Teka-teki Hilangnya Pesantren Sunan Bonang Secara Misterius

Senin, 08 Mei 2023 - 05:43 WIB
loading...
Teka-teki Hilangnya Pesantren Sunan Bonang Secara Misterius
Teka-teki hilangnya pesantren Sunan Bonang secara misterius. Foto/Dok.Okezone
A A A
Perjalanan Sunan Bonang, untuk pulang ke Tuban, terhenti di Desa Bonang, Lasem. Langkahnya terhenti, setelah menyaksikan kondisi masyarakat yang memprihatinkan, karena didera kemiskinan dan kekurangan sumber air.



Dalam Babad Tanah Jawi disebutkan, Sunan Bonang hendak pulang ke Tuban, yang merupakan tanah kelahirannya. Hal ini dilakukannya, setelah menyatakan pengunduran diri dari kedudukannya di Masjid Demak.



Perjalanan pulang itu dilakukan Sunan Bonang, dengan berjalan menyisir pantai utara Jawa, ke arah timur. Setelah tiba di Desa Bonang, niatan pulang ke Tuban akhirnya dibatalkannya. Sunan Bonang ingin meringankan beban masyarakat di desa tersebut.



Sunan Bonang tak hanya cakap dalam hal agama, dia juga memiliki pengetahuan yang mumpuni untuk mengetahui tanda-tanda tanah yang mengandung sumber air. Dalam beberapa hari saja, beberapa sumur digali di Bonang.

Air mengalir dari sumur-sumur yang digali Sunan Bonang, hingga penduduk di desa tersebut tidak lagi kekurangan sumber air. "Sumur buatan Sunan Bonang masih dapat ditemui sampai sekarang," ujar penggiat sejarah Lasem, Abdullah Hamid

Sejak itu, Sunan Bonang memutuskan untuk tinggal di Bonang, dan mendirikan pesujudan di Watu Layar. Kabar bahwa Sunan Bonang mendirikan pesujudan terdengar di seluruh pulau Jawa. Murid-muridnya segera berdatangan.

Kemudian dibangun sebuah pedepokan yang dilengkapi pentas pertunjukan wayang. Pedepokan ini berfungsi sebagai pesantren. Selain berkebun dan bertani, Sunan Bonang dan santri-santrinya mengembangkan usaha kerajinan dan pertukangan.

Para santri juga menangkap ikan dan udang kecil, yang kemudian diolah menjadi terasi. "Sampai sekarang terasi Bonang masih dijual penduduk Bonang," kata Abdullah Hamid.



Sampai kini masyarakat masih bertanya-tanya tentang keberadaan pesantren Bonang yang lenyap tak berbekas. Di sekitar pasujudan Sunan Bonang, ditemukan reruntuhan batu gunung dan batu bata merah yang biasa dibuat untuk candi.

Lokasi reruntuhan di dekat makam Jejeruk, Desa Bonang, masih berupa batu bata yang tebal dan besar seperti di candi majapahit di Trowulan. Kisah penemuan itu berawal dari seorang santri bernama Gus Syaiful yang akan membuat pesantren di atas Pasujudan Sunan Bonang.

Ia membuat pesantren di pinggir hutan Bonang. Sekitar 100 meter dari pesantren itu terdapat reruntuhan yang menyerupai bukit tertutup dedaunan. "Lokasi batu bata dan batu candi berserakan dekat pesantren yang mau saya buat di pinggir hutan di Bonang," katanya ungkap Gus Syaiful.

Gus Syaiful menduga, bangunan itu pesantren peninggalan Sunan Bonang. Dia juga melihat di bawah bangunan itu ada semacam pondasi masih tertimbun di bawah tanah. Dari jauh kelihatan seperti gundukan tanah yang agak tinggi.

Selain itu, ia juga menemukan pecahan-pecahan gerabah dan sumur tua di sekitar lokasi bangunan itu. Terdapat juga lempengan batu yang tertata rapi. Desa Bonang terletak di Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Bonang bisa ditempuh dari pusat Kabupaten Rembang, ke arah Tuban, sekitar 17 km.



Sunan Bonang diperkirakan lahir pada pertengahan abad ke-15 M dan wafat pada awal abad ke-16 M. Ada yang memperkirakan wafat pada tahun 1626 atau 1630, ada yang memperkirakan pada tahun 1622 (de Graff & Pigeaud 1985:55).

Dia adalah ulama sufi, ahli dalam berbagai bidang ilmu agama dan sastra. Juga dikenal ahli falak, musik dan seni pertunjukan. Sebagai sastrawan dia menguasai bahasa dan kesusastraan Arab, Persia, Melayu dan Jawa Kuno.

Nama aslinya ialah Makhdum Ibrahim. Dalam suluk-suluknya dan dari sumber-sumber sejarah lokal, ia disebut dengan berbagai nama gelaran seperti Ibrahim Asmara, Ratu Wahdat, Sultan Khalifah dan lain-lain (Hussein Djajadiningra 1913; Purbatjaraka 1938; Drewes 1968).

