Kisah Perlakuan Jahat Kolonial Belanda terhadap Orang Arab di Nusantara
Senin, 01 Agustus 2022 - 09:52 WIB
Bagi pandangan Snouck Hurgronje, orang-orang Arab dan keturunan Arab adalah penghasut para kiai, guru agama, dan warga muslim Nusantara (pribumi) yang itu membahayakan kepentingan Belanda.
Snouck Hurgronje tak berhenti membonsai eksistensi orang-orang Arab di Nusantara, meskipun dirinya secara pribadi juga sempat tak setuju dengan adanya aturan surat izin bagi orang-orang Arab yang hendak melakukan perjalanan.
Baca: Kakek 71 Tahun di Yogya Terjebak Kebakaran di Kamar, Api Diduga dari Puntung Rokok Milik Korban.
Dalam surat 22 Desember 1902 yang ditujukan kepada Gubernur Hindia Belanda, Snouck menyebut keberadaan orang-orang Hadhrami tidak menguntungkan, bahkan secara politik merugikan.
Jika kedatangan mereka di Pulau Jawa dibebaskan, jumlah orang-orang Arab yang ribuan akan menjadi puluhan ribu, dan Pemerintah Hindia Belanda akan semakin sulit mengawasi. Apalagi sejak ada Konsul Turki di Hindia Belanda, sikap orang-orang Arab dinilai semakin berani memusuhi Belanda.
“Snouck sejak awal adalah pendukung gigih pelarangan imigrasi dari Hadhramaut,” ungkap Huub De Jonge dalam Mencari Identitas, Orang Arab Hadhrami di Indonesia (1900-1950).
Baca Juga: 3 Remaja Geng Motor Diamankan Polisi, Salah Satunya Gadis Belia.
Dalam tulisan Islam dan Keturunan Arab Dalam Pemberontakan Melawan Belanda, Hamid Algadri menyebut Snouck Hurgronje tengah menerapkan politik Arab-fobi. Framing Arab-fobi merupakan kelanjutan dari Islam-fobi di mana keturunan Arab dianggap memegang peranan cukup penting dalam melawan kolonial Belanda di Jawa dan Nusantara pada umumnya.
“Untuk menjajah Pulau Jawa mereka (Kolonial Belanda) memerangi kerajaan Islam di pantai pulau itu yang sebagian dari kerajaan itu didirikan oleh orang keturunan Arab, sebagaimana dikatakan oleh Prof .L.W.C Van den Berg”.
Snouck Hurgronje tak berhenti membonsai eksistensi orang-orang Arab di Nusantara, meskipun dirinya secara pribadi juga sempat tak setuju dengan adanya aturan surat izin bagi orang-orang Arab yang hendak melakukan perjalanan.
Baca: Kakek 71 Tahun di Yogya Terjebak Kebakaran di Kamar, Api Diduga dari Puntung Rokok Milik Korban.
Dalam surat 22 Desember 1902 yang ditujukan kepada Gubernur Hindia Belanda, Snouck menyebut keberadaan orang-orang Hadhrami tidak menguntungkan, bahkan secara politik merugikan.
Jika kedatangan mereka di Pulau Jawa dibebaskan, jumlah orang-orang Arab yang ribuan akan menjadi puluhan ribu, dan Pemerintah Hindia Belanda akan semakin sulit mengawasi. Apalagi sejak ada Konsul Turki di Hindia Belanda, sikap orang-orang Arab dinilai semakin berani memusuhi Belanda.
“Snouck sejak awal adalah pendukung gigih pelarangan imigrasi dari Hadhramaut,” ungkap Huub De Jonge dalam Mencari Identitas, Orang Arab Hadhrami di Indonesia (1900-1950).
Baca Juga: 3 Remaja Geng Motor Diamankan Polisi, Salah Satunya Gadis Belia.
Dalam tulisan Islam dan Keturunan Arab Dalam Pemberontakan Melawan Belanda, Hamid Algadri menyebut Snouck Hurgronje tengah menerapkan politik Arab-fobi. Framing Arab-fobi merupakan kelanjutan dari Islam-fobi di mana keturunan Arab dianggap memegang peranan cukup penting dalam melawan kolonial Belanda di Jawa dan Nusantara pada umumnya.
“Untuk menjajah Pulau Jawa mereka (Kolonial Belanda) memerangi kerajaan Islam di pantai pulau itu yang sebagian dari kerajaan itu didirikan oleh orang keturunan Arab, sebagaimana dikatakan oleh Prof .L.W.C Van den Berg”.
tulis komentar anda