Sejarah Kereta Api Rangkasbitung-Labuan, Langganan Noni Belanda Bertamasya
loading...

Foto keluarga Noni Belanda bersama anak-anaknya sedang naik kereta. Foto/Fariz Abdullah
A
A
A
PANDEGLANG - Ada cerita menarik dalam sejarah hadirnya jalur Kereta Api (KA) Rangkasbitung - Labuan. Bagaimana tidak, salah satu transportasi yang menghubungkan Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang itu rupanya menjadi salah satu akses favorit untuk para Noni Belanda bertamasya.
Jalur kereta api Rangkasbitung - Labuan membentang sepanjang 56,233 kilometer dari Rangkasbitung, Kabupaten Lebak sampai Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Perjalanan Kereta Api di jalur ini berhenti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang di 17 stasiun kelas halte (stasiun kecil) dan Stopplaast (perhatian).
Jalur kereta api Rangkasbitung - Labuan melayani angkutan penumpang dan barang beroperasi pada 18 Juni 1906. Setelah 76 tahun beroperasi, tepatnya di 1982 layanan kereta api di jalur ini sudah tidak aktif dan resmi ditutup pada 1984.
![Sejarah Kereta Api Rangkasbitung-Labuan, Langganan Noni Belanda Bertamasya]()
Jalur rel Kereta Api Rangkasbitung-Labuan dibangun oleh Perusahaan Staatsspoorwegen (SS) yang berpusat di Kota Bandung. Tujuan pembangunan jalan Rel Banten-Batavia adalah memperlancar hubungan darat antara Banten dengan Batavia dan distribusi garam dari gudang-gudangnya di Labuan.
Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bappeda) Kabupaten Pandeglang mengatakan, pada masanya Kereta Api Rangkasbitung-Labuan bukan hanya mengangkut garam tetapi juga hasil tangkap ikan dan pertanian.
"Kereta Api rute Rangkasbitung-Labuan sejak zaman kolonial Belanda menjadi moda angkutan masal warga Pribumi. Dan juga moda transportasi para Noni Belanda saat bertamasya bersama keluarga," katanya dikutip, Jumat (14/2/2025).
Jadi, dijelaskan Sutoto, keluarga penjajah naik Kereta Api saat akan liburan bersama keluarga ke kawasan Pantai Carita. "Hal itu dibuktikan dengan adanya foto keluarga Noni Belanda bersama anak-anaknya sedang naik kereta. Tengah berhenti di stasiun atau halte (stasiun kecil) di Pandeglang," katanya.
Jalur kereta api Rangkasbitung - Labuan membentang sepanjang 56,233 kilometer dari Rangkasbitung, Kabupaten Lebak sampai Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Perjalanan Kereta Api di jalur ini berhenti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang di 17 stasiun kelas halte (stasiun kecil) dan Stopplaast (perhatian).
Jalur kereta api Rangkasbitung - Labuan melayani angkutan penumpang dan barang beroperasi pada 18 Juni 1906. Setelah 76 tahun beroperasi, tepatnya di 1982 layanan kereta api di jalur ini sudah tidak aktif dan resmi ditutup pada 1984.

Jalur rel Kereta Api Rangkasbitung-Labuan dibangun oleh Perusahaan Staatsspoorwegen (SS) yang berpusat di Kota Bandung. Tujuan pembangunan jalan Rel Banten-Batavia adalah memperlancar hubungan darat antara Banten dengan Batavia dan distribusi garam dari gudang-gudangnya di Labuan.
Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bappeda) Kabupaten Pandeglang mengatakan, pada masanya Kereta Api Rangkasbitung-Labuan bukan hanya mengangkut garam tetapi juga hasil tangkap ikan dan pertanian.
"Kereta Api rute Rangkasbitung-Labuan sejak zaman kolonial Belanda menjadi moda angkutan masal warga Pribumi. Dan juga moda transportasi para Noni Belanda saat bertamasya bersama keluarga," katanya dikutip, Jumat (14/2/2025).
Jadi, dijelaskan Sutoto, keluarga penjajah naik Kereta Api saat akan liburan bersama keluarga ke kawasan Pantai Carita. "Hal itu dibuktikan dengan adanya foto keluarga Noni Belanda bersama anak-anaknya sedang naik kereta. Tengah berhenti di stasiun atau halte (stasiun kecil) di Pandeglang," katanya.