Nama Sunan Bonang diambil dari nama tempat sang wali mendirikan pesujudan (tempat melakukan `uzlah) dan pesantren di Desa Bonang, tidak jauh dari Lasem di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur sekarang ini.

Tempat ini masih ada sampai sekarang dan ramai diziarahi pengunjung untuk menyepi, seraya memperbanyak ibadah seperti berzikir, mengaji al-Quran dan tiraqat (Abdul Hadi W. M. 2000:96-107).



Selama ini Sunan Bonang, salah satu penyebar Islam di tanah Jawa, yang dikenal memiliki kesaktian. Hingga kini, makam salah satu anggota Wali Songo ini masih menjadi misteri. Ada yang percaya, setelah meninggal dunia, Sunan Bonang dimakamkan di Kabupaten Tuban, Jawa Timur.

Tetapi muncul beberapa versi lain. Di mana ada dua makam yang juga dipercaya sebaia makam Sunan Bonang. Selama menyebarkan agama Islam, Sunan Bonang memang kerap kali menempuh perjalanan jauh. Ia memiliki banyak murid di Pulau Jawa, salah satunya di Pulau Bawean, yang masuk daerah administrasi Kabupaten Gresik.

Suatu ketika Sunan Bonang tengah berdakwah di Bawean, hingga mendadak sakit dan akhirnya wafat pada 1525. Dikutip dari buku "Sunan Bonang Wali Keramat: Karomah, Kesaktian, dan Ajaran-ajaran Hidup Sangat Waliullah" tulisan Asti Musman, para muridnya menghendaki agar Sunan Bonang dimakamkan di Pulau Bawean.

Tetapi hal itu tak disetujui oleh beberapa muridnya yang berasal dari Tuban. Murid-murid Sunan Bonang dari Tuban kemudian datang ke Pulau Bawean. Setibanya di Pulau Bawean para murid Sunan Bonang asal Tuban ini menjumpai jenazah Sunan Bonang, sudah diletakkan di tengah ruangan dengan ditunggui banyak santri.

Saat itulah para murid Sunan Bonang asal Tuban ini segera menidurkan para santri Pulau Bawean, dengan cara disirep. Usai seluruh muridnya tertidur, maka jenazah Sunan Bonang dibawa ke Tuban, dan dimakamkan di dekat masjid agung.



Tetapi anehnya pada pagi harinya jenazah Sunan Bonang ini masih ada di Pulau Bawean, dengan kondisi kain kafannya tinggal satu. Demikian pula jenazah yang dibawa ke Tuban kain kafannya pun hanya menyisakan satu.

Alhasil Sunan Bonang pun segera dimakamkan di Pulau Bawean, demikian pula yang ada di Tuban, upacara pemakaman pun juga dilakukan bersamaan. Maka keberadaan makam Sunan Bonang dipercaya berada di dua tempat berbeda, yakni Masjid Agung Tuban, dan di Kampung Tegal Gubug, Bawean.

Tetapi makam Sunan Bonang yang di Tuban yang dipercaya asli, dan hingga kini ramai diziarahi masyarakat muslim baik dari Jawa maupun luar Pulau Jawa. Makamnya berada di pusat Kabupaten Tuban, tepatnya di belakang kompleks Masjid Agung Tuban, yang berada di Kelurahan Kutorejo, Kecamatan Tuban Kota.

Di kompleks pemakaman Sunan Bonang di Tuban tersebut, juga terdapat makam umum lainnya. Untuk menghubungkan halaman satu dengan halaman lainnya, terdapat sebuah pintu masuk. Di mana pintu pertama dibatasi dengan relief bunga di kiri dan kanannya.

Makam Sunan Bonang yang ketiga dipercaya berada di daerah Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Lokasinya berada di Desa Bonang, sekitar 300 meter dari Pasujudan Sunan Bonang. Lokasi makam berada satu kompleks dengan makam yang dipercaya Putri Campa.



Sosok Putri Campa sendiri merupakan anak dari Raja Campa yang merupakan ibu dari Raden Rahmat atau Sunan Ampel, atau nenek dari Sunan Bonang. Saat itu berdasarkan kisah di Babad Tanah Jawi, Putri Campa ini menikah dengan Raja Majapahit Dwarawati.

Pemakamannya berada di tengah-tengah permukiman desa, dengan dikelilingi tembok tebal berwarna putih. Di situs inilah tempat tinggal Sunan Bonang, hingga meninggal dan dimakamkan di sana.

Lokasi makam Sunan Bonang di Lasem ini, berbeda dengan dua lokasi sebelumnya yang memiliki cungkup atau tutup makam. Di sini makam Sunan Bonang tak memiliki cungkup, konon beberapa kali usaha membuatkan cungkup selalu gagal oleh hal-hal yang tak masuk akal.

Perihal mengenai kenapa tidak digunakan cungkup, juru kunci makam menyebut itu bagian dari upaya menyimpan rahasia. Selain itu sang waliullah ini konon sempat memberikan wasiat. Wasiat yang berisikan keinginan untuk mengikuti Sunan Ampel, agar makamnya tidak dicungkup supaya tidak ada yang mengkultuskan makamnya.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2551 seconds (0.1#10.140)