Kisah Perlakuan Jahat Kolonial Belanda terhadap Orang Arab di Nusantara

Senin, 01 Agustus 2022 - 09:52 WIB
Perlakuan tidak mengenakkan Kolonial Belanda tidak hanya pada wilayah aktifitas sosial ekonomi. Kolonial Belanda juga berusaha menjatuhkan entitas Arab dengan melakukan propaganda keburukan yang terkait sifat atau tindak- tanduk.

Praktik renternir dan riba yang dilakukan sejumlah oknum di Nusantara, dipakai kolonial Belanda sebagai stereotip untuk mencemarkan komunitas Arab secara keseluruhan. Padahal terdapat juga oknum dari kalangan orang Tionghoa yang melakukan aktifitas ekonomi serupa (renternir).

“Jika laporan kolonial dapat dipercaya, di beberapa kawasan, kata “Arab” identik dengan istilah seperti “pelit” dan “penipu”,” tulis Oetarjo dalam catatan Over den wokerin de regentschappen Tegal, Brebes en Pemalang (1925).

Kolonial Belanda memandang orang-orang Arab dari Hadhramaut atau Hadhrami sebagai elemen yang menganggu, terutama dengan sikap fanatiknya. Belanda berdalih mereka tak memiliki sumbangan apapun untuk kemakmuran Hindia Belanda.

Puncak sentimen kolonial terhadap orang Arab diperlihatkan Gubernur Jenderal dengan membatasi mobilitas mereka secara nasional. Sejak tahun 1912 pengendalian ketat terhadap masuknya orang Hadhrami ke Hindia Belanda diberlakukan. Mereka yang dianggap tidak lolos verifikasi kependudukan dihentikan di perbatasan.

“Akibatnya, hanya 748 orang Hadhrami yang diizinkan masuk antara tahun 1912 dan 1917, “ demikian yang tercatat dalam Algeemen Rijksarchief, Den Hag, Verbaal, 28 Juni 1919/16 De Arabische kwestie in Nederlandsch-Indie.

Pada tahun 1918, larangan terhadap orang-orang Hadhrami semakin diperluas. Pejabat pemerintah regional dan lokal serta komisi imigrasi didesak untuk menghalangi eksistensi orang Hadhrami di wilayah Hindia Belanda sejauh mungkin.

Akibatnya dalam setiap pekan, banyak orang-orang Arab pendatang baru ditampung di barak-barak imigrasi. Untuk bisa masuk ke Nusantara, mereka harus lebih dulu menunggu keputusan komisi imigrasi. Mereka di antaranya adalah datang untuk tujuan berdagang.

Kemudian ada juga rekan bisnis, karyawati dan kerabat melalui jalur perkawinan dan sebagainya. Yang ditolak masuk ke Hindia Belanda tetap bertahan di barak sampai datang kapal ke Singapura atau Al-Mukalla.

Munculnya kebijakan kolonial Belanda yang tidak mengenakkan bagi orang Arab tersebut, bersumber dari pemikiran Snouck Hurgronje. Snouck merupakan penasihat terpenting khusus Urusan Arab di Hindia Belanda (Islamitischeen Arabische Zaken).
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content