Azab Kecil Landa Kerajaan Mataram akibat Ulah Gila Anak Sultan Agung
loading...
A
A
A
Kerajaan Mataram konon terus mengalami pergolakan di internal istana ketika Sultan Amangkurat I berkuasa. Sosok putra Sultan Agung ini kerap kali memicu konflik dan memimpin dengan kontroversial menjadikan banyak musuhnya.
Bahkan Sultan Amangkurat I konon berselisih dengan putranya sendiri Raden Mas Rahmat. Perselisihan ini tergolong cukup aneh, apalagi status Raden Mas Rahmat yang merupakan putra mahkota kerajaan, sebagaimana Peri Mardiyono kisahkan pada "Tuah Bumi Mataram : Dari Panembahan Senopati hingga Amangkurat II".
Perselisihan antara ayah dan anak di Kerajaan Mataram ini konon dilatarbelakangi adanya berita bahwa jabatan Adipati Anom/putra mahkota akan dialihkan kepada Pangeran Singasari (putra Amangkurat I lainnya). Dari sanalah, pada tahun 1661 Mas Rahmat melancarkan aksi kudeta terhadap ayahnya itu, tetapi gagal.
Amangkurat I lalu menumpas seluruh pendukung putranya tersebut. Amangkurat I juga berusaha meracun Mas Rahmat pada tahun 1663, tetapi usaha itu gagal. Perselisihan memuncak tahun 1668 saat Mas Rahmat merebut calon selir Amangkurat I yang bernama Rara Oyi tersebut. Ayah sama anak rebutan selir, sungguh memalukan.
Baca juga: Kisah Kecantikan Ratu Malang yang Bikin Amangkurat I Hukum Mati 43 Selir dan Dayang
Kontroversi lain juga muncul ketika Amangkurat I memutuskan berkhianat dengan amanah ayahnya Sultan Agung yang terang-terangan berani melawan VOC. Justru di masa Amangkurat I Kerajaan Mataram memberikan karpet merah berkerjasama dengan VOC.
Amangkurat I menjalin kerjasama dengan VOC pada tahun 1646, yang dulu pernah diperangi ayahnya. Beberapa poin kerjasama yang disepakati Mataram antar lain pihak VOC diizinkan membuka pos-pos dagang di wilayah Mataram, sedangkan pihak Mataram diizinkan berdagang ke pulau-pulau lain yang dikuasai VOC.
Kedua pihak juga saling melakukan pembebasan tawanan. Perjanjian tersebut oleh Amangkurat I dianggap sebagai bukti takluknya VOC terhadap kekuasaan Mataram. Padahal anggapan Amangkurat I ini salah besar, sebab tak lama kemudian ia dan pemerintahannya tergoncang ketika VOC merebut Palembang tahun 1659 dari tangan Mataram.
Stabilitas pemerintahan di Kerajaan Mataram juga kian parah ketika sang raja kerap kali melakukan kekerasan dan bermain siasat jelek. Hal ini diikuti dengan para bupati, mantri, dan keluarga istana yang bertindak semaunya dengan menyalahgunakan kedudukan mereka. Alhasil ketertiban bernegara rusak. Seluruh penduduk Mataram dirundung ketakutan.
Konon di saat itulah, Kerajaan Mataram kerap kali dilanda gerhana bulan dan matahari. Bahkan hujan turun menyalahi musim dan bintang berekor terlihat setiap malam. Terjadi pula hujan abu dan gempa bumi. Banyak pertanda jelek menampakkan diri. Ini semua konon petunjuk bahwa negara akan rusak
Bahkan Sultan Amangkurat I konon berselisih dengan putranya sendiri Raden Mas Rahmat. Perselisihan ini tergolong cukup aneh, apalagi status Raden Mas Rahmat yang merupakan putra mahkota kerajaan, sebagaimana Peri Mardiyono kisahkan pada "Tuah Bumi Mataram : Dari Panembahan Senopati hingga Amangkurat II".
Perselisihan antara ayah dan anak di Kerajaan Mataram ini konon dilatarbelakangi adanya berita bahwa jabatan Adipati Anom/putra mahkota akan dialihkan kepada Pangeran Singasari (putra Amangkurat I lainnya). Dari sanalah, pada tahun 1661 Mas Rahmat melancarkan aksi kudeta terhadap ayahnya itu, tetapi gagal.
Amangkurat I lalu menumpas seluruh pendukung putranya tersebut. Amangkurat I juga berusaha meracun Mas Rahmat pada tahun 1663, tetapi usaha itu gagal. Perselisihan memuncak tahun 1668 saat Mas Rahmat merebut calon selir Amangkurat I yang bernama Rara Oyi tersebut. Ayah sama anak rebutan selir, sungguh memalukan.
Baca juga: Kisah Kecantikan Ratu Malang yang Bikin Amangkurat I Hukum Mati 43 Selir dan Dayang
Kontroversi lain juga muncul ketika Amangkurat I memutuskan berkhianat dengan amanah ayahnya Sultan Agung yang terang-terangan berani melawan VOC. Justru di masa Amangkurat I Kerajaan Mataram memberikan karpet merah berkerjasama dengan VOC.
Amangkurat I menjalin kerjasama dengan VOC pada tahun 1646, yang dulu pernah diperangi ayahnya. Beberapa poin kerjasama yang disepakati Mataram antar lain pihak VOC diizinkan membuka pos-pos dagang di wilayah Mataram, sedangkan pihak Mataram diizinkan berdagang ke pulau-pulau lain yang dikuasai VOC.
Kedua pihak juga saling melakukan pembebasan tawanan. Perjanjian tersebut oleh Amangkurat I dianggap sebagai bukti takluknya VOC terhadap kekuasaan Mataram. Padahal anggapan Amangkurat I ini salah besar, sebab tak lama kemudian ia dan pemerintahannya tergoncang ketika VOC merebut Palembang tahun 1659 dari tangan Mataram.
Stabilitas pemerintahan di Kerajaan Mataram juga kian parah ketika sang raja kerap kali melakukan kekerasan dan bermain siasat jelek. Hal ini diikuti dengan para bupati, mantri, dan keluarga istana yang bertindak semaunya dengan menyalahgunakan kedudukan mereka. Alhasil ketertiban bernegara rusak. Seluruh penduduk Mataram dirundung ketakutan.
Konon di saat itulah, Kerajaan Mataram kerap kali dilanda gerhana bulan dan matahari. Bahkan hujan turun menyalahi musim dan bintang berekor terlihat setiap malam. Terjadi pula hujan abu dan gempa bumi. Banyak pertanda jelek menampakkan diri. Ini semua konon petunjuk bahwa negara akan rusak
(msd)