Srimenganti ia memberi perintah rahasia kepada Pangeran Purbaya untuk menyelesaikan persoalannya dengan cara yang selunak-lunaknya. Pangeran Purbaya kemudian memerintahkan supaya semua prajurit dan adipati mempersiapkan senjata mereka.
Baca juga: Kisah Kiai Abbas Buntet, Sang Panutan yang Jadi Panglima Pertempuran 10 Nopember
Akhirnya muncullah Pangeran Alit di Pangurakan hanya disertai 6 lurah, yang lain telah melarikan diri. Menurut Serat Kandha, setiba mereka di "pasar besar" rakyat menjadi gempar melihat kedatangannya karena begitu banyak pengikutnya.
Akan tetapi dengan mudah sekali pengikut yang begitu banyak itu disapu bersih, kecuali pengikut-pengikut terdekat Pangeran Alit. Akhirnya lurah-lurah itu pun melarikan diri, terkejar, dan dibunuh. Akhirnya tinggallah Pangeran Alit seorang diri.
Selanjutnya semua orang Mataram menyingkir memberi jalan untuk Pangeran Alit, hanya adipati dari Sampang, Demang Melaya, merangkul kakinya dan dengan demikian mencoba menahannya. Tetapi amarah Pangeran Alit semakin menjadi dan ditikamnya leher adipati itu dengan keris si Setan Kober.
Ia menuntut balas dendam atas terbunuhnya junjungan mereka, maka semua orang Sampang, setelah mengangkut jenazahnya, mengamuk. Oleh karena lelah, paha (atau lengan kiri) Pangeran Alit tergores oleh kerisnya sendiri yang termasyhur itu.
Luka ringan ini menyebabkannya tewas di bawah pohon waringin kurung. Jenazahnya diangkut para adipati ke Setinggil, ditangisi oleh ibunya. Pangeran Purbaya menghiburnya, Pangeran Silarong menyampaikan laporan.
Setelah pidato pendek dari Sultan Amangkurat I, yang di dalam hati merasa gembira, maka dilukainya dirinya sendiri di bagian atas lengan kirinya, sedangkan orang-orang Madura yang menjadi pengikut Pangeran Alit dibunuh semua sebagai hukuman. Jenazahnya dimakamkan di Magiri, di sebelah almarhum ayahnya.
Lihat Juga: Saksi di Sidang SYL Akui Ditjen Tanaman Pangan Bayar Tagihan Rp105 Juta, Termasuk untuk Keris Emas
(msd)